Perahu Tak Memadai, Tangkapan Puluhan Ribu Nelayan Papua Rendah
Sebanyak 80 persen dari sekitar 34.000 nelayan di Papua belum memiliki alat tangkap dan armada yang memadai. Padahal, potensi perikanan Papua mencapai 8 juta ton per tahun.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 80 persen dari 34.000 nelayan di wilayah Papua masih beroperasi dengan perahu kecil berbobot di bawah 5 gros ton. Kondisi ini menyebabkan tangkapan nelayan masih rendah di tengah potensi perikanan Papua yang mencapai 8 juta ton per tahun.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Papua Edison Awoitauw di Jayapura, Kamis (21/7/2022), memaparkan, rata-rata tangkapan nelayan tradisional di bawah 2 ton untuk sekali turun melaut. Jarak untuk mencari ikan maksimal mencapai 20 mil laut atau 37 kilometer dari bibir pantai. Hanya 20 persen nelayan di Timika dan Merauke yang beroperasi dengan kapal berukuran 100-200 gros ton (GT).
Ia mengatakan, terdapat dua kendala nelayan Papua yang harus mendapatkan perhatian pemerintah, yakni alat tangkap yang seadanya dan perahu motor yang kecil. Kedua kendala tersebut menyebabkan nelayan tak bisa memanfaatkan potensi perikanan tangkap Papua yang begitu besar.
Terdapat dua Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Republik Indonesia di Papua, yakni WPP 717 di wilayah perairan utara Papua dan WPP 718 di perairan selatan Papua. WPP 717 memiliki potensi perikanan mencapai 2,5 juta ton per tahun, sedangkan WPP 718 memiliki potensi perikanan 5,5 juta ton per tahun.
WPP 717 memiliki komoditas unggulan ikan karang dan ikan jenis pelagis besar. Sementara WPP 718 berlimpah komoditas unggulan berupa ikan pelagis kecil dan ikan demersal atau ikan yang hidup di dasar lautan dan danau.
”Kami berharap bantuan alat tangkap bagi nelayan dari pusat dan dinas kelautan dan perikanan di wilayah pesisir kabupaten/kota harus tepat sasaran dan transparan. Banyak nelayan yang mengeluhkan tidak mendapatkan bantuan alat tangkap hingga kini,” ungkap Edison.
Ia berpendapat, diperlukan pendataan dari pemda setempat terkait kendala yang dihadapi para nelayan tradisional di Papua. Hingga kini belum terdapat pendataan yang konkret dan akurat di setiap dinas perikanan dan kelautan.
”Saat ini mayoritas nelayan masih mencari ikan untuk dikonsumsi sehari-hari dan sisanya baru dijual di pasar. Apabila ada pembinaan dan pemberian fasilitas yang memadai, kami optimistis nelayan di Papua dapat berkontribusi memanfaatkan potensi perikanan yang mencapai jutaan ton per tahun,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Jayapura Matheis Sibi mengatakan, diperlukan penambahan armada kapal dengan kapasitas lebih besar bagi nelayan Papua. Hanya cara itu yang bisa menggenjot tangkapan nelayan setempat.
Ia berharap adanya dukungan dari pemerintah pusat untuk menyediakan armada kapal berkapasitas setidaknya 10 GT bagi nelayan di Papua. Selain itu, nelayan juga membutuhkan alat tangkap yang lebih baik, seperti menggunakan jaring.
Kondisi ini jauh berbeda dengan nelayan dari luar Papua yang menggunakan kapal besar.
”Rata-rata nelayan di Papua hanya bisa melaut selama sehari karena menggunakan perahu motor di bawah 5 GT, sedangkan tangkapan maksimal hanya 2 ton. Kondisi ini jauh berbeda dengan nelayan dari luar Papua yang menggunakan kapal besar dan bisa melaut hingga berbulan-bulan,” tutur Matheis.
Kepala Seksi Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Papua Agus Rahmawan mengatakan, dinas perikanan di 13 wilayah pesisir Papua harus turut mengambil peran dalam peningkatan kapasitas nelayan setempat. Sebab, anggaran Dinas Kelautan dan Perikanan Papua untuk pelaksanaan kegiatan itu juga terbatas.
Ia mengakui, mayoritas nelayan tradisional masih menggunakan alat tangkap yang sederhana. Akan tetapi, Dinas Kelautan dan Perikanan Papua telah memberikan sosialisasi dan pelatihan cara menangkap ikan bagi nelayan dengan armada di bawah 5 GT.
”Selama ini pusat dan provinsi sudah menambah armada, khususnya berkapasitas 3 GT, bagi nelayan tradisional. Diperlukan peran dari pemda setempat dan pengelola pelabuhan perikanan untuk memberikan edukasi dan informasi cara penangkapan yang ramah lingkungan dan perlakuan ikan setelah ditangkap dengan baik,” kata Agus.