Tren non-fungible token atau NFT memunculkan gelombang baru kreator yang berkesenian dalam jejaring "blockchain". Hal ini membuka pintu monetisasi hasil kreativitas mereka dengan harga yang lebih pantas.
Salah satu tangkapan layar dari cuitan akun Twitter @NFTIndonesia_. Akun ini kerap memberi eksposur pada kreator NFT lokal. Foto diambil pada Jumat (10/6/2022).
Tren NFT, singkatan dari non-fungible token, turut memunculkan gelombang baru berkesenian di jagat maya beberapa tahun terakhir. Kreator lokal turut mengabadikan karya seni mereka ke dalam jejaring "blockchain". NFT membuka pintu bagi mereka untuk bisa memonetisasi hasil kreativitas dengan harga yang pantas.
NFT, yang memungkinkan seseorang mengabadikan aset digital ke dalam catatan terdistribusi, kini tengah marak beredar di media sosial Twitter. Cuitan bernada promosi karya seni digital berseliweran di sana, sembari tersemat tautan ke situs sejumlah lokapasar NFT.
Dari belantara promosi NFT di Twitter, ada akun @iyusmn yang tengah mempromosikan gambar karya digital terbarunya. Yusman Ali (32), pemilik akun itu, bercerita sedang menyiapkan karya digital terbaru yang menjadi bagian dari koleksi berjudul "The Map of Suung Bulan". Koleksi karya digitalnya itu dijual di Foundation, lokapasar NFT pada jejaring blockchain Ethereum. “Rencananya akan rilis Senin (13/6) depan,” ujarnya.
Selain Yusman, promo karya NFT bernuansa serupa juga mewarnai lini masa Twitter. Sebagian akun kerap menyebut akun @NFTindonesia_ dalam promo karya mereka, disertai beberapa tagar berisikan kata NFT.
Tangkapan layar dari koleksi ilustrasi “Map of Suung Bulan” dari Yusman Ali, kreator NFT asal Bandung, Jawa Barat. Foto diambil pada Jumat (10/6/2022).
Deretan karya seni grafis, fotografi, hingga musik, bertebaran di Twitter dengan turut menyebut akun @NFTindonesia_. Sejumlah cuitan karya digital NFT kemudian di-retweet oleh akun ini, sehingga makin banyak pengguna yang mengetahui suatu karya tersebut.
Dari kegandrungan NFT belakangan di Twitter, ada kehadiran akun @NFTindonesia_ pula yang turut mempromosikan kreator lokal. Lini masa akun ini pun dipenuhi retweet dari para kreator seni digital NFT yang sedang berpromosi dari beragam lokapasar NFT atau jaringan blockchain apapun.
Hendra Maulana (43) membentuk akun @NFTindonesia_ untuk meramaikan kemunculan para kreator lokal di NFT. Akun ini bermula dari keresahan Hendra saat memulai seni digital NFT pada Oktober 2021. Saat itu, dia merasa kanal informasi terkait teman-teman kreator lokal masih minim. Alasan memilih Twitter sendiri juga adalah karena promosi NFT lebih banyak terjadi di platform ini.
“Akun ini memberi eksposur ke kreator NFT lokal yang sedang merintis jejaknya di ranah seni digital NFT. Sifat akun ini lebih ke perantara untuk kreator, komunitas, agar lebih bisa saling kenal serta tahu karya menarik dari sesama kreator,” ucap Hendra.
Salah satu tangkapan layar dari cuitan akun Twitter @NFTIndonesia_ dengan tagar #NFTrilisanterbaru. Akun ini kerap memberi eksposur pada kreator NFT lokal. Foto diambil pada Jumat (10/6/2022).
Pada periode penghujung 2021, akun yang berpengikut 23.500 pengguna ini mulai memberikan eksposur lebih pada kreator NFT yang berpromosi di Twitter. Hendra yang menjadi satu-satunya admin akun tersebut, cukup telaten me-retweet karya NFT dari kreator Indonesia pada pagi sampai malam, serta dini hari.
Ada sejumlah rutinitas khas yang dilakukan akun @NFTindonesia_. Pada pagi hari, cuitan berupa dua huruf “GM”, kependekan dari “Good Morning” kerap menjadi sapaan pembuka saat pagi. Hendra memanfaatkan respons cuitan “GM” itu untuk mengecek kabar terbaru dari sejumlah kreator NFT lokal.
NFT terbaru dari sejumlah kreator lokal akan ia beri tagar #NFTRilisanTerbaru. Rilisan karya NFT berupa musik, misalnya, akan diberi tagar #SoundSational. Begitu pula tagar #KRNN disematkan bagi NFT yang dianggap menarik oleh akun @NFTindonesia_. Hal tersebut dilakukan salah satunya adalah untuk memudahkan penelusuran karya kreator lokal.
Seorang pengunjung melintas di depan karya seni kripto Non-fungible Token (NFT) yang dipamerkan di Indo NFT Festiverse, pada 9-17 April 2022 di Galeri Katamsi, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sebanyak 238 kreator dipamerkan dalam kegiatan ini.
Gelombang kreator baru
Gelombang seni digital seakan bergeliat seiring dengan tren NFT. Hendra yang juga kreator NFT, memandang, gelombang euforia NFT di Indonesia mulai riuh sejak penghujung tahun lalu. Pembatasan sosial di masa pandemi Covid-19 agaknya turut mendorong adaptasi para kreator terhadap platform NFT.
NFT menjadi wadah eksplorasi kreator, mulai dari bagaimana kontrak digital ini digunakan sebagai bentuk klaim atas kepemilikan aset, hingga bagaimana kontrak ini bisa membagi royalti secara adil dalam format kolaborasi karya sesama kreator. Semua bisa dibagi secara adil atas kesepakatan pembuat kontrak NFT.
Yusman Ali, kreator yang menekuni NFT sejak Agustus 2021 lalu, merasa terbantu dengan adanya NFT. Dia yang sehari-hari adalah seorang desainer untuk sebuah jenama fesyen di Bandung, Jawa Barat, kini dapat menjual karya ilustrasi digital pribadi yang cenderung eksploratif.
“Jadi seniman ilustrator itu susah, apalagi di Bandung. NFT seakan membuka kesempatan bagi saya sebagai ilustrator. Gara-gara NFT, saya bisa menjual gambar ilustrasi yang nilainya cukup bisa menghidupi,” tutur Yusman.
Menurut Hendra, langkah dari sejumlah kreator dan komunitas NFT di Indonesia kerap dilirik oleh kolektor asal luar negeri. Beberapa kali akun kolektor NFT sempat berkontak lewat medsos dan mengapresiasi karya kreator Indonesia. Sebagian akun asal luar negeri itu pun lantas ada yang menjalin kolaborasi.
“Bahkan ada kolektor luar negeri yang secara terang-terangan bilang kalau mereka akan jauh lebih memilih karya kreator Indonesia. Itu karena menurut mereka, sejumlah kreator NFT Indonesia dianggap lebih berkarakter,” kata Hendra.
Tampilan akun Twitter Satu Sekte yang dipotret pada Jumat (10/6/2022). Komunitas ini terbentuk atas jejaring komunikasi sesama kreator NFT di media sosial.
Komunitas inklusif
Sejumlah kreator merasa terbantu dengan komunitas yang inklusif di NFT. Hendra menyatakan, sejumlah komunitas kreator NFT terbentuk secara natural atas komunikasi yang terjalin di jagat maya. Dia mencontohkan sejumlah komunitas seperti Satu Sekte hingga Hardcore Station yang terbentuk dari Twitter. Selain itu, masih banyak lagi komunitas NFT yang juga terbentuk di luar aktivitas di Twitter.
Prima Sekar, kreator yang juga turut ada dalam komunitas NFT Satu Sekte, membenarkan luwesnya interaksi di komunitas untuk mendalami pengetahuan terkait NFT. “Enggak expect saja sih ketemu teman-teman gitu di komunitas (NFT), sampai ada sedikit drama lika-liku percintaan,” ungkapnya.
Yusman juga sependapat. Menurut dia, komunitas dan sesama kreator di dunia NFT saling membantu. Hal itu yang membuat Yusman juga kerap kali berbagi ilmu terkait pengkaryaan ilustrasi di kanal space Twitter lewat akun miliknya.
Begitupun Nota, pemilik akun kreator dari persona Prof. Nota di Twitter, juga banyak terbantu dengan adanya komunitas serta akun semacam @NFTindonesia_. Nota mengibaratkan akun @NFTindonesia_ layaknya corong masjid atau jaringan kabel yang menghubungkan komunikasi dengan kreator lain. “Kontribusinya besar banget untuk memberi eksposur kepada kreator yang baru merintis,” jelasnya.
Tren NFT tersebut turut mendorong era baru kreator dalam berkesenian. Hal ini pun sekaligus memberi kesempatan bagi kreator yang sebelumnya tak mendapat ruang di dunia nyata. Menurut Hendra, baik pasar NFT sedang bagus maupun tidak, kreator-kreator ini akan tetap pengkaryaan di jaringan blockchain.