Pemda di Jateng Diminta Dirikan Pos Pemantauan Lalu Lintas Ternak
Setiap daerah di Jawa Tengah diminta mendirikan pos pengawasan lalu lintas ternak. Pos didirikan sebagai antisipasi mengamankan ternak, terutama hewan kurban, di tengah wabah penyakit mulut dan kuku.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kesulitan untuk mengendalikan aktivitas perdagangan hewan ternak lintas kota/kabupaten. Oleh karena itu, di tengah wabah penyakit mulut dan kuku serta mendesaknya kebutuhan hewan kurban, setiap daerah di Jawa Tengah diharapkan berpartisipasi mengawasi perdagangan lintas hewan dengan mendirikan pos pemantauan lalu lintas ternak.
”Di tengah maraknya penularan PMK (penyakit mulut dan kuku), mari kita semua, seluruh daerah di Jawa Tengah, bersama-sama mengawal setiap sapi dan semua hewan ternak agar tetap aman dan sehat sebagai hewan kurban,” ujar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat ditemui di sela-sela kunjungannya ke acara Borobudur Student Festival di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (27/6/2022).
Di pos-pos pemantauan ini, setiap daerah setidaknya bisa membantu mencatat jumlah hewan ternak yang keluar masuk di wilayah tersebut. Para pedagang pun diminta mau bekerja sama, melaporkan secara benar, ternak yang dibawanya akan dijual ke mana.
Jawa Tengah mendapatkan 75.000 dosis vaksin PMK. Vaksin tersebut akan didistribusikan dan vaksinasi ditargetkan tuntas dalam seminggu ini.
Karena benar-benar ingin membersihkan dari risiko atau terjadinya penularan baru PMK, vaksinasi pun dilakukan tanpa menetapkan sasaran prioritas pada kelompok tertentu. Terkait hal ini, setiap petugas penyuluh, pemerintah desa, dan warga petani ataupun peternak melakukan pendataan ternak secara benar.
Sebelumnya, Jawa Tengah sebenarnya hanya mendapatkan 1.500 dosis vaksin PMK. Namun, dari hasil pembicaraan dan komunikasi lebih lanjut dengan Kementerian Pertanian, Jawa Tengah akhirnya mendapatkan alokasi 75.000 dosis vaksin.
Kendati demikian, jumlah vaksin yang diterima ini sebenarnya belum mencukupi. ”Jika mengacu pada kebutuhan, Jawa Tengah sebenarnya memerlukan sekitar 2 juta dosis vaksin,” ujarnya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang Ery Indraswari mengatakan, Kabupaten Magelang mendapatkan alokasi 600 dosis vaksin. Adapun distribusi vaksin dan kegiatan vaksinasi ditargetkan tuntas selambat-lambatnya 2 Juli 2022.
Jika mengacu pada kebutuhan, Jawa Tengah sebenarnya memerlukan sekitar 2 juta dosis vaksin.
Sekalipun kasus PMK di Kabupaten Magelang diketahui telah terjadi pada ternak kambing, domba, dan kerbau, untuk sementara ini vaksinasi diprioritaskan akan dilakukan pada ternak sapi terlebih dahulu.
”Sementara ini, daerah yang menjadi sasaran vaksinasi adalah desa-desa yang menjadi sentra pembibitan atau penggemukan sapi serta sentra sapi perah,” ujarnya.
Hingga Senin (27/6/2022), jumlah ternak yang terduga terpapar PMK terdata mencapai 736 ekor, di mana ternak yang sakit tersebar di 16 kecamatan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 211 ternak terdata sakit, 489 ternak telah sembuh, 3 ekor ternak mati, dan 33 ekor lainnya dipotong paksa.
Mengacu pada data ini, menurut dia, vaksinasi nantinya akan dilakukan di daerah-daerah yang masih termasuk dalam zona hijau, di mana terdata sama sekali belum pernah ada temuan kasus PMK.
Tuban Subagyo, Kepala Desa Podosoko, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, mengatakan, di Desa Podosoko terdapat sekitar 900 ekor sapi. Rata-rata sapi tersebut dipelihara dan dikembangkan petani sebagai usaha pembibitan dan penggemukan sapi.
Di salah satu dusun di Desa Podosoko, menurut dia, sempat muncul satu kasus ternak yang diduga menderita penyakit PMK. Sekalipun sudah diobati dan berhasil sembuh, hal itu tentu saja tetap membuat petani lainnya merasa khawatir.
Sebelum adanya wabah PMK, tambahnya, para petani hanya mengenal gejala masuk angin pada ternak, yang biasanya ditandai dengan perilaku ternak yang tidak mau makan.
”Ketika sudah kelihatan lesu dan tidak bernafsu makan, kami biasanya akan memberikan obat berupa ramuan empon-empon yang direbus bersama gula merah,” ujarnya.