Kembali Diguncang Gempa M 6,4, Mentawai Alami Tiga Gempa Kuat dalam 12 Jam
Gempa relatif kuat, yaitu bermagnitudo 6,4, kembali mengguncang Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumbar, Senin (29/8/2022) pagi. Tiga bangunan retak-retak. Warga berada di tempat evakuasi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Gempa relatif kuat, yaitu bermagnitudo 6,4, kembali mengguncang Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Senin (29/8/2022) pagi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat, setidaknya ada tiga gempa relatif kuat mengguncang wilayah itu dalam 12 jam terakhir.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa tektonik M 6,4 (dimutakhirkan jadi M 6,1) itu terjadi pada Senin pukul 10.29. Pusat gempa di koordinat 0,99 Lintang Selatan dan 98,53 Bujur Timur atau tepatnya di laut pada jarak 12 kilometer (km) arah barat laut Siberut Barat pada kedalaman 24 km.
”Gempa ini merupakan kelanjutan aktivitas gempa sebelumnya,” kata Daryono, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, dalam keterangan tertulis, Senin (29/8/2022). Sebelumnya gempa terjadi pukul 00.04 bermagnitudo 5,2 dan pukul 05.34 dengan magnitudo 5,9. Hingga Senin pukul 12.12, belum terjadi gempa susulan.
Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, lanjut Daryono, gempa itu merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng segmen Megathrust Mentawai-Siberut. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Gempa M 6,4 dirasakan di sejumlah wilayah Pulau Siberut dengan skala intensitas V-VII Skala Mercalli (MMI). Di Tuapejat, ibu kota Kepulauan Mentawai, dan Painan getarannya mencapai III-IV MMI. Di Padang III MMI, sedangkan di Padang Panjang, Bukittinggi, Solok, dan Solok Selatan II-III MMI.
”Gempa bumi ini menimbulkan kerusakan ringan di wilayah Siberut Utara dan Siberut Barat. Hasil pemodelan menunjukkan gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” ujar Daryono.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Mentawai Novriadi, dihubungi dari Padang, mengatakan, gempa ini terasa, terutama di Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat, yang dekat dengan pusat gempa. Di antara dua gempa sebelumnya, gempa terakhir terasa lebih kuat.
”Pusat gempa masih di area sama. Gempa terakhir lebih kuat dibandingkan gempa tadi pagi. Masyarakat sekarang berada di tempat evakuasi,” kata Novriadi. Pada gempa M 5,9 pukul 05.34, masyarakat juga sempat mengungsi ke bukit dekat perkampungan di Desa Simalegi.
Kami imbau masyarakat tetap waspada dan bersiaga di tempat evakuasi. (Novriadi)
Menurut Novriadi, meskipun lebih kuat, sejauh ini tidak ada korban jiwa ataupun luka-luka akibat gempa. Namun, sedikitnya ada tiga bangunan rusak ringan berupa retak-retak di Desa Simalegi, yaitu SMP 3 Siberut Barat, Puskesmas Betaet, dan satu gereja.
”Kami imbau masyarakat tetap waspada dan bersiaga di tempat evakuasi. Sejauh ini belum ada laporan gempa susulan dari gempa M 6,4. Senin ini, ada tiga gempa di atas M 5 dan gempa susulan dari gempa kedua sekali M 3,7.
Hendrikus Bentar, warga Siberut Selatan, mengatakan, warga juga kembali merasakan gempa di Muara Siberut. Gempa M 6,4 terasa lebih kuat dan lama dibanding dua gempa sebelumnya. Saat gempa, warga keluar rumah.
”Kondisi warga sekitar, untuk sementara masih aman, namun tetap waspada. Belum ada yang mengungsi,” katanya.
Gempa juga terasa di Kecamatan Padang Timur, Kota Padang. Walaupun tidak begitu kuat, gempa yang mengayun beberapa detik itu membuat cermin tergantung dan air galon bergoyang.
Sebelumnya, seperti diberitakan Kompas.id, (24/10/2019), Daryono menegaskan, peningkatan aktivitas gempa di Kepulauan Mentawai patut diwaspadai karena zona ini memang zona aktif gempa dengan sejarah gempa besar. Di sana, gempa dahsyat terjadi 24 November 1833. ”Kekuatannya mencapai M 9,0,” ucapnya.