Kekeringan Ekstrem dan Hujan-Angin Melanda Sebagian Wilayah NTT
Kekeringan ekstrem dan hujan ekstrem berpotensi melanda sebagian wilayah NTT secara bersamaan. Masyarakat perlu waspada.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Meski baru memasuki awal Juni, kekeringan ekstrem telah terjadi di sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur. Pada saat yang sama, hujan, angin disertai petir berpotensi terjadi di sebagian wilayah lainnya. Masyarakat perlu waspada terhadap dua kondisi cuaca yang berbeda itu.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Lasiana, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kupang Rahmatullah Adji, di Kupang, Jumat (3/6/2022), mengatakan, hasil monitoring hari tanpa hujan (HTH) berturut-turut dasariah III Mei 2022 menunjukkan bahwa wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) pada umumnya masuk kategori HTH sangat pendek, yakni 1-5 hari. Namun, sebagian kecil wilayah di Kabupaten Ende, Lembata, Sabu Raijua, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan Timor Tengah Selatan memiliki HTH sangat panjang, yakni 21-30 hari, atau masuk musim kemarau.
Sementara di Kabupaten Sumba Timur, sekitar wilayah Rambangaru telah mengalami HTHdengan kategori kekeringan ekstrem. HTH di daerah itu lebih dari 60 hari.
Adapun Kabupaten Manggarai dan Timor Tengah Utara mengalami curah hujan kategori menengah, yakni 51-151 mm, artinya masih masuk musim hujan, tetapi juga sedang menuju musim kemarau.
Oleh karena itu, masyarakat agar mulai waspada. Pemanfaatan air baku dan air untuk irigasi harus mempertimbangkan musim panas yang masih panjang.
Adji mengingatkan, sumber-sumber mata air agar dirawat, penebangan pohon dan penggalian material galian C selama musim kemarau harus mempertimbangkan kondisi lingkungan setempat. Penyedotan air tanah untuk kepentingan bisnis pun perlu dibatasi sehingga air dalam tanah masih cukup tersedia sampai puncak musim kemarau yang berlangsung Agustus-November.
Selain itu, warga juga perlu mewaspadai potensi kebakaran selama musim kemarau. Hal itu mengingat sebagian besar wilayah NTT masuk kategori padang savana, yakni rumput kering dan padang ilalang sehingga mudah terbakar saat tersulut api. Pembakaran semak untuk pembukaan lahan baru sekaligus upaya mendapatkan rumput hijau untuk kebutuhan pakan ternak perlu dibatasi.
”Tujuan informasi musim kemarau ini untuk mengingatkan masyarakat, pemda, dan semua pihak agar terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk membangun pemahaman yang benar tentang kondisi yang akan dihadapi beberapa bulan ke depan. Kekeringan ekstrem membawa dampak begitu luas bagi kehidupan manusia, seperti gagal panen yang berdampak rawan pangan, gizi buruk, dan stunting atau tengkes. Juga berpengaruh bagi ternak, dan lingkungan secara keseluruhan,” kata Adji.
Kekeringan ekstrem membawa dampak begitu luas bagi kehidupan manusia, seperti gagal panen yang berdampak rawan pangan, gizi buruk, dan stunting atau tengkes. ( Rahmatullah Adji)
Daerah siklonik
Sementara itu, Kepala Stasiun Metereologi Kelas II El Tari BMKG Kupang Agung Sudiono Abadi mengimbau warga NTT mewaspadai kemunculan daerah siklonik pada 2-4 Juni 2022. Kemunculan daerah siklonik ini ditandai dengan hujan, angin, dan petir.
Daerah siklonik ini terpantau muncul di Samudra Hindia Selatan, dekat wilayah Nusa Tenggara Timur. Kondisi ini menyebabkan sebagian wilayah NTT mengalami hujan ringan hingga lebat, disertai angin dan petir. Wilayah yang berdampak, antara lain, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Manggarai, Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, Lembata, dan Alor.
Selain itu, juga terjadi di wilayah Belu, Malaka, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, dan Sumba Timur. Daerah siklonik ini tidak terjadi menyeluruh di kabupaten/kota itu, tetapi bisa saja hanya sebagian wilayah, sedangkan wilayah lain di kabupaten/kota itu mengalami kekeringan.
Ia mengimbau warga di wilayah-wilayah terdampak agar mewaspadai cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometereologi, seperti banjir bandang, tanah longsor, dan sambaran petir. Demikian pula pelayaran di laut. Para nelayan dan pelaut agar mengikuti perkembangan soal kondisi gelombang laut yang disampaikan secara rutin.
Pada tahun 2021, musim hujan berhenti total di NTT pada 5 April 2021, berakhir dengan Badai Siklon Tropis Seroja. Usai badai tersebut, sebagian besar wilayah NTT langsung memasuki musim kemarau dan jarang terjadi hujan sampai musim hujan Desember 2021 tiba.