Efektifkan Pengendalian Inflasi, Operasi Pasar Murah di Kota Malang Digelar di Setiap Kecamatan
Untuk mengefektifkan pengendalian inflasi di Kota Malang sebagai dampak kenaikan harga BBM, operasi pasar murah dipecah di lima kecamatan hingga akhir tahun. Operasi pasar digelar dua kali seminggu.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Untuk mengefektifkan pengendalian laju inflasi akibat naiknya harga bahan bakar minyak, Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur, bekerja sama dengan berbagai institusi menggelar operasi pasar murah. Pasar murah digelar dua minggu sekali hingga Desember 2022 di lima kecamatan.
Pada Rabu (14/9/2022), operasi pasar murah sayur dan sembako digelar di GOR Ken Arok Kota Malang. Sejumlah kebutuhan pokok, sayuran, dan daging dijual dengan harga di bawah harga pasar. Bawang merah, misalnya, dijual Rp 20.000 per kilogram (harga pasar Rp 28.000-30.000 per kg) dan gula pasir dijual Rp 12.500 per kg (harga pasar di atas Rp 13.000 per kg).
”Begitu harga BBM naik, seluruh komponen akan ikut naik. Maka, hari ini, kami bekerja sama dengan berbagai stakeholder,seperti BI, Bulog, dan lainnya, menggelar pasar murah agar harga-harga lebih terjangkau. Tujuannya adalah menjaga daya beli masyarakat,” tutur Wali Kota Malang Sutiaji.
Menurut dia, terjangkaunya barang-barang kebutuhan masyarakat akan menekan inflasi di Kota Malang. Meski begitu, Sutiaji berharap ada mekanisme pengendalian harga dari pusat, seperti kasus pengendalian harga minyak goreng beberapa waktu lalu. Bulog bisa menjadi salah satu stakeholder pengendali harga sembako.
”Operasi pasar seperti ini merupakan mitigasi yang sebenarnya tidak begitu efektif jika tidak dilakukan terus-menerus. Namun, setidaknya kami berusaha melakukan operasi pasar ini di lima kecamatan sehingga semoga setidaknya bisa meringankan masyarakat di seluruh kecamatan di Kota Malang. Meski begitu, kalau pemerintah pusat ada kebijakan tersentral terkait pengendalian harga, mungkin hasilnya akan lebih baik,” tuturnya.
Meski operasi pasar ini sifatnya temporer, warga Kota Malang merasa cukup terbantu dengan kegiatan tersebut. ”Operasi pasar seperti ini cukup membantu ibu rumah tangga seperti saya. Sebab, harga jual beberapa kebutuhan pokok lebih murah dibandingkan dengan di pasaran. Ini sangat membantu saat ongkos untuk kebutuhan lain, seperti BBM, naik,” kata Ana (45), warga Kelurahan Buring.
Kepala Bagian Perekonomian, Infrastruktur, dan SDA Sekretariat Daerah Kota Malang Yayuk Hermiati mengatakan, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Bulog, Bank Indonesia (BI), BUMD Perumda Tunas, dan Badan Pangan Nasional. Bulog akan menjamin ketersediaan bahan pangan, seperti beras, sedangkan BI dan Badan Pangan Nasional akan memberikan subsidi ongkos transportasi sehingga harga komoditas bisa murah.
Operasi pasar tersebut, menurut Yayuk, akan digelar setidaknya seminggu dua kali. Harapannya, ketersediaan stok komoditas di masyarakat terjamin dan harga bisa terkendali. ”Tujuan akhirnya daya beli masyarakat tetap terjaga,” katanya. Operasi pasar digelar sejak pekan lalu dan akan berlangsung terus di 63 titik hingga Desember 2022.
Berdasarkan rilis perkembangan indeks harga konsumen (IHK) Badan Pusat Statistik Kota Malang per Agustus 2022, terlihat untuk pertama kalinya di tahun ini Kota Malang mengalami deflasi sebesar -0,03 persen. Deflasi terjadi karena diduga banyak produk pertanian sedang mengalami panen secara bersamaan.
Adapun komoditas utama yang memberikan andil terhadap deflasi tersebut adalah cabai rawit (mengalami penurunan harga hingga 40,71 persen dan memiliki andil sebesar -0,18 persen), bawang merah (-0,14 persen), cabai merah (-0,04 persen), minyak goreng (-0,11 persen), daging ayam ras (-0,05 persen), tomat (-0,04 persen), sawi hijau (-0,02 persen), kangkung, semangka, dan emas perhiasan (-0,01 persen).
Meski begitu, sebenarnya Kota Malang juga mengalami inflasi untuk beberapa kelompok pengeluaran, seperti pendidikan, pakaian, dan alas kaki. Selain itu juga transportasi serta penyedia makanan dan minuman/restoran.
”Komoditas penyumbang inflasi pendidikan ini adalah perguruan tinggi. Bisa jadi karena perkuliahan sudah mulai masuk dan ada ratusan ribu mahasiswa baru belajar di Kota Malang saat ini,” kata Erny Fatma Setyoharini, Kepala Badan Pusat Statistik Kota Malang.