Tiga Pusat Data dengan Investasi Sekitar Rp 9,9 Triliun Dibangun di Batam
Tiga pusat data dibangun di Kawasan Nongsa Digital Park, Batam, Kepulauan Riau. Jika dijumlahkan, investasi pembangunan tiga pusat data itu nilainya mencapai 660 juta dollar AS atau sekitar Rp 9,9 triliun.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Perusahaan asal China, GDS Holdings Ltd, membangun pusat data berkapasitas 28 megawatt di Kawasan Nongsa Digital Park, Batam, Kepulauan Riau. Ini merupakan pusat data ketiga yang dibangun di kawasan tersebut.
CEO GDS Holdings William Huang di Batam, Rabu (14/7/2022), mengatakan, nilai investasi pembangunan pusat data itu mencapai 200 juta dollar AS atau sekitar Rp 3 triliun. Proyek itu ditargetkan rampung dalam 12-18 bulan ke depan.
”Kami membangun pusat data di Batam karena pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat cepat. Pusat data di Batam bisa melayani kebutuhan Indonesia sekaligus negara lain di kawasan Asia Tenggara,” kata Huang saat menghadiri peletakan batu pertama di Nongsa Digital Park.
Selain di Batam, GDS Holdings juga tengah membangun pusat data di Johor, Malaysia. ”Kami yakin, ke depan kawasan Batam-Singapura-Johor bakal menjadi lokasi utama pusat data kelas dunia,” ujar Huang.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Nongsa Digital Park Michael Wiluan mengatakan, Batam banyak dilirik investor untuk menjadi lokasi pembangunan pusat data karena lokasinya berada di simpul jalur kabel fiber optik dunia. Selain itu, Batam juga relatif aman dari bencana gempa bumi dan gunung berapi.
”Di sini ada 10 titik yang disiapkan untuk menjadi pusat data. Tiga titik di antaranya sudah mulai dikerjakan, dan sisanya masih dalam tahap negosiasi,” kata Michael.
Selain pusat data milik GDS Holding terdapat juga pusat data milik perusahaan Singapura, Data First One, dan pusat data milik Pemerintah Indonesia. Jika dijumlahkan, investasi pembangunan tiga pusat data di Kawasan Nongsa Digital Park itu nilainya mencapai 660 juta dollar AS atau sekitar Rp 9,9 triliun.
Sejak akhir 2020, industri fasilitas pusat data di Indonesia memang diproyeksikan akan tumbuh kian pesat. Fenomena itu, antara lain dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi digital Indonesia yang meroket.
Laporan E-Conomy SEA 2021 yang dirilis oleh Google, Temasek, serta Bain & Company menyebutkan, nilai ekonomi digital Indonesia yang dihitung dari keseluruhan total penjualan serta volume transaksi melalui platform yang dimiliki perusahaan (GMV) mencapai 44 miliar dollar AS pada 2020. Nilai GMV ini diperkirakan bakal mencapai 124 miliar dollar AS pada 2025.
Melihat pertumbuhan bisnis digital yang melejit itu, Michael mendorong pemerintah agar menyiapkan lebih banyak sumber daya manusia yang terampil. ”Ini bukan hanya soal Batam, tetapi ini merupakan pekerjaan rumah untuk Indonesia,” ujarnya.