Meja Bundar, Produk Lokal, dan Sindiran Menuju 2024
Acara jalan sehat KCF-Apeksi yang diadakan oleh harian ”Kompas” bekerja sama dengan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia menjadi ajang diskusi wali kota tentang berbagai isu, dari produk lokal hingga Pemilu 2024.
Gelak tawa menyeruak dari sekelompok orang di sebuah restoran yang berada di Kebun Raya Bogor, Sabtu (3/9/2022). Beberapa menyebut nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiada Uno.
Wali Kota Bogor Bima Arya bahkan menceritakan pengalaman saat bertemu Ridwan dan Ganjar beberapa waktu lalu saat perlombaan lari di Bandung. Ia menceritakan dirinya menggoda Ridwan yang tertinggal lari di belakang Ganjar dan memanas-manasinya agar bisa finis seperti Ganjar. ”Jangan ada berita berjudul Ridwan gagal finis,” ujar Bima menirukan ucapannya kepada Ridwan kala itu.
Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Azwar Anas yang berada di meja bundar pun menyahuti obrolan mereka. ”Siapa yang gemar lari bisa dilihat dari perutnya,” ujarnya disambut gelak tawa dari belasan kepala daerah yang kala itu sedang menunggu jadwal jalan sehat yang diadakan Kompas bersama Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia.
Bima dan Anas merupakan dua dari belasan tamu undangan yang hadir di acara diskusi yang diadakan Kompas. Belasan kepala daerah bersama Anas saat itu menunggu Sandiaga yang dijadwalkan ikut hadir di acara lari bersama dilanjutkan dengan diskusi yang membahas produk lokal tersebut.
Berbagai tema menjadi bahan obrolan para wali kota, di antaranya produk lokal, kuliner, tempat wisata, hingga konstelasi menuju Pemilihan Presiden 2024. Bima sebagai tuan rumah memamerkan beberapa kuliner khas Bogor, di antaranya soto kuning. Ia pun mengajak para kepala daerah mencoba kuliner tersebut.
Ia pun memamerkan sepatu lari buatan dalam negeri di acara yang akan membahas produk lokal. Padahal, dalam beberapa kali kesempatan, Bima mengenakan sepatu lari dari merek asing. Dalam kesempatan itu, hanya Bima dan Sandiaga yang mengenakan sepatu lari buatan produk dalam negeri. Selebihnya, kepala daerah lain menggunakan sepatu merek lain dari luar negeri.
”Adidas pabriknya di tempat saya,” ujar Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah saat disindir tidak menggunakan produk lokal.
Sekitar 20 menit berselang, Sandiaga pun tiba di lokasi acara sekitar pukul 06.57. Ia bersama Bima dan Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo pun memulai start lari di Kebun Raya Bogor. Saat akan meniup peluit bersamaan, Sandiaga pun mendapat sindiran peluit itu untuk menandai pertarungan dalam Pilpres 2024.
Pada kegiatan jalan kaki di Kebun Raya Bigor, menjadi kesempatan Wali Kota Bogor Bima Arya memamerkan sepatu olahraga dari produk lokal. ”Kualitas harga sangat bersaing. Tidak kalah dengan produk sepatu luar. Ini nyaman untuk olahraga bahkan lari. Desain pun oke,” ujar Bima yang juga menjabat sebagai Ketua Apeksi.
Menurut Bima, produk perlengkapan olahraga lokal, seperti sepatu, masih harus dikembangkan dan diperbanyak. ”Stoknya harus diperbanyak. Memang masih kurang jika dibandingkan dengan pakaian dan sepatu kasual dari produk lokal lainnya,” ujarnya.
Mereka pun berjalan sehat mengelilingi Kebun Raya dengan rute sekitar 3,6 kilometer. Sandi yang juga mengenakan sepatu lari buatan lokal pun mengajak anaknya, Sulaiman, untuk ikut berlari. Sulaiman tidak ikut sejak start, tetapi baru bergabung sekitar 1 kilometer menjelang finis.
Sebagian kepala daerah yang tidak terbiasa berlari bahkan memilih menaiki mobil golf untuk sampai ke finis. Namun, sebagian lainnya memilih menyelesaikan lari, seperti Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko. ”Belum sampai batas saya berolahraga karena ingin target 10.000 langkah,” ujarnya.
Ia mengaku berjalan kaki dari hotel sampai ke Kebun Raya. Dengan demikian, hari itu ia setidaknya menempuh lebih dari 6.500 langkah karena rute lari di Kebun Raya mencapai sekitar 5.000 langkah.
”Rutenya kurang panjang, 5 kilometer seharusnya,” ujar Wali Kota Tarakan Khairul setelah melalui sekitar 1 km jalan kaki bersama wali kota lainnya di Kebun Raya Bogor. Ia menilai acara pertemuan bebas seperti lebih menyenangkan daripada pertemuan resmi. Agenda pertemuan seperti di Bogor harus dilakukan kembali di kota lainnya dengan konsep ringan dan santai.
”Biar enggak formal banget. Biasa kalau ending acara lupa apa yang dibicarakan. Kalau seperti ini lebih menyenangkan, bisa bertukar pikiran dengan teman-teman dan bincang langsung dengan pak menteri. Kolaborasi dan tukar pendapat lebih cair,” ujar Khairul yang berusaha kembali mengejar rombongan wali kota.
Sementara itu, napas Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie tersengal saat melalui jalur tanaman kaktus. Meski begitu, ia menikmati kegiatan jalan pagi di Kebun Raya Bogor karena memberikan inspirasi yang bisa diadaptasi di Kota Singkawang. Ia menilai Kebun raya Bogor sebagai kawasan pariwisata, pendidikan, ruang sehat, dan ruang hijau untuk anak dan keluarga bisa dikembangkan di Kota Singkawang.
Bentang alam Singkawang dengan garis pantai yang dikelilingi perbukitan memiliki potensi besar wisata sekaligus sarana edukasi bahkan penelitian keanekaragaman hayati. Namun, untuk menciptakan itu, alam harus dijaga dan dipertahankan kelestariannya. Bukan hanya menghidari bencana, melainkan menjaga ketersediaan bahan-bahan dasar yang diperoleh dari hutan. Banyak produk lokal, seperti anyaman dan kerajinan khas lainnya, berasal dari bahan-bahan di hutan.
”Alam penting terus dijaga, jadi tempat rekreasi dan fungsi lainnya. Nah, jangan sampai kelestarian alam ini terganggu. Perhatian kita menjadikan tata ruang hijau ini terjaga. Ada produk lokal yang bahannya dari alam,” ujarnya.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan, komunikasi di antara kepala daerah dan Sandiaga sangat cair. Itu disebabkan mereka sudah saling mengenal sejak lama dan usia tidak terpaut jauh. Apalagi, nama Sandiaga masuk dalam salah satu bursa capres dari hasil survei sejumlah lembaga.