Harga Cabai Merah di Semarang Tembus Rp 100.000 Per Kilogram
Harga sejumlah komoditas hortikultura, seperti cabai dan bawang merah, di Semarang, Jateng, naik menjelang hari raya Idul Adha. Harga cabai, misalnya, naik hingga tiga kali lipat dari harga normal.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Menjelang hari raya Idul Adha, harga sejumlah komoditas hortikultura di pasar tradisional di Kota Semarang, Jawa Tengah, meroket. Cabai rawit merah, misalnya, tembus Rp 100.000 per kilogram. Akibatnya, konsumen mengurangi jumlah pembelian.
Di Pasar Bulu, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, harga cabai rawit merah dan cabai merah besar berkisar Rp 85.000-Rp 100.000 per kg pada Sabtu (9/7/2022). Cabai rawit merah dan cabai merah besar yang dijual Rp 85.000 per kg adalah cabai kering dan tidak segar.
Siti (45), pejual sayuran di Pasar Bulu, mengatakan, harga cabai ini lebih mahal tiga kali lipat daripada sebelumnya.
”Sejak tiga pekan lalu, naiknya (harga) pelan-pelan, mulai Rp 45.000 per kg hingga kemarin sore Rp 95.000 per kg. Kemungkinan mau Idul Adha, banyak yang cari, tapi barangnya memang tidak banyak,” kata Siti.
Menurut Siti, harga cabai tinggi sejak dari distributor, sekitar Rp 90.000 per kg. Hal itu kontras dengan pasokannya. Bila sebelumnya 10 kg per minggu, kini dia hanya mendapat 5 kg per minggu.
Selain cabai, harga bawang merah juga tinggi. Bawang harganya naik dari Rp 35.000 per kg menjadi Rp 75.000 per kg.
Sementara itu, tomat dan wortel yang biasanya Rp 10.000 per kg naik menjadi Rp 25.000 per kg dan Rp 15.000 per kg.
”Infonya ada gagal panen karena cuaca buruk dan serangan hama,” ucap Kayla (18), pedagang sayur lain di Pasar Bulu.
Kenaikan harga membuat pembeli mengurangi pembelian. Pancawati (53), warga Kelurahan Barusari, Kecamatan Semarang Selatan, misalnya, hanya membeli seperempat kg cabai dan bawang merah. Padahal, ia biasa membeli 1 kg cabai dan bawang merah setiap sepekan sekali.
”Nanti kalau kurang, ditambah cabai kering yang lebih murah,” ujar Pancawati.
Pembeli lainnya, Endang (47), juga menyiapkan siasat menghadapi kenaikan harga ini. Penjual mi ayam dan bakso ini akan menambahkan bawang putih lebih banyak untuk penguat rasa bumbunya.
”Gurihnya memang beda, tapi mau bagaimana lagi? Untungnya pembeli tidak ada yang protes, sudah paham kalau bawang merah sedang mahal,” katanya.
Inflasi
Kenaikan harga komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai menyebabkan inflasi di Jateng. Pada Juni 2022, Jateng mengalami inflasi 4,97 persen. Enam daerah penyumbang inflasi adalah Kota Semarang, Surakarta, Tegal, Purwokerto, Kudus, dan Cilacap.
”Di Jateng surplus cabai dan bawang merah, tapi harganya tinggi. Dugaan saya, bawang merah sama cabainya dikirim ke beberapa daerah lain yang membutuhkan,” ucap Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Untuk mengatasi hal ini, Ganjar menyiapkan rencana jangka pendek dengan operasi pasar di enam daerah penyumbang inflasi. Dia juga tidak menutup kemungkinan mengintervensi distribusi sejumlah komoditas pertanian dari Jateng.
”Untuk jangka panjangnya, potensi daerah akan kami gerakkan. Badan Usaha Milik Daerah Citra Mandiri Jateng akan diberi penugasan public service obligation (PSO) untuk menangani beberapa komoditas,” ujarnya.
Ke depan, Ganjar juga berharap masyarakat memanfaatkan lahan di sekitar rumahnya untuk menanam komoditas hortikultura. Dengan begitu, ketergantungan masyarakat terhadap stok barang di pasar bisa dikurangi.
”Jadi, kalau kita melihat kondisinya, rasa-rasanya seluruh komponen pemerintah mesti siaga. Menurut saya, sudah siaga satu. Aparatur pemerintah wajib berkonsolidasi, siaga, dan merespons inflasi ini dengan cepat,” kata Ganjar.