Antisipasi Kenaikan Harga BBM, Pemkot Magelang Siapkan Jaring Pengaman Sosial Rp 8 Miliar
Pemerintah Kota Magelang menyiapkan dana jaring pengaman sosial sekitar Rp 8 miliar. Anggaran ini akan disalurkan ke masyarakat untuk mengatasi imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pemerintah Kota Magelang, Jawa Tengah, menyiapkan anggaran jaring pengaman sosial sebesar Rp 8 miliar. Dana ini disiapkan untuk pemberian bantuan subsidi kepada masyarakat ketika harga bahan bakar minyak dinaikkan.
”Sesuai arahan dan menggunakan dana yang telah dialokasikan pemerintah pusat, jaring pengaman sosial sebesar Rp 8 miliar tersebut nantinya akan kami gunakan untuk penyaluran subsidi untuk berbagai kalangan dan untuk pelaksanaan operasi-operasi pasar jika dibutuhkan,” ujar Wali Kota Magelang M Nur Aziz, Sabtu (3/9/2022).
Alokasi dana jaring pengaman tersebut nantinya masih akan mendapat tambahan 2 persen dari dana alokasi umum. Oleh karena itu, masyarakat Kota Magelang diharapkan tetap tenang dan tidak tergerak untuk melakukan pembelian panik (panic buying) untuk kebutuhan apa pun.
Aziz menilai, masyarakat tetap mampu dan siap menghadapi kenaikan harga berbagai bahan pokok. Dengan kesiapan ini, Kota Magelang dipastikan akan tetap tenang saat harga BBM benar-benar dinaikkan.
”Warga Kota Magelang biasanya baru akan bereaksi ketika ada provokasi pihak lain,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang Eri Widyo Saptoko mengatakan, pihaknya bersama sejumlah dinas dan instansi yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Magelang berusaha menekan terjadinya inflasi. Upaya itu antara lain dilakukan dengan mengendalikan harga dari tiga jenis komoditas, yaitu cabai, bawang, dan telur.
Namun, saat ini kondisi di Kota Magelang dinilai masih terkendali karena tiga harga komoditas itu mulai berangsur turun. Beberapa waktu sebelumnya, harga tiga komoditas tersebut sempat mengalami kenaikan.
Masyarakat Kota Magelang diharapkan tetap tenang dan tidak tergerak untuk melakukan pembelian panik (panic buying) untuk kebutuhan apa pun.
Eri mengakui, harga telur sempat melonjak dari sebelumnya hanya Rp 22.000 per kilogram hingga lebih dari Rp 30.000 per kg. Hal ini terjadi akibat adanya penyerapan telur secara besar-besaran untuk diberikan sebagai paket bantuan nontunai untuk warga miskin.
Namun, pada kondisi Sabtu (3/9/2022), harga telur berangsur turun, yakni Rp 28.000 hingga Rp 29.000 per kg.
Sementara itu, sejumlah pedagang di Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, mengaku tahu bahwa harga BBM akan naik dalam waktu dekat. Kenaikan harga tersebut dipastikan akan berdampak pada kenaikan beragam barang, termasuk bahan pokok yang dijual mereka.
Kendati demikian, pedagang mengaku pasrah dan tidak berencana untuk menimbun barang. ”Kami akan menyesuaikan harga bahan pokok sesuai dengan kenaikan harga barang yang dibeli dari pengepul. Berapa besarannya, ya dipikirkan nanti saja,” ujar Dewi, pedagang minyak goreng dan beragam tepung di Pasar Rejowinangun.
Ketika harga naik, Dewi akan berupaya agar besaran kenaikan harga jual eceran tidak terlalu memberatkan konsumen. Saat kemudian harga barang dari pengepul melonjak drastis, Dewi akan tetap berusaha menetapkan besaran kenaikan harga jualnya secara rasional dengan mengurangi marjin keuntungannya sendiri.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Nurliah, pedagang telur dan aneka bumbu. Selain karena telur merupakan komoditas yang tidak mungkin disimpan dalam waktu lama, dia pun merasa menimbun telur jelas akan sia-sia karena saat ini telur menjadi komoditas yang kurang diminati karena harganya masih cenderung tinggi, mencapai Rp 29.000 per kg.