Diversifikasi dan Bertransformasi untuk Membangun Ketahanan Ekonomi
Pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi Indonesia untuk merancang dan menyiapkan fundamen resiliensi ekonomi. Presiden Joko Widodo menyatakan, pandemi Covid-19 juga momentum bertransformasi untuk membangun ekonomi.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi Indonesia untuk merancang dan menyiapkan perubahan fundamen resiliensi ekonomi. Kesiapan berubah secara mendasar dan besar-besaran, atau bertransformasi, yang didasari refleksi dan perhitungan yang cermat atas kondisi serta dengan keberanian mengeksekusi menjadi penting dalam menghadapi kecepatan kompetisi dan tantangan.
Dampak pandemi Covid-19, menurut Presiden Joko Widodo, berimbas ke segala bidang dan sektor kehidupan bangsa. Selama menghadapi pandemi Covid-19, ujar Joko Widodo, sejumlah negara mengalami persoalan kelangkaan energi, kelangkaan pangan, dan tekanan ekonomi akibat inflasi yang tinggi. Pandemi Covid-19, menurut Presiden, menimbulkan dampak yang kompleks.
”Dampaknya sulit diprediksi dan diperkirakan. Artinya, ketidakpastian secara global tinggi,” kata Presiden Joko Widodo dalam pidato sambutannya serangkaian acara bertajuk ”Peluncuran Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru” dan ”Master Plan Kawasan Pariwisata Ubud, Tegallalang, dan Payangan (Ulapan)” di kawasan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali, Jumat (3/12/2021).
Dampaknya sulit diprediksi dan diperkirakan. Artinya, ketidakpastian secara global tinggi. (Joko Widodo)
Joko Widodo juga mengatakan, pandemi Covid-19 juga memberikan peluang untuk membuat loncatan dalam pemulihan ekonomi. Momentum pandemi Covid-19, menurut Presiden, harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan diri dan keinginan bertransformasi sehingga memunculkan dan menumbuhkan ketangguhan ekonomi.
Dalam acara tersebut dihadiri beberapa menteri di Kabinet Indonesia Maju, Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa, dan Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo serta Duta Besar Denmark di Indonesia Lars Bo Larsen, Presiden Joko Widodo menyatakan dapat memahami kondisi Bali yang perekonomian daerahnya terpuruk.
Provinsi ini juga mengalami kontraksi paling dalam karena sektor pariwisata, menjadi andalan Bali. Untuk itu Joko Widodo mengajak jajarannya untuk berubah dan bertransformasi secara fundamental.
Adapun perubahan mendasar dalam pembangunan ekonomi Bali, atau disebut sebagai transformasi ekonomi Bali, yang dirumuskan Kementerian PPN/Bappenas dan disusun Kementerian PPN/Bappenas bersama Pemerintah Provinsi Bali sebagai Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru: Hijau, Tangguh, dan Sejahtera. Kementerian PPN/Bappenas juga menyusun konsep perencanaan pengembangan destinasi di kawasan Ubud, yakni, Master Plan Kawasan Pariwisata Ulapan.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebutkan, Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali dan Master Plan Kawasan Ulapan adalah bentuk penerjemahan arahan presiden dengan menyinergikan antara enam strategi pemulihan dan transformasi ekonomi Bali dengan filosofi dan kearifan lokal Sad Kertih, atau enam sumber kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang harmoni. Enam strategi transformasi ekonomi Bali menuju Bali era baru, yang hijau, tangguh, dan sejahtera, yakni Bali Pintar dan Sehat, Bali Produktif, Bali Hijau, Bali Terintegrasi, Bali Smart Island, dan Bali Kondusif.
Pilar ekonomi
Sebelumnya, dalam sambutannya di awal acara, Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan, Bali mengarah ke transformasi ekonomi, yakni membangun ekonomi dengan enam pilar penunjang, yakni pertanian, kelautan dan perikanan, industri kerajinan rakyat, usaha atau industri kecil dan menengah serta koperasi, ekonomi kreatif dan digital, dan pariwisata. Koster mengungkapkan, pandemi Covid-19 memberikan penyadaran agar Bali kembali ke orisinalitas dan keunggulan sumber daya lokal, yakni alam, manusia, dan kebudayaan.
Koster menyatakan, ekonomi Bali yang sangat mengandalkan pariwisata menjadi sumber utama ekonomi daerah mengalami kontraksi hingga -9,31 persen pada 2020 secara tahunan (year over year/yoy) akibat terdampak pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19, menurut Koster, menjadi momentum pembenahan ulang ekonomi Bali agar tidak hanya bergantung dan didominasi satu sektor perekonomian. ”Kami sangat berharap program ini dijalankan mulai 2022 secara bertahap dan berlanjut sampai menjadi percontohan yang sukses, menjadikan perekonomian Bali akan bangkit dan maju,” kata Koster.
Adapun dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo menyatakan terdapat tiga hal yang penting diperhatikan dalam pembangunan ekonomi Bali menuju era baru pasca-pandemi Covid-19, yakni perlunya diversifikasi ekonomi, perubahan paradigma dan tata kelola pariwisata dengan memprioritaskan kesehatan dan keamanan. Selain itu juga perlu transformasi pariwisata dari pariwisata massal (mass tourism) menjadi berkualitas (quality tourism) dan berwawasan lingkungan (green tourism) yang berbasis sosial, budaya, dan lingkungan.
Sementara itu, dalam jumpa pers terkait acara peluncuran Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Baru dan Master Plan Kawasan Ulapan itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan, pariwisata tetap menjadi penggerak ekonomi Bali tetapi pengembangan pariwisata Bali ke depan adalah pariwisata berkelanjutan yang tidak merusak dan menghancurkan sumber daya lokal.
Wakil Gubernur Bali, yang juga tokoh Ubud, Gianyar, itu menyampaikan terima kasih karena Bappenas juga menyusun rencana induk kawasan Ulapan sebagai model pengembangan destinasi di kawasan Ubud, Gianyar.