Musibah yang dialami keluarga Brigadir J menuai keprihatinan pakar hukum hingga masyarakat di Jambi. Publik mendesak aparat terbuka mengungkap fakta.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS —Pakar hukum dan masyarakat di Jambi meminta Kepala Polri untuk segera menonaktifkan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Inspektur Jenderal Ferdy Sambo. Hal itu untuk menjaga penanganan kasus tewasnya Brigadir J dapat berjalan tanpa intervensi pihak tertentu.
Pakar hukum dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Jambi, Dr Usman, mengatakan, Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo berada dalam lingkaran kasus baku tembak anggota polisi di rumah dinasnya sendiri pada Jumat (8/7/2022). Proses hukum akan melibatkan dirinya. Karena itu, Ferdy perlu terlebih dahulu dinonaktifkan dari jabatan. ”Supaya bisa berjalan proses hukumnya,” kata Usman, Kamis (14/7/2022).
Kasus tersebut, kata Usman, telah menyita perhatian publik karena peristiwa saling tembak melibatkan antar-anggota polisi dan berada di rumah perwira tinggi kepolisian. Ia pun menyarankan agar dibentuk tim khusus dan independen untuk menanganinya.
Sebagaimana diketahui, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (28) alias Brigadir J tewas dalam penembakan di rumah dinas Ferdy di Jakarta pada Jumat sore. Peristiwa itu sempat mengundang tanda tanya keluarga karena visum jenazah Nofriansyah dilakukan sepihak oleh kepolisian. Keluarga baru diberi tahu setelah visum selesai.
Keesokan harinya, barulah jenazah Nofriansyah diterbangkan ke Jambi melalui kargo lalu dibawa ke rumah duka di Sungai Bahar, Muaro Jambi, Jambi. Pemakaman Nofriansyah berlangsung pada Senin (11/7/2022) juga tanpa upacara penghormatan. Padahal, lazimnya, prajurit yang tewas akan dilepas di pemakaman dengan upacara penghormatan khusus.
Publik prihatin
Musibah yang dialami keluarga Brigadir J juga menuai keprihatinan masyarakat di Jambi. Sejumlah rekan almarhum mengaku tak percaya atas dugaan Brigadir J melakukan pelecehan seksual. ”Dia (Nofriansyah) itu perbuatan paling nakal sejak zaman sekolah, ya cuma kabur ke warnet. Orangnya paling penurut sama orangtua, jujur, dan sopan,” kata N Simanjuntak, salah seorang kerabatnya.
”Makanya, kalau aparat bilang dia berbuat pelecehan seksual, kita semua tidak akan percaya begitu saja,” katanya.
Ia berharap aparat penegak hukum mengembalikan ketiga ponsel milik Nofriansyah kepada keluarga duka dan mengungkap isi tayangan kamera pemantau (CCTV) di rumah Kadiv Propam. ”Pokoknya masyarakat masih menanti keseriusan aparat. Jangan ada yang ditutup-tutupi,” ujarnya lagi.
Salah seorang pengajar di Kota Jambi, Wenny, berpendapat serupa. Dirinya yang sebagai orang awam saja sulit menerima penjelasan dari aparat perihal tewasnya Nofriansyah. ”Orang awam saja menilai ada kejanggalan dalam kronologis yang disampaikan aparat. Kami berharap semuanya bisa terungkap dengan terang,” katanya.
Hingga Kamis, ponsel Samuel Hutabarat, ayah almarhum Brigadir J, beserta anaknya masih belum dapat diakses. Keluarga menduga ponsel mereka telah diretas sejak Selasa lalu.