Penambahan Kasus Penyakit Kuku dan Mulut di Jabar Berpotensi Tinggi
Penambahan kasus penyakit kuku dan mulut berpotensi terus terjadi di Jawa Barat, terutama jelang hari raya Idul Adha.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Penambahan kasus penyakit kuku dan mulut berpotensi terus terjadi di Jawa Barat. Bukan sentra ternak, akan banyak hewan kurban datang ke Jabar dari banyak daerah menjelang hari raya Idul Adha.
Data Pemerintah Provinsi Jabar menyebutkan, ada 8.541 kasus penyakit kuku dan mulut (PMK) di 23 kota/kabupaten, hingga Kamis (9/6/2022). Sebanyak 115 ekor di antaranya mati, 132 ekor dipotong bersyarat, dan 2.234 ekor lainnya dinyatakan sembuh.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil atau biasa disapa Emil menyebutkan, meski kasusnya tergolong belum signifikan, potensi penambahannya harus diwaspadai. Alasannya, permintaan hewan ternak untuk kurban bakal naik menjelang hari raya Idul Adha.
Data Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar menyebut, hewan ternak yang akan dipotong saat Idul Adha mencapai 803.100 ekor. Semuanya terdiri dari 96.500 sapi, 2.600 kerbau, 609.000 domba, dan 95.000 kambing.
Oleh karena itu, Emil meminta semua pihak memastikan hewan memiliki eartag, nomor atau kode dari plastik keras dan dipasang di telinga. ”Vaksinasi untuk hewan akan segera dilakukan. Selain itu, penting bagi penjual dan pembeli memastikan eartag di telinga hewan ternak. Itu menandakan ternak yang sehat,” katanya.
Kepala DKKP Jabar Mohamad Arifin Soedjayana mengatakan, pemantauan lalu lintas ternak dan pengawasan pemotongan hewan kurban akan dilakukan ketat. Dia menyebut, pengawasan hewan ternak yang datang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur dilakukan bersama pemerintah kota/kabupaten. Semua aktivitas pengangkutan hewan ternak wajib menyertakan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
Teknis pemotongan saat kurban Idul Adha juga akan diatur. Dia mengatakan, tingginya kesadaran dan niat berkurban bakal memunculkan tempat pemotongan hewan di luar rumah, seperti di halaman masjid, halaman sekolah, lapangan, dan tempat-tempat terbuka lainnya.
”Jika tidak dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber penyebaran PMK,” ujarnya.