Di tengah pandemi, sejumlah pelaku UMKM tidak menyerah pada kondisi. Mereka terus berinovasi, mencari peluang, dan berupaya menjalin kolaborasi dengan pihak lain untuk dapat bangkit dari tekanan ekonomi.
Oleh
Emanuel Edi Saputra/Dahlia Irawati
·4 menit baca
Banyak orang terpuruk karena terjangan gelombang pandemi. Namun, tidak semuanya tunduk. Mereka yang berjiwa baja berusaha bangkit dan berkolaborasi untuk mencapai hasil yang memuaskan.
Yosep Seran (35), karyawan kontrak di sebuah bank swasta di Kabupaten Sekadau, Kalimatan Barat, adalah salah satu yang mesti menghadapi kenyataan pahit saat pandemi. Ia seharusnya bekerja sampai kontraknya habis per 1 September 2020. Namun, kontrak berakhir lebih cepat karena perusahaan harus berhemat agar bisa bertahan di tengah ekonomi sulit.
Yosep merupakan satu dari 752 pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak pandemi. Di luar itu, terdapat pula 3.978 orang yang dirumahkan. Begitulah data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kalbar.
Setelah berhenti, Yosep memikirkan rencana membangun usaha demi bisa makan sehari-hari. Ia pun mencermati setiap peluang yang ada. ”Apalagi ada tanggungan anak dan istri, belum lagi cicilan,” kata Yosep pada Jumat (7/5/2021).
Seiring waktu, pada Juni-Juli, Yosep melihat orang cenderung jenuh setelah sekian lama mengekang diri di rumah. Tekanan dan stres sepertinya membuat warga mencari ruang perjumpaan. Ia melihat ada peluang. Yosep pun terpikir membuka warung kopi. Bermodal tabungan sekitar Rp 10 juta, ia merintis warung kopi dengan menggunakan ruko milik orangtuanya.
Warung kopi Yosep dibuka pada Agustus 2020. Bulan pertama, omzetnya Rp 7,6 juta dengan laba sekitar 60 persen. Bulan keempat, omzetnya Rp 8,3 juta dan terus bergerak. Ia tak menyangka, warung kopi itu menjadi penopang hidupnya kini.
Peluang juga lahir dari tangan dingin Erni Suaida (57), warga Kalbar lainnya di Kota Pontianak, yang banting setir membuka usaha pembuatan amplang, yaitu kerupuk ikan khas Kalimantan, setelah gagal mengembangkan usaha makanan rengginang. ”Sejak Covid-19 tidak ada pemasukan dari rengginang, sementara amplang dalam setahun terakhir selalu ada pesanan,” ujar Ida, sapaan Erni.
Amplang dibeli para pedagang, seperti penjual sayur keliling, sebanyak 20-40 bungkus per hari kemudian dijual lagi. Permintaan jelang Lebaran naik sehingga omzet Ida pun berkisar Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Penghasilan bersihnya Rp 600.000 hingga Rp 700.000 per hari. Padahal, sebelum Lebaran, omzet per minggu hanya sekitar Rp 600.000. Konsumen yang memesan amplang kebanyakan dari Kota Pontianak dan beberapa daerah di Kabupaten Kubu Raya. ”Ada juga orang yang menjual ulang amplang milik saya secara daring,” ujarnya yang kini dibantu seorang karyawan.
Juru Bicara Pejabat Pengelola Informasi Daerah Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah Kalbar Veronika Eka Purwanti mengatakan, pemerintah membantu UMKM melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Di Kalbar, pada 2020, sebanyak 114.288 UMKM menerima bantuan Rp 2,4 juta per unit usaha. Pada 2021, sebanyak 62.276 usaha menerima Rp 1,2 juta per unit usaha.
UMKM di Kalbar terus tumbuh di tengah pandemi. Pada akhir 2020, ada 181.459 pelaku UMKM. Hingga pertengahan April 2021, jumlah itu naik menjadi 182.090 pelaku. Peningkatan ini, menurut Eka, terjadi, antara lain, karena warga yang terkena PHK beralih ke UMKM.
Berkolaborasi
Di Kota Malang, Jawa Timur, selain terus berupaya menghasilkan produk terbaik, pegiat UMKM juga berkolaborasi dengan kelompok usaha yang lebih besar. Hal itu seperti ditunjukkan oleh sekitar 20 UMKM yang mendirikan tenda di halaman mal Malang City Point, Dieng. Kerja sama UMKM dengan mal ini memberikan keuntungan bagi kedua pihak.
Salah satu yang terlibat dalam kegiatan kolaborasi itu adalah Luki (48), pemilik usaha kerajinan tangan rajut dan perca, yang tergabung dalam Preman Super. Preman Super adalah akronim dari Komunitas Perempuan Mandiri Sumber Perubahan. Anggota Preman Super adalah ibu-ibu rumah tangga yang mencari tambahan penghasilan dengan membuat aneka kerajinan.
Dengan penuh semangat, Luki memajang produknya berdampingan dengan produk teman-temannya yang lain, Jumat (30/4/2021). Ada keripik jagung, keripik pisang, ekstrak jahe, dan produk lokal lain. Ia mengaku senang bisa diberi kesempatan memajang produknya di mal itu.
Cinthya Anindita dari Business Development Malang City Point mengatakan, mal itu diharapkan tidak hanya menjadi tempat kalangan menengah ke atas. Di masa depan, ia berharap ada lebih banyak UMKM bergabung. ”Kami ingin mal ini bisa menjadi salah satu wadah UMKM berpameran,” kata Cinthya. (ESA/DIA)