Personel Kepolisian Aceh Timur Meninggal Diduga Bunuh Diri
Posisi mayat korban tergeletak di atas tempat tidur. Korban memakai baju kaus dan celana jins. Sebuah pistol jenis Taurus berada di samping jasad korban.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
IDI RAYEUK, KOMPAS — Seorang anggota Kepolisian Resor Aceh Timur, Provinsi Aceh, Briptu Wendi Pranata, ditemukan meninggal di rumahnya pada Kamis (25/8/2022). Korban mengalami luka di kepala dan sebuah pistol tergeletak di samping jasad.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Aceh Komisaris Besar Winardy, Jumat (26/8/2022), mengatakan, penyebab kematian korban masih didalami. Namun, ia mengakui ada luka pada kepala korban dari kanan tembus ke kiri. Kuat dugaan luka itu berasal dari terjangan peluru.
Winardy menyebutkan pihaknya belum dapat menyimpulkan kematian korban karena bunuh diri atau bukan. ”Untuk mengetahui apakah korban menembak diri sendiri atau bukan, perlu crime scientific investigation,” ujarnya.
Korban ditemukan meninggal di dalam kamarnya di Perumahan Polres Aceh Timur di Jalan Medan-Banda Aceh, Desa Seuneubok Punteut, Kecamatan Peudawa, Kabupaten Aceh Timur.
Posisi mayat korban tergeletak di atas tempat tidur. Korban memakai baju kaus dan celana jins. Sebuah pistol jenis Taurus berada di samping jasad korban. Di kamar itu juga ditemukan lima butir amunisi, satu proyektil, telepon genggam, dan kotak amunisi cadangan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, korban mengurung diri di kamar. Kepala Satuan Reserse Narkoba Polres Aceh Timur Ajun Komisaris Novrizaldi sempat membujuk korban agar tidak bunuh diri. Namun, usaha itu tidak berbuah hasil. Sebuah tembakan membuat Wendi ambruk.
Winardy menjelaskan, barang bukti di lokasi kejadian telah diambil tim penyidik. Para personel di Polres Aceh Timur juga dimintai keterangan. Di tangan korban ditemukan serbuk serpihan dari proyektil.
Menurut psikolog Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Lely Safrina, bunuh diri pada umumnya dipicu depresi berat. Namun, depresi itu lahir dari berbagai masalah, baik keluarga maupun lingkungan.
Dalam banyak kasus bunuh diri, depresi telah dialami oleh korban dalam waktu yang lama. Bunuh diri dianggap menjadi jalan keluar atas persoalan yang dialami sekian lama.
”Sebenarnya kasus bunuh diri di dunia juga mengalami kenaikan, setahun sekitar 700.000 penduduk dunia bunuh diri. Di Indonesia, kasus bunuh diri juga tinggi,” kata Lely.
Menurut Lely, siapa pun berpeluang melakukan bunuh diri, baik orang berpendidikan rendah maupun berpendidikan tinggi, orang miskin maupun orang kaya. Sebab, setiap manusia pasti memiliki masalah, tetapi tingkat daya tahan psikologis setiap orang berbeda-beda.
Individu dengan daya tahan psikologis lemah cenderung lebih besar risiko melakukan bunuh diri. Oleh sebab itu, kata Lely, setiap orang perlu menguatkan mental dan kekuatan spiritual agar mampu menghadapi masalah hidup.
Lely juga mengingatkan agar keluarga, rekan kerja, memperhatikan perubahan perilaku orang-orang terdekat agar tidak sampai bunuh diri. ”Jika menemukan seseorang mengalami perubahan perilaku harus didampingi, bantu dia mencari solusi persoalan yang sedang dihadapi,” kata Lely.
Orang yang mengakhiri hidup dengan bunuh diri, tambah Lely, karena merasa tidak memiliki harapan, merasa tidak berguna, gagal, dan tidak ada tempat untuk dia berharap.