Desainer batik Era Soekamto meluncurkan jenama dan galeri batik melalui pergelaran kolaborasi bertajuk ”Adi Manungsa” di The Apurva Kempinski Bali, Badung, Jumat (22/7/2022).
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Desain batik karya terkini dari Era Soekamto dibuat sebagai aset digital dan dijual melalui blockchain non-fungible token (NFT), selain dibuat sebagai karya busana yang dipresentasikan melalui ajang ”Adi Manungsa” di The Apurva Kempinski Bali. Sebanyak 111.111 desain batik Era dibuatkan NFT, yang sebagian hasil dari penjualannya disalurkan untuk kegiatan sosial dan kemanusiaan.
Desainer batik dan penggemar budaya Era Soekamto mengenalkan galeri batik sekaligus jenama batiknya, Era Soekamto, melalui pergelaran kolaborasi bertajuk ”Adi Manungsa” di The Apurva Kempinski Bali, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Jumat (22/7/2022).
Era, yang juga konsultan Nusantara Wisdom, menggandeng Rama Soeprapto sebagai show director pergelaran batik dan fashion tersebut.
Pergelaran tersebut juga melibatkan koreografer Fajar Satriadi dan kalangan seniman Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Presentasi batik dan pergelaran fashion dalam proyek ”Adi Manungsa” juga digarap sebagai sebentuk video yang diarahkan Ivan Handoyo sebagai film director.
Tujuan pergelaran kolaborasi itu juga menghidupkan kembali kekayaan dan kebijaksanaan lokal dari tradisi Jawa, selain menjadi representasi karya batik Era Soekamto.
Dalam konferensi pers yang diikuti secara daring, Jumat (22/7/2022), Era menerangkan konsep desain anyarnya bermula dari rasa gelisah atas menajamnya perbedaan yang mengungkap di kehidupan.
Melalui karya-karyanya, Era berkeinginan mengangkat dan memunculkan kembali hakikat manusia secara batiniah memiliki kesamaan, di samping mempunyai perbedaan.
”Batik yang saya buat ini terinspirasi dari konsep dari Bali dan Jawa kuno sampai Majapahit yang banyak mengisahkan Adi Manungsa, kesatuan rasa,” kata Era.
Perayaan kesatuan rasa (manunggaling rasa) dalam konsep Adi Manungsa, yang dimaknai sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna, ditangkap secara estetis dalam garapan kolaborasi Rama Soeprapto dan Fadjar Satriadi. Kesamaan semangat dalam desain batik karya Era itu juga diapresiasi pihak Kempinski Apurva.
The Apurva Kempinski Bali, menurut Director of Marketing and Communication Apurva Danti Yuliandari, memiliki program perayaan keindahan kebudayaan Indonesia melalui tema ”Unity in Diversity”.
”Kami sangat bangga dan bersyukur dengan kolaborasi ini. Konsep ini sesuai dengan tujuan kampanye Apurva, yakni Unity in Diversity, yakni mengupas sisi Indonesia,” ujar Danti dalam jumpa pers bersama Era Soekamto, Jumat (22/7/2022).
Tema kampanye ”Unity in Diversity” dari The Apurva Kempinski Bali menampilkan ragam kekayaan dan keindahan dari tujuh daerah utama di Indonesia di kawasan hotel premium tersebut, yaitu Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Maluku.
Batik-batik desain Era tersebut juga dikreasikan dengan teknologi blockchain sebagai non-fungible token (NFT) sehingga karya Era itu dapat dijadikan aset dan koleksi sekaligus kesempatan berdonasi untuk kegiatan sosial dan kemanusiaan.
Batik yang saya buat ini terinspirasi dari konsep dari Bali dan Jawa kuno sampai Majapahit yang banyak mengisahkan Adi Manungsa, kesatuan rasa. (Era Soekamto)
Pembuatan aset digital itu digarap Purpose dan dipergunakan sebagai kegiatan pengumpulan dana, yang sebagian hasil penjualannya akan disalurkan melalui SOS Children’s Villages, sebuah organisasi nirlaba di bidang sosial dan pemenuhan hak anak.
Okki Soebagio dari Purpose menerangkan, pihaknya menyiapkan 111.111 desain unik dari koleksi batik karya Era Soekamto tersebut. NFT dengan desain batik karya Era itu dijual dengan harga bervariasi, mulai dari 10 dollar AS.