Masa Tanam Bawang Merah dan Cabai di Malang Mundur akibat Cuaca
Masa tanam bawang merah dan cabai di sentra di Malang mundur satu bulan akibat curah hujan masih tinggi. Dampaknya, musim panen kedua komoditas itu juga bakal mundur.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Wiji (80), salah satu petani di Desa Purworejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tengah menyiram benih bawang merah yang baru dia tanam, Minggu (3/7/2022).
MALANG, KOMPAS — Kondisi cuaca yang kerap hujan berpengaruh terhadap awal musim tanam bawang merah di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Akibatnya, awal musim tanam cabai juga ikut mundur karena petani biasanya menanam kedua komoditas itu secara tumpang sari.
Kondisi ini berdampak pada minimnya pasokan kedua komoditas itu lantaran waktu panen juga diperkirakan bakal mundur. Padahal, saat ini harga bawang merah dan cabai di tingkat petani juga masih tinggi. Harga bawang merah di Ngantang Rp 35.000 per kilogram (kg), sedangkan harga cabai rawit masih bertengger Rp 72.000-Rp 80.000 per kg.
Dari pantauan Kompas, Minggu (3/7/2022), ada petani yang sedang menanam benih bawang, sudah tanam beberapa hari lalu dan benihnya mulai tumbuh, serta sebagian lainnya masih mengolah tanah. Bahkan, ada lahan yang masih ditelantarkan begitu saja seusai panen padi karena pemiliknya menunggu cuaca lebih meyakinkan.
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Produksi petani bawang merah asal Desa Sumbersuko, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, Sabtu (7/6/2021).
Biasanya petani di kawasan pegunungan itu mulai menanam bawang merah pada akhir Mei-Juni setelah tidak ada hujan atau memasuki musim kemarau. Namun, tahun ini waktu tanam mundur karena terkendala hujan. Intensitas hujan yang masih tinggi mengganggu penyiapan lahan.
”Kalau hujan deres, tanah menjadi lembek, sulit ditata menjadi bidang-bidang untuk menanam benih. Kalau bibit sudah ditanam, kondisinya aman meski hujan,” ujar Waji (80), salah satu petani di Dusun Pakan, Desa Purworejo, yang siang itu baru selesai menanam benih bawang merah jenis bali.
Dari sisi jumlah, menurut Waji, tidak ada beda antara luasan tanaman bawang merah kali ini dan tahun-tahun sebelumnya di Ngantang. Dia mengelak jika petani saat ini banyak yang lari menanam komoditas lain lantaran memanfaatkan air hujan, salah satunya padi.
”Tetap, kalau waktunya bawang merah, petani di sini, ya, menanam bawang merah meski harus mundur waktunya. Mereka tidak mengganti dengan tanaman lain,” ucapnya. Ngantang merupakan salah satu sentra bawang merah di Malang.
Petani di Desa Pujon Lor, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tengah memanen cabai rawit, Minggu (3/7/2022). Saat ini harga cabai rawit di tingkat petani setempat masih tinggi, Rp 80.000 per kilogram.
Hal senada disampaikan Wahyu (23), petani muda di blok lain di Dusun Pakan. Menurut Wahyu, ada dua lahan yang biasa dipakai untuk menanam bawang, yakni tegalan dan sawah. Musim tanam bawang di tegalan berlangsung pada November-Desember (panen Januari-Februari). Sementara di sawah akhir Mei-Juni (panen Agustus-September).
”Biasanya Mei sudah tidak ada hujan, sedangkan sekarang awal Juli masih ada hujan. Akibatnya, stok bawang merah di pasaran sedikit. Saat ini harga bawang merah di petani Rp 35.000 per kg, lebih tinggi dari biasanya Rp 20.000 per kg. Tidak hanya bawang, harga benih juga melambung Rp 35.000-40.000 per kg dari biasanya Rp 15.000-Rp 20.000 per kg,” ucapnya.
Cuaca tidak hanya mengulur waktu tanam. Menurut Wahyu, cuaca basah juga berpotensi mendatangkan hama kaper. Hewan sejenis kupu-kupu kecil ini biasanya muncul dan menyerang daun. Untuk menanggulangi, petani harus melipatgandakan upaya penyemprotan.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Seorang petani di Desa Pujon Lor, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tengah menunjukkan buah cabai rawit yang terserang cacar, Minggu (3/7/2022).
Sementara itu, mesti awal tanam tidak terpengaruh oleh cuaca, tanaman cabai di tegalan di Ngantang juga tidak luput dari serangan hama yang muncul akibat pengaruh hujan. Menurut Wiji, cabai di tegalan banyak yang gagal panen akibat cacar, buah menjadi kering. Sementara mencari obat di toko pestisida sulit.
Tahun ini serangan cacarnya lebih masif. Oleh karena itu, harga cabai tinggi.
Wiji sendiri masih memiliki tanaman cabai di tegalan, tetapi belum siap panen. ”Kalau cabai petani di tegalan saat ini sudah hampir habis panen raya. Namun, saat panen raya juga banyak petani yang tidak merasakan untung lantaran cabai mereka terserang hama,” ucapnya.
Apa yang disampaikan Wiji terkait hama yang menyerang tanaman cabai dibenarkan beberapa petani di Desa Pujon Lor, Kecamatan Pujon. Menurut mereka, buah cabai yang terserang cacar akan berwarna kecoklatan dan sulit dipulihkan.
”Tahun ini, serangan cacarnya lebih masif. Oleh karena itu, harga cabai tinggi. Jika Lebaran lalu harganya Rp 50.000 per kg untuk cabai rawit, sekarang masih tinggi Rp 80.000 per kg di daerah sini. Sedang cabai besar turun dari Rp 60.000 menjadi Rp 40.000 per kg,” ujar Ani (55), salah satu petani di Pujon Lor yang tengah memetik cabai.
Sebelumnya, Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto mengakui, petani di wilayahnya ikut merasakan dampak cuaca, termasuk petani bawang dan cabai.
Untuk membantu meringankan beban petani, khususnya cabai yang terserang hama, Pemerintah Kabupaten Malang berencana menggelontorkan bantuan 100.000 bibit cabai rawit. Bibit itu akan diberikan kepada petani di sentra, seperti Ngantang, Wajak, Poncokusumo, dan Tumpang.