Rektor Baru Nakhodai Brawijaya Hadapi Tantangan ke Depan
Universitas Brawijaya memiliki rektor baru yang terpilih dari hasil musyawarah Majelis Wali Amanat.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Universitas Brawijaya, Malang, memiliki rektor baru yang akan menakhodai perguruan tinggi itu menghadapi tantangan ke depan. Salah satu tantangan tersebut adalah Brawijaya menjadi pembaru dan pelopor dengan reputasi internasional sebagaimana visi dan jati dirinya.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang juga Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Brawijaya Muhadjir Effendy mengatakan hal itu seusai melantik Widodo sebagai Rektor Universitas Brawijaya, Senin (27/6/2022).
Widodo menggantikan Nuhfil Hanani yang menjabat sebagai rektor periode 2018-2022.
Menurut Muhadjir, ada tiga tantangan yang dihadapi Universitas Brawijaya ke depan, termasuk bagaimana mewujudkan peran riil perguruan tinggi (PT), yakni memberikan porsi besar bagi terciptanya kesejahteraan semesta.
”Ini (pembaru dan pelopor) menjadi tantangan besar bagi Brawijaya. Kedua, internalisasi dalam kaitan ilmu pengetahuan, teknologi. Dan ciri khas Universitas Brawijaya sesuai visi adalah teknologi menuju industri ramah lingkungan. Industri hijau dan berbasis budaya,” ujarnya.
Lebih cepat
Dikatakan, Rektor Univeritas Brawijaya yang baru memiliki modal awal untuk bekerja lebih cepat dengan mendayagunakan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki. Pemilihan rektor yang berjalan dengan baik, kompak, dan tidak ada friksi menjadi landasan kuat bagi Brawijaya untuk menjalankan fungsinya.
”Pak Nuhfil (Nuhfil Hanani) sampaikan, proses pemilihan sampai pelantikan rektor berjalan baik karena dalam proses pemilihan dilakukan secara musyawarah mufakat, tidak ada voting. Mungkin ini adalah PTNBH (perguruan tinggi negeri berbadan hukum) pertama yang dalam pemilihan rektornya dilakukan dengan musyawarah,” ucapnya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang hadir dalam pelantikan berharap, dalam menghadapi krisis pangan dan energi, Universitas Brawijaya tidak hanya menyiapkan pemenuhan kebutuhan pangan bagi Jawa Timur dan Indonesia, tetapi juga punya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan dunia.
”Mudah-mudahan Prof Widodo bisa mendorong internasionalisasi peran Brawijaya, bukan hanya rankingnya, tetapi juga kontribusinya. Dan kontribusi yang sangat signifikan adalah penguatan dari sektor pertanian dan pangan yang menjadi kekuatan Brawijaya dan program beliau (rektor),” ucapnya.
Seperti diketahui, Widodo terpilih dalam sidang pleno musyawarah MWA yang beranggotakan 17 orang pada Mei lalu. MWA terdiri dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; perwakilan mahasiswa; perwakilan alumni; perwakilan tenaga pendidik; serta perwakilan anggota masyarakat.
Mungkin ini adalah perguruan tinggi negeri berbadan hukum pertama yang dalam pemilihan rektor dilakukan dengan musyawarah.
Sebelumnya, Widodo menjabat sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Lelaki kelahiran Bojonegoro, 11 Agustus 1973, itu mengalahkan dua kandidat lain, yakni Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Imam Santoso dan Dekan Fakultas Vokasi Unti Ludigdo.
Dalam sambutannya, Widodo mengatakan, dirinya akan berupaya membawa Brawijaya mengatasi ketertinggalan dari perguruan tinggi internasional. Rektor sebelumnya, menurut Widodo, telah meninggalkan tiga budaya yang bagus, yakni budaya prestasi, kekompakan, dan internasionalisasi. ”Insya Allah ini akan terus kita kembangkan,” ucapnya.
Widodo juga akan mengikuti rencana strategis yang sudah ditetapkan dengan penekanan pada tiga hal penting, yakni relevansi perguruan tinggi dengan kebutuhan masyarakat, mahasiswa akan dibutuhkan masyarakat, dan riset disinergikan dengan kebutuhan masyarakat.
”Kita siap bekerja sama dengan pemerintah daerah. Saya yakin, dengan ratusan profesor, ribuan dosen, dan puluhan ribu mahasiswa, kita siap untuk membangun Jawa Timur, membangun Indonesia, serta membangun dan berkontribusi terhadap problem internasional,” ucapnya.
Soal internasionalisasi, menurut dia, merupakan keniscayaan. Universitas Brawijaya harus meningkatkan peringkat di dunia internasional. Tidak hanya peringkat yang naik, tetapi juga kontribusi Brawijaya terhadap pemecahan masalah internasional.
”Terus soal berkelanjutan, sustainable, keberlanjutan perguruan tinggi menjadi sangat penting sehingga kita akan mencoba melihat alternatif-alternatif agar perguruan tinggi bisa lebih sustainable. Sustain terhadap pendidikan, sustain mengikuti perkembangan teknologi dan perubahan dunia,” ujarnya.