Surplus beras di Kabupaten Malang terjaga. Meski sempat turun pada 2020, angkanya kembali naik pada 2021.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Setelah sempat sempat turun pada tahun 2020, angka suplus beras di Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada tahun 2021 kembali naik menjadi 84.194 ton. Pada tahun 2022 ini diharapkan surplus beras bisa di atas 84.000 ton hingga mendekati 90.000 ton.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, kondisi tanaman di Kabupaten Malang bervariasi. Ada daerah yang telah memulai tanam padi, seperti Kecamatan Sumberpucung dan Singosari. Ada pula petani yang memilih menanam palawija, seperti di Kecamatan Tajinan dan Turen hingga Poncokusumo.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malang Agung Purwanto mengatakan, posisi pangan di wilayahnya aman. ”Kabupaten Malang memiliki produksi beras yang bagus dan hasilnya juga dikirim ke luar daerah,” ujarnya melalui telepon, Minggu (21/8/2022).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi padi di Kabupaten Malang tahun 2021 mencapai 503.428 ton gabah kering giling (GKG), dengan 478.078 ton GKG di antaranya dari lahan sawah dan 25.350 ton dari ladang.
Angka ini naik dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 481.001 ton, dengan 450.601 ton di antaranya dari sawah dan 29.400 ton dari ladang. Produksi padi tertinggi pernah dicapai tahun 2017, sebesar 505.183 ton, baik di sawah maupun ladang.
Menurut Agung, pada tahun 2020 wilayahnya tetap surplus, tetapi angkanya turun dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 73.000 ton. Penyebabnya ada beberapa, salah satunya terdampak pandemi. Sementara total kebutuhan pangan di Malang sekitar 420.000 ton per tahun.
”Tahun ini, karena kemarau basah, kemungkinan surplus kami bisa lebih tinggi lagi dibandingkan tahun lalu karena semua infrastruktur dan sarana-prasarana, seperti irigasi, kondisinya mendukung. Pandemi Covid-19 juga melandai,” katanya.
Luas lahan pertanian berbasis irigasi di Kabupaten Malang mencapai 45.888 hektar (ha) atau 93 persen dari total lahan, sisanya 7 persen (3.400 ha) sawah tadah hujan. Dari luasan lahan irigasi itu, 42.739 ha merupakan sawah irigasi teknis dan 3.149 ha nonteknis.
Disinggung soal kemungkinan adanya pengaruh cuaca yang kurang kondusif terhadap tanaman pertanian, menurut dia, pengaruhnya lebih ke hortikultura, seperti cabai dan sayuran. Untuk palawija dan tanaman pangan, kondisinya relatif lebih stabil.
Seperti diketahui, kemarau basah berdampak pada mundurnya musim tanam bawang merah dan cabai di Kecamatan Ngantang yang berlangsung hingga satu bulan. Penanaman bibit bawang dan cabai yang biasanya dilakukan pada akhir Mei mundur menjadi akhir Juni. Pasalnya, hujan membuat media tanam bawang dan cabai terganggu.
Sebelumnya, pekan lalu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, provinsinya masih menjadi wilayah dengan luas dan produksi padi terbesar nasional. Produksi padi di Jatim tahun 2021 sebanyak 9,789 juta ton GKG dengan luas tanam 1,747 juta ha.
Khofifah juga meminta daerah-daerah penghasil beras di wilayahnya untuk mengejar jika ada ketinggalan tanam, seperti Kabupaten Lamongan, Tuban, Jember, dan Ngawi. ”Yang sudah dipanen harus sudah ditanami kembali,” ujarnya saat menghadiri Kick OffGerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan di Malang.