Warga Tapanuli Selatan Ditemukan Tewas Tinggal Tulang, Diduga Dimangsa Harimau
Seorang warga Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, ditemukan tewas dan tinggal tulang belulang di kebun karet di dekat hutan. Korban diduga tewas dimangsa harimau. Namun, BBKSDA Sumut masih menyelidiki kasus itu.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
SIPIROK, KOMPAS — Seorang warga Desa Lobu Tayas, Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, ditemukan tewas dan tinggal tulang belulang di kebun karet dekat hutan. Warga yang diduga adalah Saipul Ritonga (58) itu diduga tewas dimangsa harimau. Namun, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumut belum bisa mengambil kesimpulan terkait kasus itu.
Direktur Yayasan Alam Liar Sumatera Haray Sam Munthe, Sabtu (20/8/2022), mengatakan, kasus ini berawal saat Saipul berangkat dari rumahnya pada Kamis (11/8/2022) menuju rumah saudaranya yang bernama Saruddin Ritonga.
Saat itu, Saipul berjalan sekitar 2,8 kilometer menuju dusun lain dengan melintasi kebun karet di dekat kawasan hutan. Saat berangkat dari rumah, ia bersama dengan warga lain, tetapi berpisah di tengah jalan.
Namun, hingga sepekan, Saipul tidak kunjung kembali ke rumahnya. Saruddin pun mencarinya dan menemukan tas, sepatu, serta parang milik korban. Selain itu, Saruddin juga menemukan tulang belulang.
”Saruddin meyakini bagian tubuh yang ia temukan itu milik Saipul. Ia mengenal dari telapak kaki yang tersisa. Ia pun mendengar suara yang diduga adalah harimau sehingga ia langsung meninggalkan lokasi itu,” kata Haray.
Malam harinya, Saruddin bersama kepala desa dan warga lain kembali mendatangi lokasi untuk mengevakuasi jenazah yang diduga Saipul itu. Namun, mereka masih mendengar suara yang mirip dengan suara harimau. Mereka pun memutuskan untuk pulang dan melanjutkan pencarian esok harinya.
Pada pagi hari, warga akhirnya berhasil mengevakuasi jenazah tersebut dan memakamkannya. Untuk sementara, Dusun Sitalak pun masih dikosongkan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Namun, hingga sepekan, Saipul tidak kunjung kembali ke rumahnya. Saruddin pun mencarinya dan menemukan tas, sepatu, serta parang milik korban. Selain itu, Saruddin juga menemukan tulang belulang.
Haray mengatakan, wilayah di sekitar Desa Lobu Tayas itu adalah hutan lindung yang merupakan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan V Aek Kanopan. Yayasan Alam Liar Sumatera pun sudah bertahun-tahun memonitor satwa di kawasan itu, khususnya harimau sumatera.
”Menurut pantauan kami, ada dua satwa yang mempunyai teritori di sekitar Desa Lobu Tayas,” kata Haray.
Haray menyebut, selama ini, harimau di kawasan itu menghadapi banyak ancaman, misalnya konflik dengan manusia, perburuan, dan kerusakan habitat. Beberapa waktu belakangan, pegiat Yayasan Alam Liar Sumatera menemukan banyak sekali jerat kawat dari seling baja. Pada Juni lalu, misalnya, ada sekitar 40 jerat kawat yang mereka temukan.
Saat mengevakuasi jenazah yang diduga Saipul, mereka juga menemukan banyak jerat kawat di sekitar lokasi. Jerat kawat biasanya digunakan untuk menangkap babi hutan, tetapi sering sekali yang terjerat adalah harimau.
Sementara itu, Andoko Hidayat dari bagian Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut mengatakan, tim mereka sudah turun ke lapangan untuk melakukan penyelidikan. Namun, mereka belum bisa mengambil kesimpulan terkait kasus itu.
BBKSDA Sumut juga belum bisa memastikan apakah korban meninggal diterkam harimau atau tidak. ”Nanti hasil penyelidikannya akan kami sampaikan,” kata Andoko.
Camat Aek Billah, Saddar PN Pasaribu, mengatakan, mereka sudah berkoordinasi dengan BBKSDA Sumut tentang dugaan konflik satwa dengan manusia tersebut. Selain itu, mereka juga melaporkan kejadian itu kepada kepolisian setempat.
Saddar menyebut, korban yang tewas itu diduga diterkam harimau. Dugaan tersebut muncul melihat luka yang dialami korban, khususnya di bagian kakinya.