Tembus Rp 90.000 Per Kg, Harga Cabai di Padang Terus Melambung
Kenaikan harga dipicu minimnya pasokan dari sentra penghasil cabai di Sumbar ataupun Pulau Jawa karena gagal panen akibat kemarau dan mahalnya pupuk.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Harga cabai merah di Padang, Sumatera Barat, terus melambung hingga mencapai Rp 90.000 per kilogram. Kenaikan dipicu minimnya pasokan dari sentra penghasil cabai di Sumbar ataupun Pulau Jawa karena gagal panen akibat kemarau dan mahalnya pupuk.
Pantauan di Pasar Raya Padang, Selasa (14/6/2022), harga cabai merah Rp 85.000 per kg untuk cabai darek (lokal) dan Rp 90.000 per kg cabai dari Jawa. Menurut pedagang, harga tersebut naik Rp 5.000 per kg dibandingkan dua hari sebelumnya.
”Dua hari lalu harga cabai dari Jawa Rp 85.000 per kg. Sekarang harganya Rp 90.000 per kg. Setiap kali harga naik, rata-rata kenaikannya Rp 5.000-Rp 10.000 per kg,” kata Meri (39), pedagang di Jalan Pasar Baru, Pasar Raya Padang, Selasa.
Meri menjelaskan, kenaikan harga cabai merah terjadi setidaknya sejak dua pekan lalu. Awalnya harga Rp 40.000 per kg. Seterusnya harga cabai terus naik hingga mencapai Rp 90.000 per kg.
Akibat kenaikan harga itu, kata Meri, daya beli masyarakat, terutama dari rumah makan, menurun. Bos rumah makan mengurangi pembelian ke pemasok. Sebelumnya, setiap hari kedai tempatnya bekerja memasok 100 kotak (1 kotak= 30 kg) cabai dari Pulau Jawa. Sekarang, pasokan cuma 25-30 kotak per hari.
”Sekarang mana berani pasok banyak-banyak. Harganya mahal, nanti tidak habis,” ujar Meri. Angka penjualan cabai pun merosot hingga 50 persen. Ia berharap harga cabai kembali stabil.
Hal serupa diungkapkan pula oleh Anto (60), pedagang di Blok II Lantai I Pasar Raya Padang. Akibat kenaikan harga, ia mengurangi pembelian cabai ke pemasok. Biasanya, ia bisa menjual 1,5 ton cabai merah dalam sehari. Sekarang cuma 300-400 kg sehari.
Kenaikan harga yang signifikan juga berdampak negatif kepada pedagang. Margin keuntungan pedagang menjadi berkurang. Selain itu, risikonya juga berat karena apabila ada kendala saat pengiriman, cabai bakal busuk, sedangkan harga modalnya mahal.
”Saat harga cabai mahal, pembeli sedikit. Kami lebih suka harga murah, Rp 30.000 per kg. Margin keuntungan lebih besar. Kami berharap pemerintah segera menstabilkan harga,” kata Anto.
Anto memperkirakan harga cabai akan terus naik hingga Idul Adha, belum ada tanda-tanda akan turun. Sejak kenaikan harga berlangsung bulan lalu, harganya tidak pernah turun dan permintaan banyak. Apalagi momen Idul Adha bakal segera tiba.
Kenaikan harga cabai membuat ibu rumah tangga mengeluh. Yesi Febriani (45), warga Padang Timur, mengaku sangat terbebani dengan harga cabai yang melambung tinggi.
”Pening saya jadinya, biaya belanja rumah tangga bertambah, sedangkan pendapatan suami begitu saja. Pedas benar harga cabai sekarang. Entah kapan akan turun,” kata Yesi yang suaminya bekerja sebagai buruh harian lepas itu. Ia berharap pemerintah bisa menurunkan harga cabai.
Untuk menyiasati harga mahal, Yesi mengurangi pembelian cabai, yang biasanya 1 kg menjadi ¼ kg. Penggunaan cabai pada masakan juga dikurangi dan diperbanyak dengan tomat yang harganya masih relatif terjangkau.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pangan Sumbar Efendi mengatakan, kenaikan harga cabai terjadi akibat berkurangnya luas panen. Penyebabnya, antara lain gagal panen karena kemarau beberapa bulan terakhir dan mahalnya harga pupuk.
”Pertama, kemarau panjang, cuaca yang kurang bersahabat bagi tanaman cabai. Kedua, harga pupuk luar biasa mahal dan memberatkan petani. Karena kurang pupuk, banyak yang gagal panen. Hasil panen jauh dari harapan,” kata Efendi.
Menurut Efendi, kondisi tersebut dan kurangnya produksi tidak hanya terjadi di Sumbar, tetapi juga di daerah sentra penghasil cabai lain di Indonesia, termasuk Pulau Jawa. Sementara itu, permintaan konsumen relatif normal.
Kami harapkan dengan operasi pasar pedagang tidak memainkan harga. (Efendi)
Efendi menjelaskan, kurangnya produksi cabai di Pulau Jawa juga berdampak ke Sumbar. Sebab, pedagang di Sumbar cenderung menjual cabai darek ke provinsi tetangga, seperti Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi. Kebutuhan cabai dalam provinsi dipenuhi dengan cabai dari Jawa yang biasanya harganya lebih murah.
Harga cabai tinggi ini, kata Efendi, kemungkinan masih berlangsung lama. Hingga Idul Adha, harga cabai diperkirakan masih di atas Rp 60.000 per kg. Setelah hari raya, diharapkan harga cabai berangsur turun.
Untuk mengendalikan harga, Dinas Pangan Sumbar, lanjut Efendi, mengadakan operasi pasar setiap hari dengan Toko Tani Indonesia Center. Ada sepuluh bahan pokok, termasuk cabai, yang didistribusikan ke kabupaten/kota di Sumbar dengan enam mobil setiap hari.
Efendi mengatakan, harga bahan pokok pada operasi pasar lebih murah dibandingkan harga pasar. Sebagai contoh, harga cabai Senin (13/6/2022) kemarin Rp 79.000 per kg, sedangkan harga pasar Rp 88.000-Rp 89.000 per kg.
”Kami harapkan dengan operasi pasar pedagang tidak memainkan harga. Kami tidak mencari untung, tetapi menekan agar harga tidak jauh lebih tinggi. Jika kami biarkan, pasti pedagang bisa bermain harga. Pemerintah menghambat kemungkinan itu,” ujarnya.