Festival Berusia Ratusan Tahun Kembali Digelar di Sumbar
Selain melestarikan budaya, perayaan tahunan yang dimulai sejak abad ke-19 ini diharapkan bisa membangkitkan kembali sektor pariwisata.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat, bersiap kembali menggelar Festival Tabuik setelah dua tahun vakum akibat pandemi Covid-19. Perayaan tahunan yang dimulai sejak abad ke-19 ini diharapkan bisa membangkitkan kembali pariwisata kota di pesisir Sumbar itu.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Pariaman Dwi Marhen Yono, Senin (18/7/2022), mengatakan, Festival Tabuik tahun ini digelar sejak 30 Juli atau 1 Muharram hingga puncaknya pada 14 Agustus 2022. Kegiatan berpusat di kawasan Pantai Gandoriah. ”Setelah dua tahun vakum karena pandemi Covid-19, tahun ini Festival Tabuik kami laksanakan kembali dengan kesederhanaan dan tetap memperhatikan protokol kesehatan,” katanya.
Acara tabuik merupakan peringatan atas kematian Hasan dan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW. Hasan dan Husein tewas dengan tragis dalam Perang Karbala. Dalam kisah itu disebutkan, jenazah Husein diangkat ke langit dengan dipanggul di bagian pundak bouraq berikut peti jenazah dan sejumlah hiasannya. Inilah yang kemudian lazim dipanggil tabuik (Kompas, 16/12/2012).
Marhen menjelaskan, rangkaian kegiatan festival tahun ini diawali dengan khatam Al Quran di dua rumah tabuik, yaitu Rumah Tabuik Subarang dan Rumah Tabuik Pasa, pada 1 Muharram seusai Subuh. Seusai Maghrib, kedua kelompok tabuik itu melakukan prosesi awal untuk pengambilan tanah.
Pada hari kedua, lanjut Marhen, selain rangkaian prosesi utama acara tabuik, dimulai pula pembuatan tabuik oleh dua kelompok sampai nanti puncaknya pada 14 Agustus. Pada hari puncak itu, dua tabuik dari Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang dihoyak atau digoyang-goyangkan sepanjang hari sebelum dibuang ke laut.
Tabuik terbuat dari struktur bambu dengan bentuk makhluk bouraq, struktur peti jenazah seperti rumah, dan delapan payung raksasa yang disebut bunga selapan (Kompas, 16/12/2012).
Selain acara inti, kata Marhen, Festival Tabuik tahun ini juga diwarnai dengan pameran 40 UMKM dan pertunjukan kesenian pada 1-14 Agustus 2022. Selain itu, ada pula lomba pembuatan miniatur tabuik oleh pemuda tiap-tiap nagari/desa.
”Biasanya yang membuat tabuik cuma Pasa dan Subarang. Kali ini kami adakan lomba membuat miniatur antarnagari di Kota Pariaman, setidaknya agar semuanya merasa memiliki festival tabuik ini,” ujar Marhen.
Marhen berharap, Festival Tabuik menjadi awal kebangkitan ekonomi dan pariwisata Kota Pariaman pascapandemi Covid-19. Diharapkan kembali banyak kunjungan wisatawan. ”Estimasi kami, mulai 30 Juli hingga 14 Agustus ada sekitar 300.000 orang berkunjung ke Pariaman, terutama saat puncaknya 13-14 Agustus 2022,” katanya.
Secara terpisah, urangtuo (tetua) Tabuik, Subarang Nasrun Jon (80), mengatakan, pihaknya menyambut baik kembali digelarnya acara tabuik. ”Diharapkan budaya tetap lestari. Generasi selanjutnya tahu dengan tabuik karena menyaksikan terus. Selain itu, ekonomi masyarakat kembali hidup,” ucapnya.
Menurut Jon, acara tabuik dimulai 1 Muharram dan puncaknya pada 10 Muharram. Namun, karena kegiatan ini di era modern dan dikaitkan dengan pariwisata, puncaknya diadakan pada hari Minggu, baik tepat pada 10 Muharram maupun setelahnya. Tahun ini hari Minggu jatuh pada 14 Agustus.