Produksi Melimpah, Produsen Perlu Berinovasi Hasilkan ”Maggot” Kering
Semakin banyaknya pembudidaya ”maggot” berpotensi memicu terjadinya kelebihan produksi. Oleh karena itu, inovasi untuk memproses ”maggot” kering sangat diperlukan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Budidaya maggot atau larva lalat jenis black soldier fly di Kota Magelang, Jawa Tengah, terus berkembang dengan jumlah pembudidaya yang terus bertambah. Kondisi tersebut dikhawatirkan memicu terjadinya kejenuhan pasar karena volume panen maggot yang berlebih.
Kepala Bidang Pengelolaan dan Penanganan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang Widodo mengatakan, menyikapi kondisi tersebut, saat ini inovasi untuk memproses maggot segar menjadi maggot kering sangat diperlukan.
”Kejenuhan pasar tidak akan terjadi karena semua hasil panen maggot bisa terserap dan dijual dalam bentuk kering ke daerah tujuan mana pun,” ujarnya, Kamis (2/6/2022). Maggot adalah larva lalat yang mengonsumsi jenis sampah organik apa pun, termasuk sampah dari rumah tangga.
Hasil panen maggot bisa dijual sebagai maggot segar, maksimal sekitar tujuh hari setelah menetas dari telur. Maggot segar inilah yang biasa digunakan sebagai pakan untuk unggas atau ikan. Adapun maggot kering berumur lebih panjang, bisa dipakai sebagai pakan berbulan-bulan setelah dikeringkan.
Selama ini, karena masih dijual dalam bentuk segar, penjualan maggot dari Kota Magelang biasanya terbatas, bergantung pada permintaan pelanggan yang berada di wilayah Kota dan Kabupaten Magelang. Padahal, peluang pasar di daerah lain, termasuk luar Jawa, sebenarnya masih terbuka luas.
Kejenuhan pasar, menurut dia, sangat berpeluang terjadi karena budidaya maggot relatif mudah dilakukan. Sebagian peternak unggas dan ikan yang menjadi pelanggan maggot pun tertarik untuk melakukan budidaya sehingga akhirnya mulai mengurangi volume pembelian.
Kelebihan produksi sempat terjadi pada April lalu sehingga sekitar 70 kg maggot tidak terserap pasar. Selain karena mulai banyak pelanggan membudidayakan maggot sendiri, hal ini terjadi karena ketika itu, banyak pelanggan menghentikan pembelian maggot dan memfokuskan pada aktivitas penjualan unggas dan ikan untuk kebutuhan Lebaran.
Minggu lalu, kelebihan produksi maggot kembali terjadi, sebanyak 5-19 kg maggot tidak terjual. Semua kelebihan maggot tersebut, untuk sementara ini, dibeli oleh dinas lingkungan hidup dan dipakai untuk pakan ikan yang dibudidayakan di kompleks kantor dinas.
Jumlah pembudidaya maggot di Kota Magelang saat ini terdata sebanyak 90 orang. Adapun volume produksi maggot per hari 300-400 kg.
Yuswinto (50), salah seorang pembudidaya maggot, dari Kelurahan Rejowinangun Selatan, mengatakan, dirinya pernah mendapatkan permintaan untuk mengirim 40 kg maggot ke Yogyakarta, tetapi permintaan itu tak bisa terlaksana.
”Saya khawatir banyak maggot nantinya justru mati di perjalanan sehingga akhirnya ditolak pelanggan,” ujarnya.
Karena merupakan makhluk hidup, pemasaran maggot segar, menurut dia, selalu terkendala masalah jarak dan waktu tempuh perjalanan. Kematian berpotensi tinggi terjadi karena maggot biasanya dikirimkan dalam kemasan karung.
Kondisi berbeda, menurut dia, akan terjadi jika maggot diproses dan dijual dalam bentuk kering. Namun, untuk melakukan proses tersebut, Yuswinto terkendala masalah alat, oven pengering yang bernilai cukup mahal, sekitar Rp 10 juta per unit. Harga alat yang tidak murah inilah yang membuat banyak pembudidaya menyerah dan memilih menjual dalam bentuk segar.
Yuswinto mengatakan, dirinya sudah bergabung dengan grup, kelompok, komunitas pembudidaya maggot, serta pelaku usaha ternak unggas dan ikan di media sosial. Dari interaksi dengan mereka, diketahui bahwa banyak permintaan maggot kering dari berbagai daerah.
Tidak hanya di dalam negeri, dari berbagai sumber di internet, dia pun mengetahui bahwa maggot kering juga diminati oleh konsumen luar negeri, terutama dari Korea dan Jerman. Peluang untuk memenuhi permintaan ekspor juga masih terbuka luas karena produsen maggot kering juga belum banyak serta belum tentu ada di setiap kota/kabupaten di seluruh Nusantara.