Status Bebas PMK, Panitia Kurban di Atambua Tetap Waspada
Kendati bebas dari penyakit mulut dan kuku, panitia kurban di NTT tetap waspada. Semua hewan kurban akan diperiksa intensif.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
ATAMBUA, KOMPAS — Kendati Nusa Tenggara Timur berstatus bebas dari wabah penyakit mulut dan kuku, hewan kurban untuk perayaan Idul Adha tetap diperiksa intensif. Panitia pemotongan hewan kurban ingin memastikan hewan yang akan disembelih benar-benar sehat.
H Abdullah BA Belajam, pengurus Masjid Agung Al Mujahidin Atambua, Kabupaten Belu, lewat sambungan telepon pada Selasa (28/6/2022) mengatakan, hewan kurban bakal datang dua hari menjelang Idul Adha pada 9 Juli 2022. Saat itu, semua hewan kurban akan langsung diperiksa.
”Memang di NTT ini belum ditemukan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK), tetapi kami tetap waspada. Kami sudah berkoordinasi dengan dinas peternakan agar dilakukan pemeriksaan secara intensif untuk hewan kurban. Hewan yang diserahkan kepada panitia langsung diperiksa,” kata Abdullah.
Menurut dia, hewan yang dibawa oleh warga, seperti sapi dan kambing, semuanya berasal dari NTT. Warga tidak mendatangkan hewan dari luar daerah setelah wabah PMK merebak. Selain itu, stok hewan di daerah itu juga mencukupi kebutuhan. NTT merupakan salah satu lumbung sapi potong di Indonesia.
Akan tetapi, kekhawatiran penularan masih ada. Potensinya muncul apabila ada penyelundupan sapi dari Timor Leste. Masuk secara ilegal, tidak diketahui pasti kondisi kesehatan sapinya. Atambua merupakan kota yang berbatasan langsung dengan Timor Leste.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Atambua KA Halim mengatakan, potensi penyelundupan ternak yang dibawa pelintas sudah diantisipasi. Dalam satu bulan terakhir, pihaknya bersama sejumlah lembaga terkait intensif melakukan pengawasan di sejumlah titik perlintasan tradisional.
”Kalau secara resmi, impor ternak dari Timor Leste sudah ditutup. Namun, ada kekhawatiran di ’jalur tikus’. Kami dibantu tim dari satuan tugas PMK. Semakin mendekati Idul Adha, pengawasan akan terus ditingkatkan,” ujarnya.
Dalam catatan Kompas, penyelundupan ternak dari Timor Leste pernah membawa dampak buruk bagi peternakan di NTT. Pada tahun 2020-2021, puluhan ribu ternak babi di NTT mati akibat wabah demam babi afrika. Wabah itu masuk ke NTT, salah satunya melalui perbatasan Timor Leste.
Melky Angsar, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner di Dinas Peternakan NTT, mengatakan, hingga kini NTT bebas dari wabah PMK yang sudah merebak di Tanah Air sejak tiga bulan lalu. Karena itu, NTT tidak diprioritaskan untuk diberikan vaksinasi. Vaksinasi difokuskan untuk daerah yang sudah terpapar wabah itu.
Kendati demikian, Melky tetap mengingatkan panitia kurban untuk Idul Adha agar tetap memeriksa dengan teliti setiap hewan kurban. Pihaknya akan menugaskan tenaga kesehatan hewan untuk membantu pemeriksaan hewan kurban. ”Kami juga ingin memastikan agar proses ini berjalan dengan lancar,” ucapnya.
Ia menuturkan, NTT menjadi salah satu pemasok sapi untuk Idul Adha ke sejumlah daerah di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. Banyak kabupaten di daerah itu ditemukan wabah PMK. Terhitung sejak Januari hingga awal Juni 2022, sebanyak 6.809 sapi dikirim dari NTT ke sejumlah daerah di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, populasi sapi potong tahun 2020 di NTT sebanyak 1,1 juta ekor.