Penyembelihan Hewan Kurban di Sumsel Diawasi secara Ketat
Penyembelihan hewan kurban akan diawasi secara ketat. Hal ini wajib diterapkan untuk memastikan semua prosesnya sudah higienis. Di lapangan masih ditemukan pola penyembelihan yang tidak higienis dan sapi yang sakit.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Proses penyembelihan hewan kurban di Sumatera Selatan akan diawasi secara ketat. Hal ini wajib diterapkan untuk memastikan semua prosesnya sudah higienis. Di lapangan masih ditemukan pola penyembelihan yang tidak higienis dan sapi yang dikurbankan terdeteksi mengalami sejumlah penyakit.
Hal ini disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PHDI) Sumsel Jafrizal saat memantau proses penyembelihan hewan kurban di salah satu rumah potong hewan di Palembang, Sumsel, Sabtu (9/7/2022). Dia menuturkan, dari hasil pemantauan di lapangan, ditemukan proses penyembelihan yang kurang higienis.
Yang paling banyak terjadi adalah tidak adanya saluran untuk pembuangan darah dari hewan kurban yang disembelih. Padahal sebelum penyembelihan hewan harus dipastikan di sekitar tempat tersebut tidak ada darah. ”Sebab, apabila darah masih menggenang, dikhawatirkan menjadi sumber penyakit,” ujarnya.
Selain itu, dalam proses pemotongan juga harus ditutupi agar tidak terlihat oleh hewan kurban lain karena dikhawatirkan hewan lain yang belum disembelih akan menjadi stres. ”Setidaknya ditutupi kain atau terpal sehingga proses penyembelihan tidak terlihat oleh hewan lain,” ucap Jafrizal.
Dia mengatakan, sebelum Idul Adha tiba, PHDI Sumsel bersama instansi lain sudah melakukan upaya pemeriksaan hewan sebelum disembelih (antemortem). Pemeriksaan yang dimaksud seperti ciri-ciri fisik hewan sebelum disembelih apakah dalam kondisi sehat atau sudah memenuhi syarat. Misalnya, untuk hewan kurban, haruslah jantan yang sudah ganti gigi. Ciri-ciri tersebut untuk memastikan hewan tersebut sudah dewasa (di atas dua tahun).
Selama ini masih banyak pedagang atau pembeli yang tidak mengerti ciri fisik terkait hewan kurban yang belum memenuhi syarat. ”Mereka hanya melihat badannya yang besar, langsung saja dibeli tanpa diperiksa terlebih dahulu apakah hewan tersebut sudah ganti gigi atau belum,” ujar Jafrizal.
Di sisi lain, pemeriksaan juga dilakukan ketika hewan sudah disembelih. Hal ini bisa terlihat dari ciri-ciri fisik organ dalam. Penyakit yang kerap kali ditemukan adalah cacing hati, pneumonia, dan tiger heart (penyakit yang menjangkiti sapi yang pernah terjangkit penyakit mulut dan kuku).
Meski jenis penyakit tersebut tidak menulari manusia dan bisa hilang dengan direbus selama 30 menit dengan suhu 70 derajat celsius, kewaspadaan memang harus terus ditingkatkan. Khusus pada Idul Adha tahun ini, ujar Jafrizal, PHDI menerjunkan 60 dokter hewan untuk memeriksa kondisi hewan sebelum dan sesudah penyembelihan.
”Mereka bertugas untuk menyosialisasikan cara proses penyembelihan yang benar dan juga risiko penyakit yang mungkin menjangkiti hewan kurban,” ucapnya.
Pedagang hewan kurban di Palembang, Aking, mengatakan, untuk memastikan hewan kurban yang dijualnya sehat, dia selalu melakukan pemeriksaan secara rutin. Mulai dari kedatangan hewan ternak dari luar kota, seperti Bali, Lampung, dan Nusa Tenggara. Sebagian besar peternak di Sumsel hanya melakukan penggemukan hewan tanpa pembibitan atau pengembangbiakan. Namun, sejak tujuh bulan terakhir, Aking tidak lagi mengambil sapi dari Jawa.
Adapun untuk proses perawatan dan pembesaran, dia memberikan multivitamin dan asupan tambahan pada sapi untuk meningkatkan imun tubuh. Kewaspadaan ditingkatkan mengingat kini hewan ternak di Indonesia sedang dilanda penyakit mulut dan kuku (PMK).
Hanya saja, antusiasme masyarakat untuk berkurban tidak surut karena pembelian hewan kurban masih saja tinggi. ”Jelang Idul Adha, pemesanan hewan kurban bisa mencapai 500 ekor. Pemesanan sudah berlangsung sejak dua bulan lalu,” kata Aking.
Kepala Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Sumatera Selatan Ruzuan Effendi menuturkan, pengawasan dalam proses penyembelihan hewan kurban hingga pendistribusian daging akan terus dilakukan mengingat antusiasme warga untuk berkurban meningkat 5 persen-10 persen di bandingkan tahun lalu.
Apalagi, saat ini penyembelihan hewan kurban tidak lagi terbatas pada rumah potong hewan, tetapi bisa dilakukan di rumah ibadah ataupun di tempat terbuka lainnya. Hanya saja, Ruzuan berharap agar setiap pihak memastikan proses penyembelihan dilakukan secara benar agar tidak mencemari lingkungan sekitar.