Menjadi hak bagi semua orang, baik secara individu, komunitas, maupun bangsa, untuk mendapatkan perlindungan secara adil dari bahaya persoalan lingkungan. Keadilan lingkungan itu juga menjadi tanggung jawab bersama.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Menangani persoalan lingkungan hidup, termasuk pengelolaan sampah, dan juga dampak perubahan iklim membutuhkan peran multipihak, termasuk masyarakat. Kalangan generasi muda memiliki peran, yang setara dan aktif, dalam langkah kolaborasi dan inovasi demi menjaga bumi.
Administrator Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (US Environmental Protection Agency/EPA) Michael Stanley Regan mengatakan, masyarakat menjadi kunci penting dalam menyelesaikan persoalan sampah. Dalam pengelolaan sampah, keterlibatan dan kolaborasi multipihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan komunitas, dibutuhkan dalam mengatasi persoalan lingkungan yang kompleks tersebut.
”Dibutuhkan pula inovasi dan pemanfaatan teknologi,” kata Regan dalam kunjungannya di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Sampahku Tanggung Jawabku (Samtaku) Jimbaran di Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, Senin (29/8/2022) sore. Regan hadir di Bali juga untuk menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim G20 di Bali.
Regan menyebutkan, menjadi hak bagi semua orang, baik secara individu, komunitas, maupun bangsa, untuk mendapatkan perlindungan secara adil dari bahaya persoalan lingkungan. Keadilan lingkungan itu juga menjadi tanggung jawab bersama, termasuk kalangan generasi muda dan komunitas. Komunitas memiliki ide dan inovasi yang perlu didengar dan diberikan ruang yang setara di antara para pemangku kepentingan lainnya.
Regan juga menyatakan solusi penanganan sampah dan persoalan lingkungan hidup, termasuk pula dampak perubahan iklim, sebenarnya sudah ada dalam genggaman semua pihak tersebut. Agar solusi itu dapat dipenuhi, menurut Regan, maka kerja sama dan kerja bersama semua pihak menjadi dibutuhkan.
”Bekerja sama dengan para mitra internasional, seperti Indonesia, dan juga dengan sektor swasta serta generasi muda yang merupakan generasi baru pemimpin lingkungan, solusi-solusi inovatif dapat dimajukan demi membangun sistem pengelolaan sampah yang lebih kuat dan lebih tangguh serta efisien untuk melindungi manusia dan planet kita,” kata Regan dalam sesi dialog bersama para mitra dan komunitas muda, yang dipandu Direktur Komunikasi dan Inisiatif Strategis Yayasan Kopernik Sergina Loncle, di TPST Samtaku Jimbaran.
TPST Samtaku Jimbaran adalah fasilitas pengelolaan dan pengolahan sampah di Jimbaran, Badung, yang dikelola PT Reciki Solusi Indonesia melalui PT Reciki Mantap Jaya (Remaja) dengan dukungan dari Danone Aqua dan Pemerintah Kabupaten Badung. Fasilitas di TPST Samtaku Jimbaran memiliki kapasitas pengelolaan sampah hingga 120 ton per hari dan menerima sampah dari sejumlah desa di Kabupaten Badung, terutama kawasan Jimbaran dan sekitar. Fasilitas pengelolaan sampah sejenis TPST Samtaku Jimbaran juga disiapkan di Mengwi, Badung.
Solusi penanganan sampah dan persoalan lingkungan hidup, termasuk pula dampak perubahan iklim, sebenarnya sudah ada dalam genggaman semua pihak. (Michael Stanley Regan)
Pemerintah Amerika Serikat melalui US International Development Finance Corporation mendukung pendanaan program Ocean Fund, yang dikelola perusahaan manajemen investasi Circulate Capital, berkolaborasi dengan USAID. Dukungan itu berupa investasi pinjaman untuk menjamin portofolio pinjaman program daur ulang dan pengelolaan limbah guna mengurangi plastik di lautan dan menanggulangi degradasi lingkungan di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara.
PT Reciki mendapat pendanaan Circulate Capital Ocean Fund (CCOF) untuk memperluas operasi pengelolaan sampah secara terpadu di wilayah Bali dan Jawa Timur.
Direktur PT Reciki Bhima Aries Diyanto mengatakan, 80 persen sampai 90 persen sampah yang diterima TPST Samtaku Jimbaran adalah sampah organik. Masyarakat memiliki peran dalam menangani sampah yang dimulai dengan memilah sampah dari rumah. ”Aktivitas di TPST (Samtaku) ini juga menjadi edukasi agar setiap orang sadar dan mau memilah sampah,” ujar Bhima.
Vice President General Secretary Danone Aqua Vera Galuh menyebutkan, pihak Danone Aqua bersama TPST Samtaku Jimbaran menempatkan proses pendidikan lingkungan berjalan bersama komunitas setempat. Model edukasi kolaboratif itu bertujuan memunculkan inisiatif dan gerakan peduli lingkungan.
Direktur Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) Danone Aqua Karyanto Wibowo menambahkan, pembelajaran dan edukasi peduli lingkungan diupayakan melibatkan kalangan generasi muda dan dimulai sejak anak-anak. Danone Aqua mengampanyekan gerakan bijak berplastik dan mendorong ekosistem ekonomi sirkular. Produk Danone Aqua, misalnya, air minum dalam kemasan menggunakan botol hasil daur ulang. Danone Aqua merancang kemasan plastik inovatif yang 100 persen dapat didaur ulang.