Bank Sahabat Sampoerna memilih tetap fokus pada penyaluran kredit segmen UMKM. Sektor ini tengah menggeliat seiring dengan pemulihan ekonomi yang berjalan.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Sahabat Sampoerna memilih tetap fokus pada penyaluran kredit segmen usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Selain merupakan semangat bisnis perusahaan, UMKM tengah menggeliat tahun ini dan membutuhkan bantuan pendanaan setelah sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Direktur Utama PT Bank Sahabat Sampoerna Ali Rukmijah menjelaskan, sejak terbentuk 2012, perusahaan sudah fokus pada penyaluran kredit UMKM. ”Induk usaha kami merasa banyak terbantu dengan pelaku UMKM. Itulah kenapa kami fokus pada penyaluran kredit untuk UMKM,” ujarnya dalam wawancara secara virtual, Selasa (8/6/2021).
Sepanjang 2020, Bank Sahabat Sampoerna menyalurkan kredit sebesar Rp 8,17 triliun. Sekitar 50-70 persen dari kredit tersebut disalurkan untuk segmen UMKM. Adapun penyaluran kredit lainnya diberikan kepada koperasi-koperasi dan Bank Grameen yang pada akhirnya memberikan pembiayaan pada UMKM.
Pada tahun ini, lanjut Ali, pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 10-15 persen. Pihaknya masih akan fokus memberikan kredit kepada segmen UMKM. Kondisi ekonomi yang berangsur membaik menjadi pendorong UMKM makin menggeliat.
Sepanjang 2020 Bank Sahabat Sampoerna menyalurkan kredit sebesar Rp 8,17 triliun.
”Sektor UMKM ini sudah mulai membaik dan akan terus menggeliat hingga akhir tahun seiring dengan pemulihan ekonomi dan lanjutan program vaksinasi,” kata Ali.
Hal ini ditunjukkan semakin menurunnya jumlah nasabah dan nilai restrukturisasi kredit di Bank Sahabat Sampoerna yang mayoritas debitornya adalah sektor UMKM. Restrukturisasi kredit Bank Sahabat Sampoerna pada 2020 mencapai 60 persen dari portofolio kredit, sedangkan pada Mei 2020 turun menjadi 45 persen.
Layanan digital
Selain fokus penyaluran kredit UMKM, Bank Sahabat Sampoerna juga meneruskan transformasi digital yang dilakukan perusahaan. Ali menjelaskan, transaksi digital pada tiga tahun lalu di Bank Sahabat Sampoerna mencapai 50.000 transaski per bulan. Adapun tahun ini meningkat menjadi 2 juta transaksi per bulan.
Ali menambahkan, transformasi digital terus dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah. Namun, bukan berarti pihaknya akan mengubah identitas menjadi bank digital. Sebab, lanjut Ali, sesuai aturan otoritas keuangan, bank digital memerlukan modal inti minimal Rp 10 triliun, sedangkan saat ini modal inti Bank Sahabat Sampoerna Rp 1,5 triliun.
Transaksi digital pada tiga tahun lalu di Bank Sahabat Sampoerna mencapai 50.000 transaski per bulan. Adapun tahun ini meningkat menjadi 2 juta transaksi per bulan.
Dengan modal inti sebesar itu, Bank Sahabat Sampoerna masuk dalam kategori bank umum berdasarkan kegiatan usaha (BUKU) 2. Adapun bank berkategori BUKU 2 adalah bank dengan modal inti Rp 1 triliun hingga Rp 5 triliun.
Pengembangan teknologi digital juga dilakukan sesama bank BUKU 2, yakni PT Bank Amar Indonesia Tbk. Presiden Direktur Bank Amar Indonesia Vishal Tulsian menjelaskan, ke depannya, pihaknya akan berinvestasi pada pengembangan sistem, teknologi, dan sumber daya manusia.
”Selain itu, kami juga akan terus menjaga dengan baik pelayanan terhadap nasabah secara digital melalui produk Tunaiku dan Senyumku. Kami bekerja tidak hanya untuk menyediakan akses ke layanan perbankan, tetapi juga menciptakan pengalaman yang dapat memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat,” ucap Vishal.