Vaksinasi PMK Dimulai di Klaten, Pasar Hewan Segera Dibuka
Vaksinasi ternak untuk mengatasi penyakit mulut dan kuku telah dimulai di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pasar hewan juga segera dibuka guna memenuhi kebutuhan kurban dalam rangka Idul Adha.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Vaksinasi ternak untuk mengatasi penyakit mulut dan kuku (PMK) telah dimulai di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Diharapkan, upaya tersebut dapat menguatkan daya tahan ternak dari paparan penyakit yang tengah marak itu. Pasar hewan juga segera dibuka guna memenuhi kebutuhan kurban dalam rangka Idul Adha.
Vaksinasi perdana dilakukan di Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Selasa (28/6/2022). Bupati Klaten Sri Mulyani meninjau langsung pelaksanaan vaksinasi tersebut. Terdapat 2.200 dosis vaksin yang dialokasikan pemerintah untuk tahap pertama di daerah tersebut.
”Semoga dengan vaksinasi hewan-hewan ternak, PMK di Klaten bisa tertangani. Masyarakat dan peternak semuanya bisa tenang karena penularannya cukup sekali sehingga adanya vaksin sangat penting,” kata Mulyani.
Sebanyak 12 tim dikerahkan guna melakukan vaksinasi ke 13 kecamatan dan 23 desa di daerah tersebut. Ditargetkan, vaksinasi tahap awal ini sudah bisa rampung pada 2 Juli 2022. Para vaksinator diharapkan bisa memvaksinasi 100 ternak per hari. Ternak yang divaksinasi harus dipastikan berada dalam kondisi sehat.
Mulyani menjelaskan, sasaran utama vaksinasi tahap awal ialah ternak sapi. Ternak jenis lainnya, seperti kambing, baru akan divaksinasi jika stok vaksin yang tersedia sudah lebih banyak. Stok vaksin yang tersedia saat ini sangat terbatas.
”Jadi, vaksinasi ini akan dilakukan secara bertahap. Dilihat dari jumlahnya, kami membutuhkan vaksin hampir 70.000 dosis. Tetapi, nanti tergantung dari pemerintah kami mendapat alokasi berapa. Kami mengikuti pengaturan dari mereka,” kata Mulyani.
Dengan dimulainya vaksinasi ternak, menurut Mulyani, masyarakat menjadi semakin optimistis menyambut Idul Adha karena ada harapan agar ternak mereka terjaga kesehatannya. Demi memastikan kecukupan pemenuhan hewan kurban, Pemerintah Kabupaten Klaten juga segera membuka pasar hewan pada Rabu (29/6/2022).
Akibat maraknya PMK, pasar hewan di daerah tersebut ditutup sejak 7 Juni 2022. Pembukaan kembali pasar hewan, kata Mulyani, dilakukan dengan sejumlah pembatasan. Aktivitas jual-beli ternak hanya boleh dilakukan untuk ternak dari wilayah Klaten saja. Ternak dari daerah lain akan dihalau memasuki pasar. Ternak-ternak yang akan masuk pasar juga bakal dicek kondisi kesehatannya.
”Hewan dari luar Klaten tidak kami perbolehkan masuk. Kami batasi hanya hewan dari Klaten saja untuk pasarannya. Nanti ada dokter yang akan melihat kondisi hewannya. Jika kondisinya tidak baik, mereka akan langsung diminta pulang,” kata Mulyani.
Mulyani menjamin kebutuhan hewan kurban tetap terpenuhi di Klaten. Berdasarkan catatannya, kebutuhan masyarakat atas hewan kurban hanya 9.000 ekor. Sementara jumlah populasi sapi mencapai 108.000 ekor.
Kebijakan operasionalisasi pasar bisa dilakukan asal menerapkan pembatasan ketat.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Klaten Widiyanti meminta agar kebijakan pembatasan wilayah jual-beli ternak benar-benar dipatuhi. Sebisa mungkin masyarakat membeli ternak dari lingkup terdekatnya untuk mengurangi risiko penyebaran PMK. Jangan sampai warga membeli ternak dengan harga murah, tetapi sebenarnya kondisi ternak tidak sepenuhnya sehat.
”Hewan yang dipilih harus sehat. Mulai cari dari tempat terdekat saja, baik itu tetangga RT, desa, atau kecamatan. Maksimal tetangga kecamatan saja. Di Klaten, sudah cukup tersedia hewan kurban,” kata Widiyanti.
Kepala Balai Besar Veteriner Wates Hendra Wibawa mengatakan, kebijakan operasionalisasi pasar bisa dilakukan asal menerapkan pembatasan ketat. Transaksi jual-beli hendaknya benar-benar dilakukan bagi ternak yang berada di satu daerah saja. Sebab, sejauh ini, penyebab terjadinya penularan ialah kedatangan ternak baru yang berpenyakit.
Lebih lanjut, sebut Hendra, peternak juga perlu diedukasi secara intensif. Ia mengimbau agar peternak menahan diri untuk tidak pergi ke pasar hewan demi mengurangi risiko menjadi pembawa virus bagi ternaknya masing-masing. Jika peternak pergi ke pasar, mereka harus membersihkan diri sebelum kembali ke kandang miliknya.
Bagi ternak yang tak laku di pasar, juga perlu dikarantina sebelum bercampur dengan ternak-ternak lain yang ada di kandang mereka. ”Pasar itu bisa dibuka asalkan ada pengawasan. Biosecurity-nya harus dicek. Hewan keluar-masuk juga harus dicek. Jangan lupa, dekontaminasi atau disinfeksi pasar itu penting,” kata Hendra.