Kisah Suram yang Terus Berulang, Dianiaya Majikan dan Tak Digaji
Reni Kasta (37), pekerja migran Indonesia asal Kabupaten Indramayu, diduga menjadi korban kekerasan majikannya di Taiwan. Wajahnya cedera, giginya nyaris habis, dan beberapa bagian tubuhnya bengkak.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·5 menit baca
Wajah dan sejumlah bagian tubuh Reni Kasta (37) cedera setelah diduga menjadi korban kekerasan majikannya di Taiwan. Kondisi ibu satu anak asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, ini menambah panjang kisah suram pekerja migran Indonesia.
Mata Sukiman (32), adik Reni, sontak basah saat bercerita tentang kakaknya, Sabtu (18/6/2022), di Desa Kedokanbunder. Ia tak sanggup memandang foto Reni yang tersebar di media sosial belakangan ini. Muka kakaknya bengkak, bibirnya sobek, dan giginya nyaris habis.
Rambut perempuan itu juga rontok di beberapa bagian. Badannya kurus, menampakkan tulang di bawah lehernya. ”Hampir seluruh badan kena air panas. Matanya juga rabun. Gendang telinganya pecah. Ora tegel (enggak tega) lihat (fotonya),” ungkapnya sambil meneguk air putih.
Kondisi Reni berbeda jauh sebelum berangkat ke Taiwan tahun 2019. Sukiman masih ingat, kakaknya yang berkulit putih dan murah senyum itu pamit menjadi pekerja migran. Saat itu, suami Reni lumpuh karena kecelakaan kerja, sedangkan anaknya butuh biaya hidup dan sekolah.
Reni lalu menempuh berbagai prosedur, dari surat izin keluarga hingga berangkat melalui penyalur PMI resmi saat itu. Awalnya, semua berjalan baik. Komunikasi dengan keluarga hampir setiap hari. Apalagi, saat Idul Fitri. Bahkan, ia rutin mengirimkan uang ke kampung.
Hingga 2021, merasa tak cocok dengan bosnya, Reni berpindah majikan. Keluarga tak tahu perjanjian kerja dan dokumen lainnya. Jangankan mengirim uang, kabar Reni pun tiada lebih dari delapan bulan. Keluarga beberapa kali mengontak rekan Reni dan melapor ke aparat desa.
Namun, hasilnya nihil. Hingga foto dan video Reni dengan wajah bengkak viral di medsos. Rekannya di Taiwan lalu mengontak keluarga, Rabu (15/6/2022), tepat hari ulang tahun Reni. ”Ternyata, dia sudah beberapa kali kabur dari majikan, tapi ketahuan dan dibawa lagi,” ucapnya.
Penjelasan kepada keluarga, Reni melarikan diri karena diduga kerap dianiaya majikannya. Ia dilarang ke luar apartemen bosnya. Perempuan lulusan sekolah dasar ini berhasil kabur setelah berpura-pura membuang sampah, lalu lari ke minimarket. Di sana, rekannya menolongnya.
”Saya nangis lihat ibu kayak gitu. Ibu juga nangis. Saya bilang, ibu bagaimana kabarnya? Ibu enggak bicara banyak, susah ngomong. Katanya, sehat, jangan banyak pikiran. Sekarang, (kasusnya) sudah ditangani,” ungkap Syawal Aulia (17), saat menelepon video dengan Reni.
Jangan berangkat
Delapan bulan tak melihat paras ibunya, Syawal begitu terpukul dengan keadaan Reni. Apalagi, sudah tiga tahun ia tak bertemu langsung dengan ibunya. Ketika balita, ia juga ditinggal ibunya yang berangkat ke Taiwan. Ibunya cerai dengan ayah kandungnya sebelum menikah lagi.
Syawal berharap, ibunya segera pulang dan berkumpul kembali bersama keluarga. Ia tak ingin Reni jauh. ”Saya maunya ibu sehat selalu. Kalau bisa jangan berangkat lagi (ke luar negeri), nanti bisa begitu lagi (dianiaya),” ucap siswa sekolah menengah kejuruan di Indramayu ini.
Kuwu (Kepala Desa) Kedokanbunder Waskim mengatakan, Reni kini menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Taiwan. Selain berkoordinasi dengan dinas tenaga kerja setempat, pihaknya juga mengadukan kasus Reni ke UPTD Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Bandung.
”Katanya, tunggu tiga bulan dulu untuk proses hukum Reni di sana. Kabar terakhir, majikannya sudah ditangkap. Kami juga masih kontak dengan teman-teman pekerja migran di Taiwan,” ungkapnya. Kedokanbunder termasuk daerah pemasok pekerja migran. Menurut dia, sekitar 200 warga desa perupakan purna-pekerja migran.
Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Akhmad Zaenuri menilai, kasus Reni menunjukkan pekerja migran rentan mengalami kekerasan. Terlebih, jika mereka tidak menempuh prosedur yang seharusnya sebelum berangkat, termasuk perjanjian kerja.
Tanpa berbagai dokumen, lanjutnya, majikan merasa pekerja migran tersebut tak terpantau oleh negara asalnya. ”Bagaimanapun itu, kita tidak melihat (pekerja migran) itu (berangkat secara) legal atau tidak. Dia, kan, WNI (warga negara Indonesia), berhak dapat perlindungan,” katanya.
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, perlindungan terhadap pekerja migran juga dilakukan selama mereka bekerja. Bentuk perlindungan itu berupa pendataan, evaluasi terhadap pemberi kerja, hingga fasilitas penyelesaian kasus pekerja migran.
Zaenuri mendorong Pemerintah RI mendampingi Reni dalam proses hukum hingga tuntas di Taiwan. Selain memastikan pelaku dijatuhi hukuman setimpal, pemerintah juga diharapkan memenuhi hak-hak Reni, seperti gaji yang belum terbayarkan dan asuransi kesehatan.
”Untuk pencegahan, PT (perusahaan penyalur) seharusnya memantau pekerja migran enam bulan sekali. Jangan sampai kalau pekerja sudah terbang dan potongan (pembayaran) sudah selesai, ya sudah, komunikasi dengan pekerja migran selesai juga. Kalau ada masalah, harus menelepon ke PT,” paparnya.
Zaenuri mendesak pemerintah daerah dan pusat meningkatkan perlindungan terhadap PMI. Apalagi, kisah suram pekerja migran bukan kali ini saja. April lalu, misalnya, Fitriyani (27), warga Indramayu yang bekerja di Arab Saudi diduga jadi korban perdagangan orang.
Selain tidak ditempatkan sesuai perjanjian, ia juga mengaku belum menerima gaji. Setelah videonya yang meminta tolong kepada Presiden Joko Widodo viral, ia pun dipulangkan. Hal serupa juga dilakukan Rokaya (40), warga Kandanghaur, yang sakit dan sempat tertahan di Irak.
Indramayu adalah salah satu kantong pekerja migran di Indonesia. Tahun lalu, sebanyak 5.262 warga pantai utara Jawa itu bekerja di luar negeri. Bahkan, sebelum pandemi Covid-19, 2019, jumlahnya mencapai 23.435 orang. Tahun 2021, BP2MI mencatat 77 pengaduan pekerja migran Indramayu.
Pekerja migran yang mencapai ribuan orang tersebut tidak hanya menghidupi keluarganya, tetapi juga berkontribusi pada perekonomian daerah. Kepulangan mereka dinanti orangtua, pasangan, anak, dan kerabat. Seperti keluarga yang berharap Reni kembali dengan sehat dan selamat.