Penanganan Sampah Belum Ideal, Pemilahan Sampah di Bali Butuh Dukungan
Pengelolaan sampah masih menjadi masalah di Indonesia, termasuk di Bali. Penanganan sampah membutuhkan kepedulian dan kolaborasi multipihak, termasuk pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·2 menit baca
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Suasana di gedung Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sampahku Tanggung Jawabku (Samtaku) Jimbaran di Kabupaten Badung, Bali, Senin (6/12/2021). Danone-Aqua bermitra dengan sejumlah pihak, di antaranya, PT Reciki Mantap Jaya dan Pemkab Badung, membangun TPST Samtaku Jimbaran untuk mengolah sampah organik dan sampah anorganik dengan kapasitas harian mencapai 120 ton.
BADUNG, KOMPAS — Bali masih dibelit masalah pengelolaan sampah. Penerapan penanganan sampah ideal dengan memulainya sejak dari rumah membutuhkan kepedulian dan kolaborasi banyak pihak.
Di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sampahku Tanggung Jawabku (Samtaku) Jimbaran di Kabupaten Badung, Bali, Senin (6/12/2021), misalnya, jenis sampah masih bercampur. Antara sampah organik dan non-organik belum dipisahkan warga.
Padahal, regulasi terkait hal ini sudah dibuat sejak tiga tahun lalu. Salah satunya peraturan Gubernur Bali tentang kebijakan dan strategi pengelolaan sampah rumah tangga, pengelolaan sampah berbasis sumber, dan pengurangan timbulan sampah plastik.
Direktur PT Reciki Mantap Jaya (Reciki) Bhima Aries Diyanto mengatakan, sampah di TPST Samtaku Jimbaran masih bervariasi. Pemilihan sampah dilakukan di sana dengan alat khusus dan penyortiran manual. Ke depan, selain menggalakkan pemilahan sejak dari rumah, pengelolaannya bisa dibangun lewat kolaborasi banyak pihak dengan konsep bisnis berkelanjutan.
TPST Samtaku Jimbaran merupakan fasilitas pengelolaan sampah terpadu yang dibangun dari kemitraan Danone-Aqua bersama beberapa pihak. Danone-Aqua menjadi investor. Adapun Reciki sebagai operator utamanya. Danone-Aqua juga menginisiasi dan mendampingi unit bisnis daur ulang (recycle business unit/RBU), salah satunya di Tohpati, Kota Denpasar.
Direktur Sustainable Development Danone-Aqua Karyanto Wibowo (kanan) memberikan pemaparan dalam acara Danone-Aqua Circularity Tour di TPST Samtaku Jimbaran, Badung, bersama Direktur PT Reciki Mantap Jaya Bhima Aries Diyanto (duduk, kiri), Senin (6/12/2021).
Direktur Sustainable Development Danone-Aqua Karyanto Wibowo menambahkan, persoalan nyata dan masih terjadi adalah pemilahan sampah belum optimal. Karyanto menyebut, hasil survei Badan Pusat Statistik pada 2018-2019, mayoritas rumah tangga belum memilah sampah.
”Ini memerlukan edukasi agar proporsi masyarakat yang tidak memilah sampah itu dapat berkurang,” ujar Karyanto.
Hasil survei Bali Partnership-Systemiq, yang juga melibatkan Pemprov Bali, pada 2019 menunjukkan, timbulan sampah di Bali mencapai 4.821 ton per hari. Dari timbulan sampah itu, sekitar 48 persen sampah di Bali sudah ditangani dan dikelola. Namun, 52 persen sampah lainnya belum tertangani.
Karyanto menyatakan, survei itu juga mengindikasikan sampah organik merupakan jenis sampah yang paling banyak dihasilkan di Bali. Jumlahnya mencapai 60 persen. Setelah itu, ada 20 persen sampah plastik, sampah kertas (11 persen), dan sisanya besi, gelas kaca, dan material lainnya.
Danone-Aqua bermitra dengan sejumlah pihak, di antaranya, PT Reciki Mantap Jaya dan Pemkab Badung, membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sampahku Tanggung Jawabku (Samtaku) Jimbaran di Kabupaten Badung. Dokumentasi pada Senin (6/12/2021) menunjukkan alur proses pengolahan sampah di TPST Samtaku Jimbaran, Badung.
TPST Samtaku Jimbaran, yang diresmikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada 10 September 2021, dilengkapi fasilitas pendidikan lingkungan. TPST ini memiliki kapasitas 120 ton sampah dengan area pengumpulan sampah dari sejumlah desa dan kelurahan di Kabupaten Badung.
Karyanto mengatakan, Danone-Aqua juga bagian dari komunitas masyarakat dan berkomitmen menjadi bagian solusi dari penanganan sampah di Indonesia. Pengelolaan sampahnya menerapkan konsep ekonomi sirkular dengan berdasarkan prinsip 3R, yaitu pengurangan (reduce), pemanfaatan kembali (reuse), dan pendaurulangan (recycle). Danone-Aqua juga berinovasi dengan menghasilkan botol plastik dengan bahan baku material daur ulang.