Warga terdampak rob di wilayah pesisir Demak, Jawa Tengah, menuntut pemerintah segera memberikan solusi konkret dalam penanganan rob. Bertahun-tahun, mereka hidup menderita akibat rob.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
DEMAK, KOMPAS — Ribuan warga pesisir utara Kabupaten Demak, Jawa Tengah, masih terus berkubang rob setiap harinya. Harta benda mereka habis untuk meninggikan rumah hingga memperbaiki kendaraan yang rusak. Hingga kini, warga masih menunggu solusi konkret dari pemerintah untuk melepaskan diri dari belenggu rob.
Setidaknya rob mulai dikeluhkan warga, salah satunya di Kecamatan Bonang, sejak tahun 2015. Kala itu, air laut limpas ke permukiman dan belum sampai merendam rumah warga. Dua tahun kemudian, rob merusak lebih parah. Air masuk ke dalam rumah-rumah warga hingga setinggi 50 sentimeter. Tahun ini, kondisinya semakin parah. Saat pasang laut, ketinggian air di dalam rumah lebih dari 1 meter.
”Rob telah menghabiskan harta dan benda kami. Perabotan rumah yang kerap terendam air asin satu per satu rusak. Lalu, kendaraan yang setiap hari kami gunakan untuk melintasi rob juga rusak. Biaya servisnya mencapai Rp 150.000 per bulan,” kata Ubaidillah (40), warga Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Jumat (8/7/2022).
Menurut Ubaidillah, warga juga harus mengeluarkan biaya peninggian rumah minimal tiga tahun. Biayanya Rp 5 juta-Rp 8 juta. Aktivitas itu untuk menghalau air masuk ke dalam rumah.
”Saking seringnya meninggikan rumah, sampai ada guyonan populer, warga sini lebih butuh padas daripada beras. Padas adalah tanah yang menjadi material utama meninggikan rumah,” ujarnya.
Ubaidillah menuturkan, warga di desanya memiliki banyak tumpukan material untuk meninggikan rumah, seperti padas dan batako. Semuanya sengaja dibiarkan menumpuk di sekitar rumah warga untuk berjaga-jaga apabila perlu ada pengurukan darurat.
Syarifuddin Fahmi (27), warga Desa Tridonorejo, Kecamatan Bonang, mengatakan, dampak lainnya adalah minimnya angkutan umum menuju desa-desa terdampak rob. Padahal, tidak semua warga memiliki kendaraan pribadi untuk menunjang mobilitas mereka. Kalaupun masih ada angkutan umum, tarifnya cukup tinggi. Untuk jarak 2-4 kilometer, misalnya, tarif angkutan umum berkisar Rp 10.000-Rp 15.000 per orang.
”Hal ini beralasan karena tidak banyak angkutan umum yang berani melintasi rob. Risikonya besar. Mesin kendaraan bisa berkarat atau rusak,” ucap Fahmi.
Fahmi menuturkan, selama ini, pemerintah setempat telah berupaya menyalurkan bantuan pangan. Padahal, bantuan pangan dinilai Fahmi tidak menyelesaikan akar persoalan. Selain itu, pemerintah juga berupaya meninggikan jalanan yang terendam rob. Hal ini disebut Fahmi malah membuat rumah warga semakin tenggelam.
Fahmi mengatakan pernah mendengar rencana pembuatan sabuk pantai dari Kecamatan Sayung sampai Kecamatan Bonang. Hingga kini, rencana itu tak kunjung direalisasikan. Warga juga tidak mendapatkan informasi terkait kelanjutan rencana itu.
”Semoga pemerintah segera menyampaikan cetak biru penanganan rob di Kecamatan Bonang. Ini harus segera dilakukan karena saat ini dampak rob terus meluas. Jangan tunggu desa-desanya hilang dulu baru ada perhatian dari pemerintah,” katanya.
Meluas
Camat Bonang Haris Wahyudi Ridwan mengatakan, sebelum tahun 2017, hanya ada tiga desa terdampak rob, yakni Purworejo, Margolinduk, dan Morodemak. Setelahnya, rob terus meluas dan merendam desa-desa di sekitarnya, antara lain Gebang dan Tridonorejo.
Rob yang melanda lima desa itu mengakibatkan sekitar 936 hektar tambak milik warga di Bonang rusak. Selain itu, 26,6 km jalan di lima desa itu juga rusak dan tergenang air dengan ketinggian 10 cm-76 cm.
”Jumlah penduduk terdampak 18.923 orang, yang berasal dari 3.636 keluarga. Adapun jumlah rumah dan fasilitas umum yang terdampak rob sebanyak 4.136 unit,” tutur Haris.
Haris mengatakan, pihaknya sudah berulang kali mengajukan permohonan pembuatan tanggul di wilayah Bonang. Selain itu, dengan dana desa, pemerintah di masing-masing desa juga telah berupaya memperbaiki fasilitas publik yang rusak akibat rob, salah satunya jalan umum.
Tidak hanya di Kecamatan Bonang, rob juga merendam sedikitnya 17 desa di Kecamatan Sayung, Karangtengah, dan Wedung.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Demak M Agus Nugroho Luhur Pambudi mengatakan telah melakukan langkah darurat meminimalkan dampak rob.
”Kami mengevakuasi warga yang rumahnya terendam dan membuat dapur umum. Kalau upaya konstruktif, kami tidak mampu karena adanya keterbatasan anggaran. Penanganan rob ini kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat,” katanya.
Menurut Agus, penanganan rob tidak bisa dilakukan parsial, tetapi harus menyeluruh. Penanganan juga tidak bisa hanya dilakukan di daerah-daerah terdampak rob dengan kategori parah. Daerah yang baru terdampak juga perlu ditangani, mulai dari ujung pantura bagian barat hingga timur Jateng.
Saat ini, Pemprov Jateng telah mengumpulkan sejumlah kepala daerah di wilayah pesisir pantai utara Jateng dalam diskusi kelompok terpusat mengenai rob. Hasil diskusi dikumpulkan untuk menyusun rencana induk penanganan terpadu rob jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.