Peternak NTT Dapat Kredit Mikro ”Merdeka” Senilai Rp 3 Miliar
Sebanyak 10 kelompok peternak dapat kredit mikro ”Merdeka” dari Pemprov NTT melalui Bank Daerah NTT pada peringatan HUT Ke-77 RI, Rabu, 17 Agustus 2022.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Peternak Nusa Tenggara Timur mendapatkan kredit mikro ”Merdeka” senilai Rp 3 miliar dari Bank Daerah Nusa Tenggara Timur. Setiap peternak mendapatkan satu sapi untuk dikembangkan.
Budidaya sapi melalui kredit jenis ini melibatkan berbagai pihak. Peternak pun didorong suatu saat menjadi pengusaha. Hingga hari ini, provinsi yang terdiri atas 21 kabupaten/kota ini masih bebas dari penyakit mulut dan kuku.
Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat bersama Wakil Gubernur Joseph Nae Soi dan sejumlah pejabat daerah seusai peringatan HUT Ke-77 Kemerdekaan RI di Kupang, Rabu (17/8/2022). Sebanyak 30 peternak atau satu kelompok ternak menerima bantuan itu. Mereka mewakili sembilan kelompok ternak lain, sebagian besar dari Kabupaten Kupang.
Kepala Dinas Peternakan NTT Yohana Lisapaly seusai penyerahan itu mengatakan, satu kelompok ternak beranggotakan 30 orang. Satu peternak untuk tahap pertama berhak mendapatkan satu sapi, yang disiapkan offtaker, pengusaha penjamin ternak, dengan dana disediakan Bank NTT.
Dikatakan, bobot sapi yang diserahkan offtaker kepada peternak itu, misalnya, 200 kilogram. Nanti peternak merawat sekaligus melakukan penggemukan menjadi 300 kg atau bahkan hingga 400 kg.
Misalnya peternak berhasil menaikkan bobot sapi menjadi 300 kg berarti ada kelebihan 100 kg. ”Kelebihan itu dihitung sesuai harga sapi hidup saat itu, sebagai keuntungan peternak,” ujar Yohana.
Masa penggemukan berlangsung enam bulan oleh peternak dengan dukungan dana dari Bank NTT. Selama proses penggemukan ini melibatkan berbagai pihak, seperti dokter hewan, jaminan dari BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan, serta TNI dan Polri NTT untuk keamanan. Intinya, kerja kolaborasi untuk menyukseskan program kredit ”Merdeka” tanpa bunga itu.
Selisih bobot
Setelah mencapai bobot 300-400 kg per ekor, peternak kembali menjual ternak kepada offtaker bersangkutan. Mereka mendapatkan keuntungan dari selisih bobot tersebut. Jika program ini berhasil, akan dilanjutkan ke semua kelompok ternak di NTT.
Sistem ini untuk menaikkan bobot ternak yang selama ini masih di bawah 275 kg per ekor saat dikirim antarpulau, selain memberikan keuntungan kepada peternak.
Ia mengatakan, saat ini populasi ternak sapi di NTT mencapai 1,2 juta ekor. Jika dihitung seluruh ternak, termasuk kuda dan kerbau, maka total ternak di provinsi dengan wilayah seluas 47.932 kilometer persegi ini sebanyak 2 juta ekor.
Target untuk populasi ternak sapi sudah terealisasi, yakni 800.000 ekor per tahun 2021 dan mencapai 1,2 juta ekor pada Juli 2022.
Kuota pengiriman ternak dari NTT ke luar daerah sesuai dengan Keputusan Gubernur NTT Nomor 17/Kep/HK/2022, alokasi pengeluaran ternak besar potong sapi, kerbau, dan kuda sebanyak 63.533 ekor.Saat ini sudah terealisasi pengiriman sebanyak 38.203 ekor.
”Biasanya akhir tahun ada penambahan kuota. Tetapi, dilihat juga dengan populasi yang ada, apakah masih memungkinkan atau tidak,” ujarnya.
Daerah tujuan pengiriman sapi dari NTT selama ini adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan beberapa provinsi di Kalimatan. Sapi yang dikirim sesuai dengan permintaan pengusaha di daerah itu.
Secara bertahap, sembilan kelompok lain bakal menerima sehingga total kredit Merdeka menjadi Rp 3 miliar. Sekali lagi, kredit ini tanpa bunga. (Edi Juma)
Yohana mengklaim, hingga sekarang NTT masih bebas dari penyakit mulut dan kuku. Jumlah 120 kg ternak dari Timor Leste yang dimusnahkan beberapa hari lalu sudah diperiksa tim ahli dan tidak menemukan adanya dugaan PMK tersebut.
”Meski demikian, perlu tetap menjaga agar PMK tidak masuk NTT. Ini komitmen semua pihak, tidak hanya pemprov, tetapi juga peternak dan masyarakat,” katanya.
Terdapat sekitar 100 kelompok ternak di NTT. Pemprov terus melakukan penguatan kelembagaan kelompok berupa pelatihan, dukungan modal, serta sarana dan prasarana peternakan. Peternak didorong agar suatu ketika mereka bisa tampil sebagai offtaker juga, pengusaha ternak berskala besar.
Peternak menjadi pengusaha ternak memang sulit, tetapi harus terus didorong. Ekosistem ternak di kalangan peternak sudah terbangun, tinggal semangat dan kemauan peternak sendiri untuk maju, dengan dukungan pemerintah.
Mengenai sapi wagyu yang dicanangkan pemprov beberapa waktu lalu di Sumba Timur, Yohana mengatakan, bantuan sapi itu dari pusat belum datang. Pemprov sudah melakukan persilangan sapi wagyu dengan sapi lokal dan hasilnya sudah diperoleh sekitar 140 ekor wagyu hasil persilangan.
Kepala Bidang Agrobisnis Dinas Peternakan NTT Edi Juma mengatakan, jika model pendampingan terhadap peternak yang melibatkan berbagai pihak ini berhasil, metode serupa akan dikembangkan ke semua kabupaten/kota di NTT, dengan tetap melibatkan Bank NTT sebagai penyedia dana.
”Secara bertahap, sembilan kelompok lain bakal menerima sehingga total kredit Merdeka menjadi Rp 3 miliar. Sekali lagi, kredit ini tanpa bunga,” kata Juma.
Mince Halek (46), salah satu penerima bantuan kredit ”Merdeka” dari Pemprov NTT, mengatakan, dirinya sangat bangga dengan sistem ini.
Ia berharap dalam realisasi pengucuran kredit ini tidak berbelit. Masa kredit enam bulan untuk menaikkan bobot sapi di musim kemarau seperti sekarang agak sulit karena sangat sulit mendapatkan pakan yang bagus.
Ia berterima kasih kepada pemerintah yang menyerahkan kredit tersebut bertepatan dengan hari kemerdekaan RI. ”Ada semangat kemerdekaan, semangat perjuangan untuk merdeka dari kemiskinan,” janji Mince.