Peternak Kota Kupang berharap penyakit mulut dan kuku tidak masuk NTT. Daerah ini adalah salah satu sentra sapi nasional.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Hingga Jumat (24/6/2022), belum tercatat kasus penularan penyakit mulut dan kuku di NTT. Namun, semua pihak diminta waspada dengan cepatnya penularan wabah penyakit ini.
Berdasarkan data Siagapmk.id yang dikelola Kementerian Pertanian, belum ada laporan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di NTT. Padahal, daerah ini adalah sentra ternak sapi nasional dengan 1,8 juta ekor pada 2020.
Ketua Kelompok Ternak Oetnana Kota Kupang Daniel Aluman, di Kupang, Jumat, mengatakan, pihaknya terus mewaspadai munculnya PMK. Potensinya, kata dia, sangat tinggi karena Kota Kupang menjadi pusat transit mobilisasi masyarakat dan barang yang masuk ke NTT.
Selain menekan potensi penularan, Daniel mengatakan, langkah mitigasi, seperti program asuransi ternak yang dicanangkan pemerintah tahun 2017, harus ditinjau kembali. Belum berjalan ideal, program itu awalnya muncul untuk membantu petani saat menghadapi kematian ternak. Kelompok ternak Oetnana adalah salah satu penerima program asuransi ternak di NTT.
Agus Lakat (52), peternak di Kelurahan Liliba, Kota Kupang, mengatakan, PMK belum menyerang ternaknya. Sejauh ini, ia masih menggembalakan 120 ternaknya. Ia berharap pemerintah mencegah munculnya wabah ini. Apalagi, saat ini sudah masuk kemarau yang rentan membuat pakan semakin terbatas.
”Pakan yang terbatas membuat kondisi hewan ternak rawan sakit. Jika Kota Kupang terpapar PMK, dalam waktu singkat seluruh kabupaten di NTT pasti terpapar,” kata Lakat.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan di Dinas Peternakan NTT drh Melky Angsar mengatakan, masyarakat diminta ikut mencengah penularan PMK. Jika ada ternak dari luar yang masuk salah satu wilayah di NTT, dia meminta peternak segera melaporkannya ke pos kesehatan hewan, polsek, atau dinas peternakan setempat.
”Pemprov telah menetapkan sejumlah langkah pencegahan, yakni melarang sementara pemasukan ternak sapi, kerbau, kuda, domba, kambing, dan babi dan produk asal ternak, seperti susu, daging, sosis, semen, dan kulit ke NTT,” kata Angsar.
Selain itu, kata Angsar, Pemprov NTT telah membentuk tim gugus tugas PMK. Tim akan mengawasi lalu lintas ternak dari luar NTT. ”Tim terus berkoordinasi mencegah masuknya penyakit ini,” kata Angsar.
Selain mengawasi ternak yang masuk ke NTT, Angsar menjamin semua ternak yang dikirimkan ke berbagai daerah dalam kondisi sehat. Pemeriksaan dilakukan ketat oleh pihak karantina di pelabuhan. Selama Juni-Juli 2022, NTT mengirim5.420 sapi ke DKI Jakarta dan berbagai daerah di Kalimantan.