Luas Tanam Bawang Merah di Cirebon Menurun, Harganya Melonjak
Pemerintah perlu menjamin kestabilan harga bawang merah di tingkat petani dan ketersediaan bibit agar luas tanam meningkat. Tanpa itu, harga bawang merah di konsumen akan melonjak.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Penurunan areal tanam bawang merah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, berdampak pada anjloknya produksi. Akibatnya, harga komoditas tersebut di pasaran melonjak. Pemerintah perlu menjamin kestabilan harga di tingkat petani dan ketersediaan bibit agar luas tanam meningkat.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Durahman, Rabu (6/7/2022), mengatakan, target area tanam untuk bulan Mei tidak tercapai. Seharusnya, luas tanam pada Mei 476 hektar dengan produksi 3.622 ton. Namun, realisasinya hanya 166 hektar. Dengan asumsi produktivitas 10,5 ton per hektar, panen bawang pada Juli diperkirakan 1.743 ton.
Jumlah tersebut di bawah target produksi bulan Juli, yakni 3.622 ton. Produksi bulan ini juga diperkirakan lebih kecil dibandingkan masa panen bulan April lalu, yaitu 3.320 ton. ”Penurunan tersebut karena petani beralih tanam ke jagung manis, padi, dan tebu. Untuk musim ini saja, sekitar 300 hektar lahan bawang beralih komoditas,” ujarnya.
Durahman mengatakan, petani berpindah komoditas karena beberapa tahun terakhir harga bawang merah kerap anjlok di bawah Rp 10.000 per kg. Bahkan, pada September 2018, harganya jatuh hingga Rp 5.000 per kg. Padahal, harga acuan bawang merah di tingkat petani sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020 adalah Rp 15.000 per kg.
Di sisi lain, ongkos tanam bawang merah bisa mencapai Rp 150 juta per hektar. Ini berbeda dengan tanaman jagung yang menelan biaya sekitar Rp 10 juta per hektar. Kebutuhan tenaga kerja untuk lahan jagung juga tidak sebesar produksi bawang merah. Berbagai persoalan itu, lanjutnya, membuat petani enggan menanam bawang.
”Produksi bawang sedikit akhirnya harga melambung,” ucap Durahman.
Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perdagangan dan Perindustrian Kota Cirebon, misalnya, mencatat rata-rata harga bawang merah di pasaran Rp 58.750 per kg. Padahal, harga acuan pemerintah untuk pembelian di tingkat konsumen adalah Rp 32.000 per kg.
Harga bawang merah di tingkat petani tercatat Rp 30.000 per kg-Rp 40.000 per kg. Pihaknya berharap lonjakan harga tersebut dapat meningkatkan gairah petani untuk menanam bawang merah. Terlebih lagi, Cirebon menjadi pemasok bawang di Jabar. Tahun lalu, produksinya mencapai 33.463 ton atau berkurang dibandingkan 2020, yakni 34.636 ton.
Meski demikian, Durahman mengakui, lonjakan harga bibit bawang merah dari sebelumnya Rp 30.000 per kg menjadi sekitar Rp 70.000 per kg menjadi kendala petani. ”Sementara belum ada bantuan bibit. Kami juga sudah rapat koordinasi dengan (pemerintah) pusat, (tetapi) belum bisa memenuhi (kebutuhan) masalah bibit,” ujarnya.
Wasirudin, Ketua Kelompok Saka Tani di Kecamatan Babakan, mengatakan, tingginya harga bibit membuat petani berpikir dua kali untuk menanam bawang merah. Sebagai gambaran, satu hektar lahan membutuhkan sedikitnya 1 ton bibit. Dengan harga bibit Rp 70.000 per kg, petani harus mengeluarkan uang Rp 70 juta. Ongkos itu belum termasuk pupuk dan tenaga kerja.
Menurut Wasirudin, sangat jarang petani menangkar benih karena hasil panen semuanya dijual. ”Pemerintah harus memastikan bibit tersedia dengan harga terjangkau. Petani juga butuh kepastian harga bawang tidak anjlok saat panen. Kalau seperti itu, petani semangat menanam,” ujarnya.