Katalis Dukung Penguatan Kemitraan Komersial Indonesia dan Australia
Pebisnis Indonesia diajak memanfaatkan peluang dan dukungan dari Indonesia-Australia CEPA melalui Katalis. Pariwisata di Bali masih berpotensi dikembangkan, misalnya, wisata medis dan wisata kebugaran.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pebisnis di Indonesia, terutama berbasis di Bali, diajak turut serta dan memanfaatkan peluang dan dukungan dari perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) antara Indonesia dan Australia melalui Katalis. Katalis menghubungkan dunia usaha, akademisi, dan sektor publik dari Indonesia dan Australia untuk berkolaborasi secara efektif.
Indonesia dan Australia CEPA melalui program kerja sama ekonomi komprehensif Katalis merupakan program pengembangan perdagangan dan investasi selama lima tahun, yang didukung Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia.
Program ini merupakan bentuk kerja sama Indonesia dan Australia, yang menawarkan peluang dua arah dalam perdagangan barang dan jasa, penanaman modal, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia, yang diluncurkan tahun 2020.
Direktur Program Kerja Sama Ekonomi (ECP) Katalis Paul Bartlett mengatakan, Katalis bertujuan memaksimalkan manfaat komersial dan menciptakan akses pasar yang lebih luas bagi bisnis di Indonesia ataupun di Australia. Katalis mengidentifikasi dan mengembangkan peluang pasar baru dan mendorong kemitraan antarbisnis agar berkolaborasi dalam meningkatkan perdagangan dan investasi di dua negara, yakni Indonesia dan Australia.
”Ini menjadi peluang bisnis dari Indonesia dan dari Australia,” kata Paul dalam forum bincang bisnis Katalis di Sanur, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali, Selasa (28/6/2022).
Forum bisnis Katalis di Sanur dihadiri pelaku usaha dan sektor publik di Bali, termasuk kalangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bali. Acara tersebut juga dihadiri Konsul Jenderal Australia di Denpasar Anthea Griffin dan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjokorda Bagus Pemayun, yang mewakili Gubernur Bali.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pande Nyoman Laksmi Kusumawati menyatakan, peluang dan kerja sama, yang disediakan Katalis, menjadi kesempatan yang dapat dimanfaatkan pebisnis di Bali untuk mengembangkan usaha dan berinvestasi.
Dalam forum bisnis Katalis di Sanur, Kota Denpasar, Selasa (28/6), Laksmi mengatakan, pelaku usaha dan pebisnis dapat mengembangkan usaha mereka dengan mengikuti aturan atau regulasi dari pemerintah.
Tekanan pandemi
Dalam sambutan Gubernur Bali, yang dibacakan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjokorda Bagus Pemayun, disebutkan, Bali mengalami tekanan berat akibat pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi Bali terkontraksi hingga -9,31 persen pada 2020.
Meskipun membaik pada 2021, ekonomi Bali juga masih tertekan sedalam -2,47 persen pada 2021. ”Pada triwulan I-2022, (ekonomi) Bali sudah tumbuh positif 1,46 persen year over year,” kata Tjok Pemayun.
Pariwisata masih menjadi lokomotif perekonomian Bali. Namun, Bappenas dan Pemprov Bali sudah merancang peta jalan ekonomi kerthi Bali sebagai upaya transformasi ekonomi Bali.
Dalam peta jalan ekonomi kerthi Bali terdapat enam sektor unggulan, yakni, pertanian, kelautan dan perikanan, industri, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi, dan ekonomi kreatif dan digital serta pariwisata.
Lebih lanjut Paul menyatakan, sektor pariwisata di Bali masih berpeluang untuk dikembangkan, di antaranya, melalui pengembangan wisata medis (medical tourism) dan wisata kebugaran (wellness tourism), selain peluang-peluang perdagangan dan jasa lainnya.
Dalam pemaparannya, Paul menyebutkan, Katalis melalui program Indonesia dan Australia CEPA mendukung studi pemetaan kemitraan komersial Indonesia dan Australia di sektor wisata medis di Bali.
Selain di Bali, program Indonesia dan Australia CEPA Katalis juga mendukung konsorsium pembangunan rumah sakit baru di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan rumah sakit baru itu sudah diidentifikasi Pemprov Jawa Barat dan konsorsium Sanusa Medika Hospitals (SMH). Program itu bertujuan menambah kapasitas tempat tidur rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Jawa Barat.
Konsul Jenderal Australia di Denpasar Anthea Griffin berharap pebisnis di Bali memanfaatkan peluang dalam program kerja sama ekonomi Indonesia dan Australia melalui Katalis. Anthea menyatakan, menjalin kemitraan komersial dengan Australia dalam berbagai sektor menambah manfaat dari perjanjian kemitraan Indonesia dan Australia CEPA Katalis.
”Selain untuk meningkatkan sektor perawatan kesehatan dan pariwisata Indonesia yang lebih selaras dengan standar Australia,” ujar Anthea.
Dalam acara forum bisnis tersebut, Ketua Umum Kadin Provinsi Bali Made Ariandi mengharapkan program Katalis dan Pemerintah Australia juga memberikan kemudahan bagi pebisnis di Bali untuk membangun dan mengembangkan usaha, di antaranya pengiriman tenaga kerja dari Bali yang berkompeten dan berkeahlian di bidang agrikultur dan perawatan kesehatan.
Sementara itu, menurut Ariandi, pebisnis dan pemerintah di Bali mengundang investor untuk membangun fasilitas kesehatan bertaraf internasional di Bali. ”Bawalah teman-teman pengusaha dari Australia untuk berinvestasi di Bali,” kata Ariandi.