Sejumlah Daerah di Sumbar Kekurangan Stok Obat untuk PMK
Untuk menutup kekurangan obat-obatan dan vitamin di kantor dinas, sebagian peternak membeli secara swadaya. Obat-obatan dan vitamin itu dikombinasikan dengan stok di dinas pemda.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Sejumlah daerah di Sumatera Barat mengalami kekurangan stok obat-obatan dan vitamin untuk mengatasi wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK pada ternak. Dinas peternakan/pertanian daerah meminta dukungan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi untuk mengatasi persoalan ini.
Daerah yang mengalami kekurangan obat-obatan dan vitamin ternak itu, antara lain, Padang Pariaman dan Tanah Datar. Sejauh ini, sebagian peternak secara swadaya membeli obat-obatan dan vitamin yang belum dapat terpenuhi oleh dinas.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Padang Pariaman Bustanil Arifin, Rabu (15/6/2022), mengatakan, saat ini stok obat-obatan dan vitamin ternak untuk menanggulangi wabah PMK sangat minim. Obatan-obatan dan vitamin itu sangat dibutuhkan untuk mengatasi sakit dan memperkuat imun ternak, terutama sapi.
”Saat ini hampir nol stok obat-obatan. Harapan kami ada obat yang diturunkan oleh pemerintah pusat dan provinsi,” kata Bustanil ketika dihubungi dari Padang, Rabu. Dinas juga sudah berkomunikasi terkait permasalahan itu dengan unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Pertanian di Sumbar.
Dijelaskan Bustanil, sejauh ini untuk menutup kekurangan obat-obatan dan vitamin di dinas PKH, sebagian peternak membeli secara swadaya. Obat-obatan dan vitamin itu dikombinasikan dengan stok di dinas PKH.
Bustanil melanjutkan, bupati sudah menyetujui penggunaan anggaran taktis ataupun bencana untuk membeli obat-obatan. Jumlahnya belum diketahui. Walakin, aksi cepat tanggap, terutama dari pemerintah pusat, sangat diperlukan. Apalagi anggaran di Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman sangat terbatas.
”Harapan kami, karena kasus PMK di Padang Pariaman tertinggi di Sumbar, perlu bantuan obat-obatan dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat agar PMK tidak memakan korban lebih banyak lagi,” ujarnya.
Kasus dan angka kesakitan PMK pada sapi di Padang Pariaman hingga dua hari lalu, kata Bustanil, mencapai 611 ekor. Dari total kasus dan angka kesakitan itu, ada lima ekor sapi yang mati. Angka kematian itu termasuk rendah.
Bustanil menambahkan, pemkab sangat serius berupaya menanggulangi dan mengendalikan wabah PMK. Sejak kasus ditemukan pada akhir April 2022, sudah dibentuk tim satuan tugas. Setiap hari ada dua-tiga tim turun ke masyarakat untuk melacak kasus dan menangani ternak yang sakit.
”Bupati dan wakil bupati sangat serius. Makanya, kami temukan banyak kasus positif. Kawan-kawan turun setiap hari ke lapangan, bahkan di hari libur,” ujarnya.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Tanah Datar Varia Warvis mengungkapkan hal senada. Dinas juga kekurangan stok obat-obatan dan vitamin untuk menanggulangi wabah PMK. Itu disebabkan wabah muncul secara mendadak.
”Ketersediaan obat-obatan kami memang tidak cukup. Untuk penanggulangan sementara, menjelang proses pengadaan obat kami berjalan, kami mengharapkan sedikit swadaya dari peternak untuk menyediakan obat-obatan,” katanya.
Varia menjelaskan, dinas pun saat ini tengah berusaha menyediakan obat-obatan dan vitamin melalui anggaran dana alokasi khusus (DAK). Ada Rp 200 juta yang akan digunakan meskipun tidak semuanya digunakan untuk kebutuhan penanganan PMK, karena sebelumnya sudah ada perencanaan untuk obat-obatan penyakit lainnya.
”Kami memang masih butuh bantuan dari pusat dan provinsi. Provinsi sudah memberikan informasi untuk pengajuan permintaan kebutuhan obat. Itu sudah kami kirimkan, kami menunggu tindak lanjut dari provinsi, semoga memang cepat,” ujarnya.
Menurut Varia, sejauh ini memang tidak ada obat khusus untuk PMK. Yang ada obat-obatan dan vitamin sebagai pendukung dan sangat diperlukan untuk mengatasi PMK. Obat-obatan untuk mengurangi kesakitan dan vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh dan menjaga nafsu makan ternak.
Ditambahkan Varia, hingga saat ini jumlah kasus dan angka kesakitan PMK pada sapi di Tanah Datar hampir 500 ekor. Belum ada kasus kematian, tetapi ada delapan sapi yang dipotong secara paksa untuk menghindari kerugian peternak lebih besar. Sebagian ternak sudah sembuh, tetapi dinas belum mempunyai data pasti karena masih dihimpun.
”Dukungan dari pemerintah pusat sangat dibutuhkan, terutama vaksin. PMK dipicu virus, jadi pencegahannya dengan vaksin. Virus, kan, memang tidak ada obatnya. Ada pencegahan berupa vaksin agar ternak punya kekebalan terhadap virus sehingga penularan tidak meluas,” kata Varia.
Dinas PKH Sumbar belum mengonfirmasi terkait kelangkaan stok obat-obatan untuk PMK yang dialami dinas di kabupaten. Kepala Dinas PKH Sumbar Erinaldi mengarahkan untuk konfirmasi kepada Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner PKH Sumbar M Kamil. Kamil belum memberikan jawaban. ”Maaf, saya lagi rapat dengan Komisi II DPRD Sumbar,” katanya.
Pada Jumat (10/6/2022), Kamil menyebutkan, jumlah kasus dan angka kesakitan PMK pada sapi mencapai 2.198 ekor yang tersebar di 15 kabupaten/kota di Sumbar, yakni di 81 kecamatan dan 165 nagari/desa. Hanya di Bukittinggi, Dharmasraya, Pesisir Selatan, dan Kepulauan Mentawai yang belum ada temuan kasus.