Sumut Masih Kekurangan Obat, PMK Meluas ke 14 Kabupaten
Peternak di Sumut masih kekurangan obat penyakit mulut dan kuku dari pemerintah. Sebanyak 7.987 ternak di 14 kabupaten/kota di Sumut terinfeksi PMK. Penanganan ditingkatkan untuk menjaga pasokan pada Idul Adha.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Peternak di Sumatera Utara masih kekurangan obat penyakit mulut dan kuku dari pemerintah. Peternak diminta membeli sendiri obat-obatan ternak. Sebanyak 7.987 ternak di 14 kabupaten/kota di Sumut yang terinfeksi PMK. Penanganan pun ditingkatkan untuk menjaga pasokan pada Idul Adha, Juli mendatang.
Pejabat Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sumut Afifi Lubis, Rabu (15/6/2022), mengatakan, penanganan PMK menjadi salah satu prioritas mereka. Untuk meningkatkan penanganan, Pemprov Sumut melaksanakan rapat dengan dinas yang menangani peternakan dari seluruh kabupaten/kota di Sumut.
”Dalam satu pekan terakhir, ternak yang terinfeksi PMK bertambah dari 6.048 ternak menjadi 7.987 ternak. Namun, tidak ada ternak yang mati sepekan ini. Jumlah kematian selama PMK ini masih 10 ekor,” kata Afifi.
Afifi mengatakan, dinas yang menangani peternakan di kabupaten/kota masih mempertanyakan pengadaan obat-obatan PMK. Hal itu karena obat-obatan pasokan dari pemerintah masih sangat minim. Mereka menunggu vaksinasi PMK dari Kementerian Pertanian.
Afifi pun menekankan kepada seluruh kabupaten/kota untuk menghidupkan satuan tugas daerah yang menangani PMK, termasuk dari kepolisian dan TNI. Satgas ini diminta menutup lalu lintas ternak antarprovinsi. Selain itu, satgas juga harus memastikan hewan yang diperjualbelikan di dalam daerah masing-masing dalam keadaan sehat yang dibuktikan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
”Kebutuhan hewan kurban tentu meningkat mengingat saat ini kita akan menghadapi momen Idul Adha. Karenanya, seluruh pihak terkait diharapkan berperan aktif melakukan penanganan serta pengawasan agar penularan PMK bisa ditekan,” kata Afifi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Azhar Harahap mengatakan, ketersediaan obat-obatan di distributor obat hewan masih cukup memadai. Karena itu, peternak diarahkan untuk membeli sendiri obat untuk ternaknya, terutama peternak dengan skala besar. Pengobatan pun sangat penting menunggu vaksinasi dari Kementerian Pertanian.
Penularan paling tinggi dan cepat di Batubara dengan 4.081 kasus. Namun, ini disebabkan kondisi pemeliharaan ternak yang sebagian besar digembalakan di perkebunan dan tidak dikandangkan
Menurut Azhar, penanganan PMK di Sumut masih cukup terkendali dengan 60 persen ternak yang terinfeksi sudah sembuh. Namun, sudah 14 kabupaten/kota di Sumut terpapar PMK. Daerah dengan penularan tertinggi menjadi perhatian khusus, yakni Kabupaten Batubara 4.081 ekor, Deli Serdang 1.396 ekor, Langkat 1.205 ekor, Serdang Bedagai 498 ekor, Asahan 437 ekor, dan Medan 137 ekor.
Infeksi PMK di daerah lainnya kurang dari 100 ekor, yakni Padangsidimpuan, Simalungun, Mandailing Natal, Binjai, Labuhanbatu Selatan, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, dan Pematang Siantar.
”Penularan paling tinggi dan cepat di Batubara dengan 4.081 kasus. Namun ini disebabkan kondisi pemeliharaan ternak yang sebagian besar digembalakan di perkebunan dan tidak dikandangkan,” jelas Azhar.
Azhar menyebut, sudah dibentuk tim di Batubara untuk menangani langsung ternak yang terinfeksi di penggembalaan di tengah perkebunan sawit. Penanganan di Batubara dipercepat untuk memutus penularan, mempercepat penyembuhan, dan mencegah kematian.
Taufik Hidayat Daulay (45), peternak di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, mengatakan, berkurangnya pasokan hewan kurban untuk Idul Adha tidak terhindari karena banyak ternak terinfeksi dan peternak belum bisa mendatangkan ternak dari luar Sumut.
Desa yang berada di pinggiran Kota Medan itu diperkirakan hanya bisa memasok sekitar 800 sapi tahun ini atau hanya separuh dari tahun-tahun sebelumnya yang biasanya mencapai 1.600 ekor. ”Menjelang Idul Adha, biasanya kami membeli ternak lagi dari Aceh dan sejumlah kabupaten di Sumut. Namun, tahun ini tidak bisa,” kata Taufik.
Taufik mengatakan, hampir semua ternak di daerahnya terinfeksi PMK dalam sebulan ini. Sebagian besar ternak mereka sudah sembuh. Namun, sedikitnya enam ternak sapi di Desa Sampali mati karena PMK.