548 Warga Terdampak Kekeringan karena Embun Beku di Lanny Jaya
Sebanyak 548 warga terkena dampak musibah kekeringan di Kabupaten Lanny Jaya, Papua. Tiga warga juga dilaporkan meninggal. Namun, BPBD Lanny Jaya menyatakan, tiga warga itu meninggal bukan karena kelaparan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 548 warga terkena dampak musibah kekeringan di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua. Selain itu, tiga warga juga dilaporkan meninggal. Namun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lanny Jaya menyatakan, tiga warga itu meninggal karena mengalami masalah kesehatan, bukan karena kelaparan.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lanny Jaya Kornelis Jigibalom saat dihubungi dari Jayapura, Selasa (2/8/2022), mengatakan, sebanyak 548 warga Kuyawage yang terdampak masalah kekeringan itu tersebar di tiga kampung, yakni Kuyawage, Luarem, dan Yugunomba. Berdasarkan data BPBD Lanny Jaya, pemicu musibah kekeringan itu adalah cuaca ekstrem suhu dingin yang menciptakan embun beku.
Fenomena alam tersebut merusak tanaman umbi-umbian dan sayur milik warga. Sebanyak 56 lahan pertanian yang ditanami umbi-umbian dan sayur-sayuran mengalami kerusakan karena fenomena alam tersebut.
”Saat ini ratusan warga Kuyawage yang terdampak tidak lagi merasakan kelaparan karena sudah mendapatkan bantuan sembako dan makanan siap saji dari Kementerian Sosial. Warga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat atas perhatiannya,” kata Kornelis.
Kornelis juga menyatakan, tiga warga yang meninggal di Lanny Jaya itu bukan karena kelaparan, melainkan karena gangguan kesehatan. Meski begitu, diperlukan hasil pemeriksaan dari tenaga medis untuk mengetahui penyakit yang diderita tiga warga ini.
Adapun identitas ketiga korban meninggal adalah Tupaganeba Tabuni (60), Mison Tabuni (2) dan Amson Murib (2). Sementara itu, identitas korban yang kondisinya kritis ialah Yegin Tabuni (30).
”Jumlah warga yang meninggal sebenarnya bukan empat, tetapi tiga orang. Kami telah memiliki dokumentasi foto tiga warga yang meninggal ini,” tambah Kornelis.
Berdasarkan data BPBD Lanny Jaya, pemicu musibah kekeringan itu adalah cuaca ekstrem suhu dingin yang menciptakan embun beku.
Sementara itu, Manajer Pusat Pengendalian Operasi BPBD Provinsi Papua Jonathan Koirewoa mengatakan, tim BPBD Papua akan tiba di Lanny Jaya pada Rabu (3/8/2022). Tim tersebut akan mengkaji kebutuhan warga dan kerusakan lahan akibat musibah kekeringan yang dipicu fenomena embun beku.
”Pemerintah daerah setempat belum dapat menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) masalah kelaparan di Distrik Kuyawage. Sebab, kami harus terlebih dahulu mengkaji dampak kekeringan yang dirasakan masyarakat,” kata Jonathan.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Hendro Nugroho memaparkan, Lanny Jaya dilanda musim kemarau sejak awal bulan Juni. Fenomena alam itu menyebabkan terjadi penurunan curah hujan karena potensi pembentukan awan cenderung tidak signifikan.
Pertumbuhan awan yang tidak signifikan itu juga menyebabkan suhu udara menjadi lebih dingin karena panas yang diterima dapat langsung dipantulkan kembali keluar bumi.
”Pengaruh dari musim kemarau, udara akan terasa lebih dingin dikarenakan massa udara dari selatan yang bersifat kering dan dingin. Selain itu, terjadi proses evapotranspirasi yang mengakibatkan tumbuhan semakin kering dan tidak dapat bertahan hidup,” papar Hendro.
Hendro menambahkan, BMKG mengimbau Pemda Lanny Jaya dan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang terjadi, seperti embun beku, hujan es, dan angin kencang. Selain itu, dia menyebut, perlu dibangun lumbung untuk menyimpan makanan agar saat kemarau masyarakat tidak mengalami kelaparan.