Jelang Idul Adha, Pedagang Kambing Dadakan Mulai Muncul di Malang
Di tengah wabah PMK, pedagang hewan kurban dadakan mulai muncul di Malang. Namun, sebagian besar pedagang itu hanya menjual kambing.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Sepekan jelang Idul Adha 1443 Hijriah, baru sebagian kecil pedagang kambing kurban muncul di wilayah Malang Raya, Jawa Timur. Stok kambing yang mereka siapkan juga tidak begitu banyak, hanya beberapa ekor, sedangkan pedagang sapi yang biasanya mudah dijumpai hingga kini belum terlihat.
Dari pengamatan Kompas, kios kambing dadakan antara lain terlihat di wilayah Kecamatan Karangploso di Kabupaten Malang dan Kecamatan Junrejo di Kota Batu. Adapun pasar-pasar hewan yang biasanya menjadi pusat penjualan hewan masih tutup akibat kebijakan pengendalian penyakit mulut dan kuku (PMK).
Teguh (30), salah satu pedagang kambing kurban di daerah Karangploso, Jumat (1/7/2022), menuturkan, baru membawa 13 ekor dari total 30 ekor kambing yang dia miliki. Sisanya sengaja ditinggal di rumah dan baru akan dibawa ke kios saat mendekati hari raya Idul Adha.
Dengan harga kambing mulai dari Rp 2,5 juta-Rp 7 juta per ekor, Teguh baru membuka kios hari ini. Kios itu berada di lahan persawahan di tepi jalan raya. Sebagai atap untuk melindungi kambingnya dari panas dan hujan, dia terpaksa menyewa tenda besi, bukan terpal milik sendiri sebagaimana tahun lalu.
”Tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena ada PMK, kami harus izin dulu ke pemerintah kecamatan terkait dengan protokol kesehatan. Tahun-tahun sebelumnya tidak ada izin. Oleh karena itu, ini tadi ndadak (mendadak) pakai tenda besi meski harus menyewa Rp 3 juta,” ujarnya.
Teguh sendiri belum bisa memperkirakan apakah permintaan hewan kurban, khususnya kambing, pada Idul Adha tahun ini akan membengkak lantaran banyak sapi terserang PMK. Umat Islam yang biasanya memanfaatkan sapi untuk kurban kali ini diarahkan menggunakan kambing sebagai alternatif.
”Hari ini belum ada yang beli karena saya memang baru saja buka. Namun, berdasarkan pengalaman sebelumnya, tahun lalu saya bisa menjual 60-70 ekor kambing,” ujarnya. Dia pun mengaku tidak berani menaikkan harga terlalu tinggi lantaran khawatir calon pembeli urung membeli atau lari ke pedagang lain.
Tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena ada PMK, kami harus izin dulu ke pemerintah kecamatan terkait dengan protokol kesehatan.
Menurut Teguh, pedagang hewan kurban kali ini sedikit waswas. Berdasar informasi yang dia terima, pedagang sapi belum boleh menggelar kios di pinggir jalan sehingga konsumen diarahkan membeli langsung ke kandang milik pedagang atau peternak guna menghindari penyebaran PMK. Adapun pedagang kambing khawator omzet berkurang lantaran pembeli memilih menunda kurban sambil menunggu kondisi membaik.
Seperti diketahui, PMK banyak menyerang sapi di Kabupaten Malang. Total, sedikitnya ada 14.000 ekor sapi di wilayah ini yang terpapar PMK. Dari jumlah itu, 800-an ekor di antaranya mati. Meski begitu, sebelumnya, Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto menyatakan stok hewan kurban di wilayahnya aman. Ternak yang terserang PMK umumnya sapi perah, bukan sapi potong.
Sementara itu, Jamil (55), pedagang kambing kurban lainnya di Desa Pendem, Kota Batu, memanfaatkan kandang miliknya yang ada di tepi jalan sebagai kios. Dia menjual kambing hasil ternak sendiri, tidak mendatangkan dari peternak lain. Oleh karena itu, menurut dia, hewan kurban tersebut terjamin kesehatannya.
Menurut Jamil sejauh ini baru dua kambing jenis gibas yang terjual. Harganya pun tidak ada patokan khusus, hanya berdasarkan perkiraan, yakniRp 2,5 juta untuk ukuran kecil dan Rp 5,5 juta-Rp 6,5 juta untuk ukuran besar atau jenis kambing Australia. Jamil memiliki 50 ekor kambing, tetapi yang dijual untuk Idul Adha hanya 20 ekor.
”Kalau dibanding tahun lalu, sepertinya penjualan untuk kambing lebih bagus tahun ini karena ekonomi udah membaik. Selain itu, orang beli sapi takut karena risikonya lebih besar,” ucapnya.
Jamil merasa optimistis banyak kambing akan terjual dalam beberapa hari ke depan. Apalagi, jumlah orang yang ingin berkurban banyak, tetapi ternak yang tersedia berkurang.
Pemerintah Kota Batu sendiri telah menyiapkan lokasi penjualan sekaligus pemotongan hewan kurban. Langkah ini diambil setelah ada unjuk rasa sejumlah pedagang kambing yang menuntut agar mereka bisa berjualan kembali di pasar hewan setempat.
Asisten II Pemerintah Kota Batu Sugeng Pramono secara tertulis mengatakan, pemerintah daerah memperbolehkan pedagang berjualan hewan kurban mulai 1-13 Juli dengan memerhatikan protokol Covid-19 dan PMK.
Menurut Sugeng ada tujuh lokasi yang boleh digunakan untuk berjualan, antara lain tersebar di Kelurahan Temas, Sisir, dan Ngaglik. Selain itu ada di Desa Sidomulyo, Oro-oro Ombo, dan Tlekung.
”Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pedagang, salah satunya ternak harus dalam keadaan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan kesehatan hewan yang dikeluarkan dokter,” ujarnya.
Apabila diketahui ada ternak yang kurang sehat, menurut Sugeng, hewan itu harus dikeluarkan dari lokasi penjualan. Lapak jualan juga harus disemprot disinfektan dua kali sehari.