Lalu Lintas Ternak Terbatas, Harga Hewan Kurban di Jateng Naik
Terus bertambahnya hewan ternak yang terpapar penyakit mulut dan kuku membuat harga ternak di Jateng naik. Antisipasi terus dilakukan pemerintah dan peternak untuk memutus mata rantai penularan penyakit itu.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Jumlah hewan ternak yang terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jawa Tengah terus bertambah. Lalu lintas ternak dibatasi dan puluhan pasar hewan terpaksa ditutup untuk mencegah penularan penyakit tersebut. Kondisi itu memicu peningkatan harga hewan ternak di pasaran.
Data Rekapitulasi PMK dari Dinas Peternakan Jateng menunjukkan, hingga Minggu (29/5/2022), sebanyak 201 hewan positif PMK. Jumlah itu diketahui setelah petugas mengecek sampel dari 2.155 hewan ternak yang diduga terpapar PMK.
”Seluruh ternak yang menunjukkan gejala PMK, seperti oversalivasi atau mengeluarkan air liur berlebih dan ada luka pada kuku atau rongga mulut diuji sampelnya, kemudian diobati. Dari 2.155 ekor suspek PMK tersebut, 1.184 ekor masih sakit, 423 ekor membaik, 34 ekor dipotong, dan 17 ekor mati,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng Agus Wariyanto, di Semarang, Selasa (31/5/2022).
Agus menuturkan, mayoritas kabupaten/kota di Jateng melaporkan adanya temuan kasus positif PMK di wilayahnya. Sementara empat kabupaten melaporkan suspek dan lima kabupaten/kota bebas PMK. Lima kabupaten/kota yang bebas PMK yakni Purworejo, Temanggung, Kota Magelang, Kota Surakarta, dan Kota Salatiga.
Adapun daerah yang melaporkan kasus positif PKM adalah Kabupaten Tegal. Daerah yang berada di pesisir utara Jateng itu mengirimkan 107 sampel dari ternak yang diduga terpapar PMK. Hasilnya, 17 ekor di antaranya dinyatakan positif PMK.
Menurut Agus, pihaknya terus berupaya menekan perluasan penyebaran PMK. Hal itu dilakukan dengan membatasi lalu lintas ternak antardaerah dan menutup pasar hewan. Dari 106 pasar hewan yang ada di Jateng, 83 atau sebesar 78,3 persennya ditutup sementara.
Pembatasan lalu lintas ternak dan penutupan pasar disebut Agus tidak akan berpengaruh pada persediaan ternak di wilayahnya. Pasokan untuk keperluan Idul Adha juga diklaim aman. Hingga Selasa, jumlah ternak yang tersedia sekitar 399.302 ekor. Jumlah itu tergolong surplus sebanyak 26.620 ekor dari kebutuhan di masa Idul Adha sebanyak 372.682 ekor.
Namun, menipisnya pasokan hewan ternak dari luar wilayah membuat harga ternak, khususnya kambing dan sapi, di Kabupaten Tegal naik. Kenaikan harga ternak berkisar Rp 300.000-Rp 5 juta per ekor. Harga satu kambing yang paling murah saat ini Rp 2,5 juta. Sebelum ada PMK, harganya sekitar Rp 2,2 juta per ekor. Sementara harga sapi yang biasanya Rp 25 juta per ekor menjadi Rp 30 juta per ekor.
”Harga jual sapi dan kambing naik karena pedagang terpaksa membatasi jumlah ternak yang dijual. Sebab, hampir semua kandang pedagang sudah ada ternak yang terpapar ataupun suspek PMK. Nanti, kalau sudah dekat Idul Adha, kemungkinan bakal lebih tinggi lagi harganya ketimbang saat ini,” ucap Dian Widianto (36), peternak di Desa Kemuning, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal.
Kenaikan harga jual sapi juga diungkapkan oleh Heru Mulyono (35), peternak di Desa Bogares, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal. Kenaikan harga sapi di peternakannya mencapai Rp 2 juta-Rp 3 juta per ekor. ”Biasanya, kami ambil stok dari Jawa Timur atau daerah di Jateng bagian timur, seperti Wonogiri dan Boyolali. Sejak ada PMK, kami langsung menyetop sapi-sapi yang dari luar kabupaten/kota. Jadi, nanti jual yang ada saja,” ujarnya.
Heru, yang memiliki 44 sapi, berupaya menjaga kesehatan ternak-ternaknya. Hal itu dilakukan dengan cara memberikan vitamin, membersihkan kandang setiap hari, dan melakukan disinfeksi berkala. Menurut dia, siapa pun yang berkunjung ke kandang ternaknya juga harus didisinfeksi terlebih dahulu. ”Tamu wajib disemprot (disinfektan) karena dikhawatirkan mereka menjadi pembawa virus,” imbuhnya.
Sementara itu, Dian juga melarang pembelinya datang ke kandang ternaknya untuk menekan risiko penularan PMK. Mereka hanya dilayani melihat kondisi sapi atau kambing yang akan dibelinya melalui panggilan video. Karena takut berjualan di pasar hewan atau di pinggir-pinggir jalan, Dian hanya mempromosikan ternaknya melalui media sosial.