Masa Tanggap Darurat Bencana Gempa M 6,4 Mentawai Ditetapkan Tiga Pekan
Status tanggap darurat diberlakukan untuk memudahkan penanganan pascagempa yang berpusat di perairan Siberut Barat itu.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, menetapkan masa tanggap darurat bencana gempa M 6,4 selama tiga pekan. Status tanggap darurat diberlakukan untuk memudahkan penanganan pascagempa yang berpusat di perairan Siberut Barat itu.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Mentawai Novriadi, ketika dihubungi dari Padang, Rabu (31/8/2022), mengatakan, masa tanggap darurat bencana ditetapkan selama 21 hari sejak 30 Agustus hingga 19 September 2022.
”Pertimbangannya, pertama, untuk memudahkan akses pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat bermasalah di sana, stok pangan menipis. Maka perlu perlakuan khusus dengan status tanggap darurat bencana,” kata Novriadi.
Pertimbangan selanjutnya, kata Novriadi, masih banyak warga mengungsi pascagempa yang terjadi pada Senin (29/8/2022) pagi. Meskipun dari laporan sementara tidak banyak rumah rusak, warga masih mengungsi, terutama malam hari, karena masih merasakan gempa susulan. Maka kebutuhan pengungsi mesti dipenuhi.
Menurut Novriadi, kondisi cuaca buruk juga menjadi pertimbangan. Butuh waktu relatif panjang untuk penanganan pascagempa sebab akses ke lokasi melalui jalur laut sangat sulit.
Novriadi menjelaskan, selama masa tanggap darurat, petugas berupaya memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan di tempat pengungsian, seperti tenda dan sebagainya.
”Kami juga melakukan penilaian kerusakan-kerusakan akibat gempa, dari ringan, sedang, hingga berat. Sekarang kami belum dapat data pasti. Perlu hal khusus dilakukan pada saat tanggap darurat,” katanya.
Hingga Rabu, kata Novriadi, jumlah pengungsi bertambah menjadi 3.277 orang. Tambahan 951 pengungsi berasal dari tiga dusun di Desa Simatalu, Kecamatan Siberut Barat. Sebelumnya, pengungsi hanya tercatat 2.326 pengungsi di tujuh dusun Desa Simalegi, Siberut Barat.
Novriadi melanjutkan, data jumlah kerusakan akibat gempa bertambah. Ada satu rumah rusak berat dan tiga rumah rusak sedang di kedua desa tersebut. Sebelumnya, kerusakan yang tercatat di Simalegi, antara lain SD 11 Simalegi rusak berat, gereja Katolik rusak sedang, serta bangunan SMP 3 Siberut Barat, Puskesmas Betaet, dan aula kantor Camat Siberut Barat rusak ringan.
Adapun terkait bantuan, Novriadi mengatakan, bantuan tambahan diberangkatkan Rabu malam ini atau paling lambat Kamis (1/9/2022) pagi, tergantung kondisi cuaca. Bantuan bahan pokok, perlengkapan pengungsian, obat-obatan, dan lainnya dari pemkab, BNPB, Kementerian Sosial, dinas kesehatan, dan BUMD itu sudah dimuat ke kapal.
“Bantuan dikirimkan dengan kapal kargo KM Nade, milik pemkab. Logistik sudah di kapal, tinggal pemberangkatan, tergantung kondisi cuaca. Bantuan akan dibongkar di kantor Camat Siberut Barat, di sana ada posko lapangan. Dari posko ini, bantuan didistribusikan,” ujarnya.
Kembali beraktivitas
Kepala Desa Simalegi Jaret mengatakan, Rabu ini sebagian besar warga Simalegi yang mengungsi kembali beraktivitas di rumah masing-masing. Namun, mereka masih meninggalkan barang-barang berharga di tempat pengungsian. ”Malam hari mereka kembali menginap di tempat pengungsian,” katanya.
Menurut Jaret, warga masih tidur di pengungsian karena ada kekhawatiran terhadap gempa susulan dan tsunami. Gempa susulan masih dirasakan warga meskipun intensitas dan kekuatannya semakin menurun.
Rabu pagi, kata Jaret, anak-anak juga mulai masuk sekolah. Walakin, pada pukul 10.00-11.00, guru terpaksa membubarkan proses belajar-mengajar karena terjadi tiga kali gempa susulan. Siswa kembali pulang ke tempat pengungsian.
Terkait kerusakan, Jaret mengatakan, ada kerusakan rumah, tetapi jumlahnya belum pasti. Dari laporan warga yang ia terima, ada delapan rumah rusak. ”Rumahnya tidak roboh, tetapi tergeser dari sandinya. Rata-rata di Simalegi rumah panggung,” ujarnya.
Jaret mengatakan, distribusi bantuan masih terkendala. Jarak antardusun berjauhan, akses jalan tidak memadai, dan cuaca buruk. Bantuan baru menjangkau dua dusun terdekat dari pusat kecamatan, yaitu Betaet Utara dan Betaet Selatan. Lima dusun lainnya, Suteuleu, Sakaladhat, Saboilogkat, Muara Selatan, dan Muara Utara, belum tersentuh bantuan.
Menurut dia, jalan darat tidak bisa ditempuh karena jalan dan jembatan rusak. Akses jalan di pantai menjadi alternatif tetapi terhambat cuaca buruk, pasang tinggi, dan abrasi. Begitu pula dengan jalur laut, yang tidak bisa ditembuh dengan kapal cepat.
”Sampai sekarang, lima dusun itu belum dapat bantuan sama sekali, baik bahan pokok, selimut, tenda, tikar, maupun penerangan. Mereka mengungsi membawa bekal masing-masing,” katanya.
Gempa menurun
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Padangpanjang Suaidi Ahadi mengatakan, secara kegempaan, situasi di sekitar Kepulauan Mentawai sudah kondusif. Intensitas dan kekuatan gempa semakin menurun.
”Dari catatan kami, sudah jarang gempa susulannya. Intensitas dan kekuatannya menurun. Sejak gempa besar M 6,4, ada 16 kali gempa susulan, kekuatannya di bawah M 5,” kata Suaidi, Rabu siang.
Menurut Suaidi, dengan situasi mulai membaik, warga tidak perlu panik dan takut. Rentetan gempa yang terjadi sejak Senin dini hari tidak ada yang berpotensi tsunami. Yang penting warga tetap waspada karena potensi gempa M 8,9 di Megathrust Mentawai itu masih ada.
Gempa tektonik relatif kuat tiga kali mengguncang Pulau Siberut dan sekitarnya sejak Senin dini hari. Gempa pertama M 5,2 terjadi pukul 00.04, gempa kedua M 5,9 pukul 05.34, dan gempa ketiga M 6,4 pukul 10.29.
Ketiga gempa terjadi di lokasi yang hampir sama. Gempa terakhir M 6,4 berpusat di koordinat 0,99 lintang selatan dan 98,53 bujur timur atau tepatnya di laut pada jarak 12 kilometer (km) arah barat laut Siberut Barat pada kedalaman 24 km.