Ratusan Hektar Bawang Merah di Brebes Kebanjiran, Produksi Anjlok
Ratusan hektar lahan bawang merah di Kabupaten Brebes terendam banjir. Petani berusaha menyelamatkan, tetapi dampak kerugian karena gagal panen dan penurunan produksi sulit dihindari.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
BREBES, KOMPAS — Sedikitnya 100 hektar lahan bawang merah di Brebes, Jawa Tengah, masih terendam banjir hingga Minggu (17/7/2022). Terjadi sejak Jumat (15/7/2022), kondisi ini membuat sebagian petani rawan gagal panen.
Brebes adalah salah satu sentra bawang merah nasional. Area tanamnya seluas 30.000 hektar per tahun dan tersebar di tujuh kecamatan. Tingkat produktivitas bawang merah di Brebes berkisar 9-10 ton per tahun.
Akan tetapi, produktivitas itu rentan terancam. Dalam beberapa tahun terakhir, sentra bawang ini rawan dilanda banjir. Akibatnya, petani terpaksa panen lebih awal. Sebagian petani bahkan menderita gagal panen.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia Juwari di Brebes, Minggu, mengatakan, waktu ideal panen adalah saat bawang merah berusia 60 hari. Apabila dalam keadaan terpaksa, seperti terdampak banjir, panen dilakukan saat bawang merah berusia 45 hari.
”Bila ditanam kurang dari 45 hari, petani biasanya menyedot air banjir. Namun, cara itu efektif apabila banjir baru sehari. Kalau sudah seperti sekarang, petani terpaksa menerima risiko gagal panen,” kata Juwari yang harus gigit jari melihat bawang merah berusia 30 hari miliknya di lahan seluas dua hektar hancur direndam banjir.
Juwari berharap pemerintah memiliki solusi terkait hal ini. Selain akibat intensitas hujan tinggi, luapan air disebabkan terjadi sedimentasi Sungai Layapan. Juwari yakin, normalisasi sungai bakal efektif meminimalkan banjr.
”Banjir berdampak sangat besar bagi petani bawang. Modal petani untuk satu hektar bawang berkisar Rp 130 juta,” ujarnya.
Pelaksana Harian Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes Azmi Asyida Mustofa mengakui, banjir dipicu pendangkalan Sungai Layapan, kerusakan katup pengairan, dan tingginya intensitas hujan. Namun, ia mengatakan, belum memiliki solusi ideal mengatasi kejadian ini.
”Biasanya kami menyarankan petani tidak menanam di musim hujan. Namun, saat ini, kami bingung harus menyarankan apa. Intensitas hujan tinggi diprediksi masih akan berlangsung hingga Agustus,” ujarnya.
Selain dipicu kondisi alam, tingginya bibit bawang merah menjadi tantangan lainnya di Brebes. Apabila sebelumnya dijual Rp 20.000-Rp 30.000 per kg, saat ini harganya melambung hingga 80.000 per kg.
Kondisi itu membuat luas bawang merah turun dalam dua bulan terakhir. Dari sebelumnya sekitar 5.000 hektar menjadi 3.800 hektar. Tidak hanya itu, produktivitasnya juga anjlok, dari 9-10 ton per hektar menjadi 7 ton per hektar.