Banjir Ancam Kalteng, Satu Kabupaten Tetapkan Status Tanggap Darurat
Sungai Barito meluap dan merendam sejumlah desa di tiga kabupaten yang dilintasinya. Kabupaten Barito Selatan telah menetapkan status tanggap darurat.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Tengah mulai merendam wilayah hilir. Pemerintah Kabupaten Barito Selatan telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir, tanah longsor, dan puting beliung selama 14 hari.
Banjir di Kabupaten Barito Selatan terus meluas hingga ke empat desa di Kecamatan Dusun Hilir. Empat desa tersebut adalah Desa Batilap, Batampang, Mahajandau, dan Desa Sungai Jaya. Pemerintah mencatat setidaknya 1.250 keluarga terdampak.
Penjabat Bupati Barito Selatan Lisda Arriyana telah memberikan bantuan kepada 1.250 keluarga yang terdampak banjir di empat desa tersebut. Ia mengungkapkan, Dusun Muara Puning menjadi salah satu wilayah yang terdampak cukup parah. Adapun penetapan status tanggap bencana di Kabupaten Barito Selatan telah dilakukan pada Kamis (26/5/2022).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Alpius Patanan menjelaskan, secara umum banjir di Kalimantan Tengah sudah mulai surut, tetapi beberapa wilayah banjir masih bertahan, seperti di Barito Selatan, Barito Timur, dan Kabupaten Kotawaringin Timur.
Selain Kabupaten Barito Selatan, lanjut Alpius, pihaknya juga sedang berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Barito Timur untuk menentukan penetapan status tanggap bencana banjir. ”Senin nanti baru akan dibahas dalam rapat,” ungkapnya saat dihubungi di Palangkaraya, Minggu (29/5/2022).
Alpius menambahkan, sebagian besar wilayah yang terdampak banjir merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito. Cuaca ekstrem telah menyebabkan intensitas hujan tinggi dan membuat air sungai yang memiliki panjang 1.090 kilometer itu meluap hingga ke permukiman warga. Beberapa akses dan fasilitas publik pun terganggu.
Pantauan Kompas, banjir mulai berpindah dari wilayah hulu Sungai Barito, yakni Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara, ke wilayah hilir, yakni Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur. Data BPBPK menunjukkan banjir berdampak ke 31 desa di delapan kecamatan di Kabupaten Barito Timur. Delapan kecamatan itu adalah Kecamatan Dusun Timur, Paku, Pematang Karau, Awang, Raren Batuah, Karusen Janang, Patangkep Tutui, dan Dusun Tengah.
Adapun Sungai Barito melintas di 10 kabupaten di dua provinsi, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Hingga kini pemerintah setempat masih melakukan pendataan untuk mengetahui pasti jumlah keluarga yang terdampak. Sampai saat ini, warga yang rumahnya terendam banjir sebagian besar masih bertahan di rumah masing masing atau mengungsi ke rumah keluarga. Meskipun demikian, pemerintah kabupaten sudah menyiapkan posko-posko darurat di setiap kantor kecamatan.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Barito Timur Bartolomeus menjelaskan, banjir di Barito Timur sudah berlangsung selama lebih kurang lima hari. Awalnya banjir hanya melanda di 20 desa, tetapi karena cuaca ekstrem terus melanda, banjir pun meluas.
Bartolomeus mengungkapkan, banjir menyebabkan beberapa fasilitas publik terdampak dan akses jalan tertutup. Bahkan, di Desa Haringen, Kecamatan Dusun Timur, salah satu jembatan kayu yang menjadi akses warga antardesa ambruk.
Menurut Bartolomeus, selain termakan usia, jembatan penghubung itu juga tidak mampu menahan arus deras sungai yang meluap dan dihantam sampah banjir, seperti bekas patahan kayu-kayu yang melintas. ”Secara umum memang sudah mulai surut saat ini, tetapi kami tetap waspada,” ungkapnya.
Prakirawan dari Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Ika Priti Widiastuti, menjelaskan, sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah masih dilanda musim hujan. Pihaknya memprakirakan hujan masih akan berlangsung selama satu minggu ke depan. Pihaknya memprediksi awal musim kemarau baru terjadi pada Juli dasarian ketiga.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat akan air pasang dan gelombang air laut. Pada umumnya air pasang dipengaruhi oleh jarak terdekat Bumi dengan Bulan dan didukung dengan tingginya gelombang di wilayah selatan Kalimantan Tengah, termasuk Sukamara. Saat ini tinggi gelombang di wilayah selatan mencapai 0,5-2 meter.
”Waspada adanya pertumbuhan awan konvektif (cumulonimbus) yang dapat berpotensi hujan sedang hingga lebat, hingga menimbulkan angin kencang serta menambah tinggi gelombang di pesisir dan perairan selatan Kalimantan Tengah,” ungkapnya.