Tidak Hanya Bertahan, Sebagian Pelaku UMKM di Jatim Juga Kian Kreatif Saat Pandemi
Pandemi Covid-19 membuat roda ekonomi sebagian besar usaha masyarakat berhenti berputar. Pendampingan berkelanjutan diperlukan agar UMKM tidak menyerah di tengah jalan karena menghadapi masa sulit.
Oleh
DAHLIA IRAWATI, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
PASURUAN, KOMPAS — Pola pendampingan langsung dan terus-menerus kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah efektif menekan rasa malas hingga ingin menyerah akibat pandemi Covid-19. Tidak hanya membantu sekadar bertahan, pendekatan itu juga berpotensi memicu kreativitas pelaku usaha.
Hal tersebut dirasakan sebagian pelaku UMKM program pendampingan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) di Sukorejo, Pasuruan, Jawa Timur. Di pusat pelatihan kewirausahaan yang berdiri sejak 2007 ini, pelatihan dan pendampingan terhadap UMKM binaan tidak berhenti meski pandemi. Polanya dilakukan daring dan tatap muka.
Winarsih, pengusaha kerajinan rajut dan eceng gondok asal Gempol, Pasuruan, mengatakan, hampir setiap hari didatangi fasilitator. Mereka bertanya tentang perkembangan usaha hingga memberikan tips pemenuhan kebutuhan sehari-hari, seperti menanam sayur di rumah.
”Bagaimana mau menyerah dan malas-malasan, lha setiap hari didatangi atau ditelepon pendamping, ha-ha-ha,” katanya.
Dengan cara itu, Winarsih merasa tidak sendirian menghadapi pandemi. Semangat berkreasi tetap tumbuh. Buahnya ia nikmati saat kembali mengantongi omzet tinggi, hingga Rp 200 juta dalam Inacraft 2022.
Kreativitas pengusaha sari buah asal Prigen, Pasuruan, Wahyuniarti juga terus digenjot saat pandemi. Lewat pelatihan daring, ia diajak terus berinovasi.
”Selama pandemi ini saya terus belajar dan berinovasi lagi. Saya akhirnya membuat produk keripik buah dan bumbu pecel,” kata Wahyuniarti.
Sebelumnya, usaha sari buah dibangun tahun 2010 dan Wahyuniarti bergabung dengan SETC tiga tahun kemudian. Dari awalnya hanya satu rasa sari minuman, kini dia memiliki 15 varian rasa, termasuk rasa matoa.
Gabungan Kelompok Tani Kopi Lereng Welirang yang dipimpin Widi Prayitno juga banyak belajar saat pandemi. Salah satu metode yang dilakukan untuk tetap bertahan adalah mengumpulkan modal bersama untuk setahun ke depan. Uang itu digunakan untuk membiayai kebutuhan operasional lahan kopi.
”Kami bersyukur tidak memiliki tanggungan ke bank,” katanya.
Kini, kreativitas petani mengembangkan usahanya belum berhenti. Petani, kata Widi, sedang berproses membentuk lembaga seperti koperasi. Di sana, petani kelak bakal menjual kopi dalam bentuk kopi sangrai atau roast bean.
Widi mengatakan, petani sepakat tidak melayani pembelian green bean untuk menaikkan nilai ekonomi panen petani. Harga jual kopi kelak bisa lebih tinggi karena langsung dijual ke kedai. Jaringan konsumennya terentang hingga Yunani dan Arab Saudi.
”Kami mengirim masih sedikit ke luar negeri, sekitar 3 kilogram per minggu. Namun, tidak masalah karena kami langsung menjualnya ke kedai kopi dengan harga lebih baik,” katanya.
Kepala Urusan Eksternal PT HM Sampoerna Tbk Ishak Danuningrat mengatakan menaruh perhatian khusus terhadap UMKM. Program ”Sampoerna Untuk Indonesia”, kata dia, menjadi salah satu cara pemberdayaan dengan memanfaatkan potensi daerah, meningkatkan daya saing, dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu implementasinya dilakukan lewat SETC yang muncul sejak 15 tahun lalu.
SETC memiliki kegiatan seperti beragam pelatihan dan pembukaan akses pasar bagi UMKM di berbagai sektor, termasuk kuliner, batik, kerajinan tangan, pertanian, dan lainnya. SETC tercatat telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 56.000 peserta.