Upaya penanggulangan penyakit mulut dan kuku di daerah wabah Sidoarjo, Jatim, terus digencarkan. Sebanyak 2.000 dosis vaksin tambahan diterima dan segera didistribusikan ke peternak sapi perah dan bibit.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Upaya penanggulangan penyakit mulut dan kuku (PMK) di daerah wabah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus digencarkan. Sebanyak 2.000 dosis vaksin tambahan baru diterima dan, menurut rencana, langsung didistribusikan kepada peternak sapi perah serta sapi bibit. Lalu lintas ternak juga diperketat menjelang Idul Adha 2022 untuk tekan penularan di daerah penyangga utama Surabaya tersebut.
Kepala Bidang Produksi Peternakan Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo Tony Hartono mengatakan, setelah menerima vaksin perdana untuk PMK sebanyak 200 dosis pada pertengahan Juni lalu, daerahnya kini menerima vaksin tambahan sebanyak 2.000 dosis. Vaksin ini pun langsung didistribusikan kepada peternak untuk mempercepat penanganan wabah.
”Vaksin akan langsung disuntikkan pada ternak sapi yang memenuhi syarat. Selain itu, dilakukan percepatan vaksinasi dengan mengerahkan banyak vaksinator dalam waktu bersamaan,” ujar Tony, Senin (27/6/2022).
Dia mencontohkan, pada Selasa (28/6/2022), misalnya, dijadwalkan vaksinasi massal terhadap 660 ekor sapi dalam waktu sehari. Sasaran vaksinasi adalah peternakan yang berlokasi di Kecamatan Taman dengan populasi sebanyak 360 ekor, Kecamatan Wonoayu sebanyak 150 ekor, dan Kecamatan Sidoarjo sebanyak 150 ekor.
Tony mengatakan, pihaknya telah menyiapkan vaksinator terlatih bekerja sama dengan Pusat Veteriner Surabaya (Pusvetma). Para peternak juga telah menyiapkan ternaknya yang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi.
Menurut dia kendala vaksinasi di Sidoarjo adalah sulitnya mencari ternak yang benar-benar sehat dan belum pernah terpapar PMK. Kesulitan itu terjadi karena Sidoarjo merupakan daerah wabah dengan tingkat penularan atau morbiditas mencapai 90-100 persen. ”Artinya, apabila dalam satu kandang ditemukan satu ternak yang terpapar, hampir dipastikan 90 persen, bahkan 100 persen, ternak di kandang tersebut tertular penyakit,” kata Tony.
Berdasarkan data Posko Terpadu Penanganan PMK Provinsi Jatim, sampai dengan 26 Juni 2022, jumlah kasus di 38 kabupaten/kota mencapai 118.849. Penambahan kasus harian mencapai 4.644. Penambahan kasus harian tertinggi terjadi di Malang, yakni sebanyak 1.668 kasus, Jember sebanyak 661 kasus, Pamekasan sebanyak 483 kasus, Sumenep sebanyak 287 kasus, dan Tuban sebanyak 283 kasus.
Di Sidoarjo sendiri PMK telah memapar 1.991 ekor ternak sapi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.609 ekor masih sakit, 27 ekor mati, dan 63 ekor dipotong paksa. Penambahan kasus harian mencapai 76 ekor pada 26 Juni lalu. Adapun jumlah tenak yang sembuh sebanyak 292 ekor.
Tony mengatakan, pemberian vaksin diyakini memberikan kekebalan pada ternak sehingga tidak mudah terserang PMK. Vaksinasi menjadi jalan efektif untuk menghadang laju penularan PMK yang tinggi. Percepatan vaksinasi di wilayahnya menjadi kebutuhan mendesak karena penularan PMK tidak hanya terjadi pada sapi akan tetapi kambing, domba, dan kerbau.
Tony menambahkan, selain vaksinasi, lalu lintas ternak juga diawasi ketat untuk meminimalkan penularan. Pengawasan lalu lintas ternak ini semakin ditingkatkan menjelang Idul Adha 2022. Penjual hewan kurban harus mendapat rekomendasi dari Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo. Ternak yang dijual juga harus disertai surat keterangan kesehatan hewan dari daerah asal.
Kepala Polresta Sidoarjo Komisaris Besar Kusumo Wahyu Bintoro mengatakan, pengawasan lalu lintas ternak dilakukan di wilayah perbatasan dengan Mojokerto, Surabaya, dan Pasuruan. Setiap kendaraan yang mengangkut ternak diperiksa oleh tim gabungan dari TNI dan Polri serta dokter hewan.
”Hanya ternak yang sehat dan mendapat rekomendasi dari otoritas yang berwenang yang diperbolehkan masuk Sidoarjo. Selain itu, kendaraan pengangkut ternak akan diminta putar balik,” kata Kusumo.
Pedagang hewan kurban Sumulyono (63) mengaku membawa 24 ekor sapi dari peternakannya di Kabupaten Pasuruan. Dari 24 ekor sapi tersebut, sebanyak 13 ekor sudah terjual dan sisanya 11 ekor sudah dipesan oleh sejumlah pembeli.
Dia pun optimistis permintaan hewan kurban tetap tinggi di tengah wabah PMK. ”Untuk harga jual sapi masih stabil, bahkan sama dengan tahun lalu. Sapi yang memenuhi standar kurban harganya Rp 17 juta hingga Rp 23 juta per ekor,” papar Sumulyono.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan, masih banyak sentra peternakan di wilayahnya yang memiliki hewan ternak dalam kondisi sehat. Hewan ternak ini aman untuk dijadikan hewan kurban dalam perayaan Idul Adha tahun ini.
Sebanyak 80 persen sudah dipesan untuk kebutuhan hewan kurban di sejumlah tempat.
Kepastian itu disampaikan setelah Khofifah meninjau sejumlah sentra peternakan, terutama sapi, di Sidoarjo dan Nganjuk, Senin (20/6/2022). Sentra hewan kurban milik PT Tunas Jaya Raya yang berlokasi di Jalan Raya Nganjuk-Kediri Desa Babatan, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, misalnya, menyediakan sebanyak 400 ekor sapi potong dan 500 ekor kambing.
Kondisi ternak di peternakan tersebut sehat dan layak sebagai hewan kurban. Kondisi kandangnya layak dan terjaga kebersihannya sehingga tidak mudah terpapar penyakit. Dari populasi 400 ekor sapi, sebanyak 390 ekor merupakan sapi jenis simental dan 10 ekor jenis limousin. Rata-rata sapi tersebut memiliki berat di atas 600 kg.
”Dari jumlah tersebut, sebanyak 80 persen sudah dipesan untuk kebutuhan hewan kurban di sejumlah tempat. Tidak hanya sapi, di tempat ini juga menyediakan sekitar 500 ekor kambing untuk kurban,” ucap Khofifah.
Mantan Menteri Sosial RI itu menambahkan, pihaknya telah meminta bupati dan wali kota menyiapkan titik-titik sentra penjualan hewan kurban. Ternak yang masuk ke sentra penjualan ini harus memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) atau Sertifikat Veteriner (SV) yang menjamin kondisi kesehatannya.
Selain itu, setiap sentra penjualan hewan kurban juga harus dilengkapi petugas kesehatan hewan yang melakukan pemeriksaan rutin terhadap semua ternak yang masuk atau akan dijual. Petugas juga harus memeriksa kembali ternak yang keluar atau hendak dikirim kepada pembeli.
”Mohon para bupati dan wali kota segera memastikan di setiap sentra penjualan hewan kurban tersebut ada tenaga kesehatan hewan yang rutin memeriksa kondisi hewan. Sekali lagi ini untuk memastikan kesehatan dan keamanan hewan ternak,” katanya.