Budaya Menjadi Arus Utama Pembangunan Pariwisata Bali
Pelaku pariwisata Bali diingatkan dan diajak untuk merawat dan menjaga budaya, alam, dan manusia Bali karena itu menjadi basis kehidupan pariwisata di tempat itu.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Budaya Bali sebagai akar dan roh kehidupan masyarakat di Bali menjadi arus utama dalam penataan dan pembangunan pariwisata Bali. Pengusaha jasa pariwisata di Bali diingatkan dan diajak untuk bersama-sama merawat dan menjaga unsur-unsur budaya, kehidupan alam, dan manusia Bali, yang menjadi basis kehidupan pariwisata di Bali.
Hal itu disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster ketika memberikan pengarahan kepada kalangan pengusaha dan asosiasi pariwisata di Bali dalam pertemuan di Gedung Ksirarnawa, Taman Werdhi Budaya Bali, Kota Denpasar, Selasa (31/5/2022). Pertemuan dengan Gubernur Bali tersebut dihadiri ratusan general manager hotel dan restoran, pemilik hotel, serta pimpinan asosiasi pariwisata di Bali.
Di hadapan peserta pengarahannya, Gubernur Koster memaparkan visi, misi, dan rencana strategis Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinannya bersama Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dalam menyiapkan pembangunan dan penataan Bali menuju era baru.
Koster juga menerangkan program-program pembangunan infrastruktur, baik yang sudah dijalankan, sedang dikerjakan, maupun akan dibangun. Program itu, di antaranya, rencana pembangunan kawasan Pusat Kebudayaan Bali di Kabupaten Klungkung, rencana pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi, serta pelaksanaan penataan dan pelindungan kawasan suci Pura Besakih di Kabupaten Karangasem.
Koster mengatakan, dirinya bersama Wakil Gubernur Bali Tjok Ace menjalankan visi pembangunan Bali berdasarkan Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui pola pembangunan Bali secara semesta dan berencana menuju Bali era baru.
”Bali tidak memiliki kekayaan berupa sumber daya alam tambang, tetapi Bali diberkahi kekayaan sumber daya berupa alam, budaya, dan manusia,” kata Koster. ”Agar survive, budaya menjadi mainstream pembangunan Bali dari hulu sampai hilir,” ujar Koster.
Koster menyatakan, pandemi Covid-19 juga memberikan dampak positif, di samping memberikan tekanan negatif terhadap Bali. Pandemi Covid-19 memberikan pembelajaran dan kesempatan baginya untuk mempercepat pencapaian visi dan misi membangun Bali menuju era baru, termasuk menata dan menyiapkan pariwisata Bali yang berkelanjutan pascapandemi Covid-19.
Dalam kesempatan itu, Koster juga mengkritik penggunaan istilah ”Bali Baru” dalam program pemerintah membangun dan mengembangkan destinasi wisata baru di Indonesia karena istilah ”Bali Baru” itu dinilai menempatkan Bali sebagai destinasi lama. Meski demikian, Koster mengajak seluruh komponen industri pariwisata Bali agar tetap optimistis karena Bali tetap mendapat kepercayaan dunia.
“Agar pariwisata tetap hidup dan berlanjut, maka harus disiapkan ekosistem yang mendukungnya, harus punya strategi khusus dalam menghadapi persaingan, baik sesama destinasi di Indonesia maupun dengan destinasi negara lain,” ujar Koster. “Agar Bali menjadi benchmark pariwisata dunia, yang utama harus dilakukan adalah memperkuat budaya Bali dan ekosistem pariwisatanya,” ujar Koster.
Membangun pariwisata Bali
Menanggapi pengarahan Gubernur Bali tersebut, Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali Wayan Puspa Negara menyatakan dirinya sependapat dan mendukung upaya membangun usaha kepariwisataan Bali secara berkelanjutan dengan semangat pariwisata budaya.
Menurut Puspa Negara, pariwisata menjadi motor penggerak ekonomi Bali dan budaya Bali menjadi dasar pembangunan kepariwisataan Bali. Dalam kesempatan tersebut, Puspa Negara juga mengajak kalangan pelaku usaha dan pengelola pariwisata di Bali mendukung kepemimpinan Koster dan Tjok Ace.
Adapun General Manager Raffles Bali Katya Herting mengatakan, dirinya mendukung kebijakan Gubernur Bali dan peraturan Pemprov Bali berkaitan dengan penggunaan produk-produk lokal dari Bali dalam kegiatan usaha hotel dan restoran. Katya menyatakan dirinya berharap kalangan manajer hotel dan pemilik hotel lainnya juga mendukung kebijakan Gubernur Bali dalam menjalankan usaha pariwisata yang baik.
Dukungan senada Katya Herting juga disampaikan sejumlah manajer maupun pemilik usaha kepariwisataan lainnya di Bali, yang menghadiri pertemuan dengan Gubernur Bali di Gedung Ksirarnawa, Taman Werdhi Budaya Provinsi Bali, Selasa (31/5). Dukungan itu dituangkan dalam ikrar bersama pelaku usaha pariwisata Bali yang dibacakan menjelang berakhirnya acara pengarahan dari Gubernur Bali.
Poin dari ikrar bersama pelaku usaha pariwisata di Bali, antara lain, akan taat melaksanakan ketentuan dan kebijakan Pemprov Bali dalam menyelenggarakan pariwisata Bali, yang harmonis terhadap alam, manusia, dan kebudayaan Bali.
Ditemui seusai mengikuti acara pengarahan Gubernur Bali tersebut, Managing Director ITDC The Nusa Dua I Gusti Ngurah Ardita mengatakan, sejumlah regulasi Pemprov Bali, baik peraturan daerah maupun peraturan gubernur, merupakan bentuk penguatan karakter pariwisata Bali, yakni, kepariwisataan berbasis budaya Bali. Ardita menyebutkan, dalam tahapan pemulihan pariwisata pascapandemi Covid-19, kalangan industri pariwisata di Bali juga kembali menata dan membenahi usahanya.
”Pengarahan dari Gubernur Bali ini menjadi penting karena menyampaikan kebijakan pemerintah dan bagaimana industri pariwisata di Bali di masing-masing sektor melakukan tugas sesuai keahlian dan kemampuannya,” ujar Ardita.