Satu Jenazah Pekerja Migran Ditemukan Penjaga Pantai Singapura
Satu jenazah pekerja migran Indonesia ditemukan oleh penjaga pantai Singapura. Di tengah cuaca buruk, tim SAR gabungan di Batam terus berjuang melakukan pencarian terhadap enam korban yang belum ditemukan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Satu jenazah pekerja migran Indonesia ditemukan oleh penjaga pantai Singapura, Rabu (22/6/2022). Ia adalah salah satu dari tujuh korban yang enam hari lalu dinyatakan hilang dalam kecelakaan perahu pengangkut calon pekerja migran tanpa dokumen di perairan Nongsa, Batam, Kepulauan Riau.
Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Kepri Mangiring Sinaga, Kamis (23/6/2022), mengonfirmasi jenazah yang ditemukan Police Marine (penjaga pantai) Singapura itu adalah Lalu Ahmat (38).
Ia merupakan calon pekerja migran tanpa dokumen yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB).
”Saat ini kami masih berkoordinasi dengan Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri untuk mengurus penanganan kepulangan jenazah tersebut,” kata Mangiring.
Kecelakaan perahu yang diperkirakan mengangkut sekitar 30 calon pekerja migran tanpa dokumen itu terjadi pada Kamis (16/6/2022). Sebanyak 23 orang diselamatkan oleh TNI Angkatan Laut pada Jumat (17/6/2022) dini hari. Adapun enam orang belum ditemukan.
Terhambat
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Tanjung Pinang Slamet Riyadi menyatakan, tim SAR masih terus melakukan operasi pencarian di laut. Namun, cuaca buruk yang terjadi dalam satu minggu terakhir menjadi hambatan utama.
”Hari ini hujan deras turun sejak pagi, tetapi kami tetap berusaha semaksimal mungkin melakukan pencarian terhadap enam korban yang belum ditemukan,” kata Slamet.
Kecelakaan perahu pekerja migran tanpa dokumen sudah berulang kali terjadi di perairan perbatasan Kepri dan Malaysia. Pada Desember 2021-Januari 2022, enam kali perahu pekerja migran tenggelam di perairan itu. Sedikitnya 38 orang tewas dan 47 orang hilang dalam insiden itu.
Aktivis kemanusiaan di Batam, RD Chrisanctus Paschalis, mengatakan, selama pandemi, daerah asal PMI bermasalah menjadi lebih beragam dari sebelumnya yang terkonsentrasi di Nusa Tenggara dan Jawa.
Paschalis menilai impitan ekonomi yang semakin berat di masa pandemi membuat banyak orang lebih nekat pergi ke luar negeri dengan segala cara untuk mencari pekerjaan.
Saat ini kami masih berkoordinasi dengan Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri untuk mengurus penanganan kepulangan jenazah tersebut. (Mangiring Sinaga)
Sejak pandemi Covid-19 melanda, kasus pemberangkatan PMI secara ilegal memang semakin tinggi.
Jaringan Safe Migran Batam mencatat, pada 2021, sedikitnya ada 75 kasus perdagangan orang dan buruh migran bermasalah yang terungkap. Ratusan orang dari berbagai daerah menjadi korban.