Pemerintah Klaim Pencapaian, Banyak Masyarakat NTT Belum Rasakan Kemerdekaan
Pemerintah mengklaim keberhasilan di segala bidang. Di sisi lain, banyak masyarakat belum menikmati kemerdekaan dalam pembangunan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mengklaim sejumlah pencapaian dalam pembangunan daerah itu. Pencapaian di berbagai sektor itu terjadi saat NTT dilanda sejumlah bencana, mulai dari Covid-19 yang mengglobal hingga badai Seroja dan demam babi afrika di sana.
Namun, di sisi lain, sejumlah masyarakat mempertanyakan klaim keberhasilan berdasarkan angka statistik tersebut. Pasalnya, realitas di lapangan menunjukkan minimnya langkah konkret pemerintah untuk hadir membantu masyarakat yang tengah mengalami kesulitan. Banyak masyarakat berjuang sendiri dan merasa belum menikmati kemerdekaan pembangunan.
Data capaian keberhasilan pembangunan itu disampaikan Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi dalam pidato mewakili Gubernur NTT di Kantor Gubernur NTT, Kota Kupang, Senin (15/8/2022). Pidato dimaksud dalam rangka menyongsong HUT Ke-77 Kemerdekaan RI.
Dalam bidang kesehatan, papar Josef, kasus malaria yang pada tahun 2020 sebanyak 15.341 kasus turun menjadi 9.419 kasus pada tahun 2021. Prevalensi tengkes atau stunting menurun dari 35 persen menjadi 22 persen. Angka kematian ibu juga menurun dari 112 kasus menjadi 69 kasus dan angka kematian bayi dari 955 kasus menjadi 453 kasus.
Di sektor pendidikan, kata Josef, angka partisipasi murni untuk tingkat pendidikan SMP atau sederajat 70 persen, jenjang SMA atau sederajat 54 persen, dan SD atau sederajat 96 persen. Di sisi lain, izin operasional SMA atau sederajat yang menjadi kewenangan provinsi sepanjang tahun 2021 ditambah 51.
Di bidang peternakan, lanjut Josef, NTT menjadi salah satu penyumbang ternak sapi secara nasional. NTT mengirim 70.942 ekor sapi ke sejumlah daerah di Indonesia. Ketika wabah penyakit mulut dan kuku terjadi secara nasional beberapa waktu belakangan, NTT hingga kini masih bebas dari penyakit itu.
Sementara untuk sektor infrastruktur, dari 2.650 kilometer jalan rusak berat dan rusak ringan, sepanjang 2.037 kilometer sudah diperbaiki. Perbaikan itu menggunakan anggaran daerah dan juga pinjaman. Jika hanya mengandalkan anggaran daerah, laju pembangunan infrastruktur tidak akan secepat sekarang.
Menurut Josef, pencapaian pembangunan di daerah itu merupakan kerja sama semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga pihak swasta. ”Mari kita semua berkarya dengan senantiasa memupuk semangat gotong royong, solidaritas, jejaring sosial, saling percaya, pola hidup hemat, produktif, energik, inovatif, dan berani memanfaatkan peluang,” katanya.
Realitas masyarakat
Di tengah capaian pembangunan itu, masih banyak masyarakat yang mengaku belum merasakan dampaknya. Ketika masyarakat mengalami kesulitan, pemerintah seakan tidak hadir. Hal itu sangat terasa ketika NTT dilanda demam babi afrika yang menyebabkan jutaan ekor babi mati.
”Apakah ketika babi mati, ada petugas yang datang? Atau apakah ada bantuan dari pemerintah setelah kejadian itu? Sama sekali tidak. Pemerintah dari kabupaten sampai pusat sama sekali tidak memberi solusi. Padahal, ternak babi menjadi sumber penghidupan jutaan orang di NTT,” kata Samuel Ola (45), warga Kabupaten Flores Timur.
Sementara itu, Mario Soares (45), warga eks Timor Timur yang kini menetap di Kabupaten Kupang, mengatakan, mereka belum menikmati kemerdekaan seutuhnya. Harapan hidup lebih baik setelah meninggalkan Timor Timur, yang kini menjadi negara Timor Leste, belum mereka rasakan. Banyak dari mereka masih tinggal di pengungsian.
”Kebutuhan akan perumahan, air bersih, dan pendidikan masih jauh dari harapan. Kami tidak paham kendalanya ada di mana. Tetapi, kami tidak menyesal memilih NKRI. Ini pilihan sadar,” ucap salah satu pejuang integrasi itu.