Desa Pesisir di Minahasa Utara Tembus 50 Besar Desa Wisata Terbaik
Desa Budo di Minahasa Utara menjadi satu-satunya perwakilan Sulawesi Utara dalam tahap 50 besar ADWI 2022. Desa ini diharapkan memberikan efek positif pada pengembangan Destinasi Superprioritas Likupang.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MINAHASA UTARA, KOMPAS — Desa Budo di Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, menjadi satu-satunya perwakilan Sulawesi Utara dalam tahap 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Desa ini diharapkan memberikan efek positif pada pengembangan Destinasi Superprioritas Likupang.
”Saya ucapkan selamat karena Desa Budo tembus 50 besar desa wisata terbaik Indonesia tahun ini. Ada sekitar 3.500 desa peserta, dan untuk tembus ke 50 besar itu sangat sulit. Juri-juri berdebat untuk menentukan dan tidak boleh ada intervensi dari menteri,” kata Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno, Jumat (29/7/2022), dalam lawatan ke Desa Budo.
Desa Budo merupakan desa pesisir di sisi utara Manado. Jaraknya sekitar 23 kilometer atau 45 menit berkendara dari pusat kota. Terletak di tepi Teluk Manado, desa ini memiliki dermaga yang menembus hutan bakau seluas 30 hektar sebagai destinasi utamanya. Pemandangan matahari terbenam di balik Pulau Manado Tua adalah atraksi andalannya.
Desa tersebut menjadi satu dari 3.416 desa wisata di seluruh Indonesia yang didaftarkan pemerintahnya dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Persaingan tahun ini semakin ketat karena jumlah peserta meningkat drastis dari 1.831 desa wisata pada tahun sebelumnya.
Sukriyanto Sahima, perwakilan pengelola wisata di Desa Budo, menyatakan, posisi dalam 50 besar ADWI dapat diraih berkat baiknya manajemen dalam tujuh kategori. Pertama, daya tarik wisata sudah jelas, yaitu pemandangan serta luasan bakaunya. Kedua, desa tersebut juga telah memiliki sepuluh penginapan (home stay).
Ketiga, usaha mikro di desa pun berkembang. ”Ada suvenir tas anyam dari ginto, yaitu rumput liar yang tumbuh di desa. Di bidang kuliner juga ada makanan khas, seperti ikan bakar, bubur manado, aneka pisang goreng, dan lainnya,” ujar Sukriyanto.
Keempat, Desa Budo telah menyediakan dua bangunan toilet dengan masing-masin tiga ruang, termasuk untuk disabilitas. Terdapat pula satu pos penapisan kesehatan untuk memenuhi kriteria kelima.
Para pengurus desa juga telah mampu memasarkan pariwisata desa secara digital, antara lain, melalui Facebook Ads, Google Business, dan Whatsapp Business. Penginapan juga dapat langsung dipesan melalui berbagai platform, seperti Booking.com, Traveloka, dan OYO. Terakhir, pengelolaan wisata telah ditopang oleh kelembagaan yang kuat.
”Kelompok sadar wisata (pokdarwis), badan usaha milik desa (BUMDes), badan permusyawaratan desa (BPD), dan karang taruna, semua sudah mendapat SK (surat keputusan) dari Pak Bupati (Joune Ganda),” ujar Sukriyanto.
Menurut data Pemerintah Desa Budo, desa ini sempat viral pada April 2021. Tak kurang dari 1.400 wisatawan singgah di desa itu selama satu bulan tersebut. Kini, wisatawan domestik dan mancanegara dilaporkan terus berdatangan, bahkan menginap di beberapa rumah singgah.
Semua warga kami ajak untuk berpartisipasi agar pariwisata ini berkembang.
Hukum Tua (kepala) Desa Budo, Lisbeth Lintongareng, mengatakan, pariwisata di desa sebenarnya sudah dirintis selama tiga tahun terakhir, tetapi baru viral setahun belakangan. Dampaknya pun langsung terasa bagi masyarakat, baik yang terlibat dalam kelembagaan maupun dalam usaha pribadi.
Dia menjelaskan, total ada 286 keluarga dan 894 jiwa di Desa Budo. Pegiat usaha kecil kuliner ada 20, sedangkan home stay ada 10. ”Tetapi, semua warga kami ajak untuk berpartisipasi agar pariwisata ini berkembang. Masih ada berbagai hal yang dikembangkan, seperti wisata selam dan keahlian sumber daya manusia, seperti bahasa Inggris,” katanya.
Marcelino Tampilang, Manajer Kuliner Pokdarwis Loraro Desa Budo, mengatakan, pemasukan desa dari pariwisata bisa mencapai Rp 80 juta sebulan. Asalnya adalah tiket masuk pengunjung sebesar Rp 10.000 per orang serta pemasukan 6 persen dari penjualan makanan maupun cendera mata.
Lisbeth mengatakan, BUMDes bertugas memastikan pembagian pemasukan ini merata bagi para pengusaha kecil. ”Misalnya, ada pengunjung yang mau pesan makanan, BUMDes akan meminta ke pengusaha secara bergiliran. Kalau yang satu sudah dapat pesanan, minta lagi ke yang lain,” katanya.
Para pengusaha kecil, yang kebanyakan para ibu, pun semangat berproduksi. Yulita Pantow (34), produsen aneka keripik, mengatakan, pemasukannya seminggu bisa mencapai Rp 500.000 yang berasal dari pengunjung dermaga. ”Kami pegang HT (handy talkie). Kalau ada pesanan, nanti petugas BUMDes hubungi kami lewat situ,” ujarnya.
Yulan Dalenehe (35), perajin cendera mata seperti gelang, kalung, ataupun miniatur kapal pinisi, bisa memperoleh Rp 2 juta per bulan. ”Penghasilan tidak tentu, tetapi lumayan. Setiap ada tamu, kami selalu pajang dagangan di dermaga,” ujarnya.
Topang Likupang
Menanggapi perkembangan positif tersebut, Sandiaga berharap wisata di Desa Budo dapat berkembang menjadi ekowisata yang berkelanjutan. ”Ini bisa menjadi bagian dari kebangkitan ekonomi kita. Kalau satu bulan ada 1.400 orang yang datang ke sini, mungkin hampir tidak ada warga yang menganggur, dari (perajin) suvenir, kuliner, dan lainnya,” ucapnya.
Ia juga berharap Desa Budo dapat menopang pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Likupang yang merupakan jantung dari Destinasi Pariwisata Superprioritas (DPSP) Likupang. Hanya saja, setelah tiga tahun ditetapkan, pembangunan KEK Pariwisata Likupang belum jelas.
”Kita sudah melihat (pengembangan) Labuan Bajo yang sudah jadi, Danau Toba yang mulai tampak, dan Borobudur yang ready. Mandalika bahkan sudah ada event internasional yang mendatangkan Rp 5,4 triliun. Tinggal Likupang, nih. Saya ditugaskan oleh Pak Presiden Joko Widodo, jangan sampai Likupang ini mangkrak. Pembangunannya harus dikebut,” katanya.
Sandiaga belum dapat merinci kemajuan pembangunan KEK Likupang secara riil. Namun, ia menyatakan, pembangunannya akan diakselerasi dan dapat dilihat hasilnya pada 2023 hingga awal 2024.