Dalam setahun, Kalimantan Tengah dilanda banjir hingga empat kali. Kini banjir kembali merendam tiga kabupaten dan kota di Kalteng.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Sebagian kawasan di Kalimantan Tengah kembali dilanda banjir untuk keempat kalinya pada tahun ini. Bulan ini, banjir merendam tiga kabupaten dan kota dan membuat beberapa ruas jalan di jalur Trans-Kalimantan terendam.
Banjir mulai menerjang pada Juli 2021 di lima desa di Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas. Selanjutnya 13 kecamatan di Katingan terendam banjir selama sebulan sejak Agustus. Tidak berhenti sampai di sana, banjir kembali melanda 11 kabupaten pada September 2021.
Bulan ini, data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kalteng menyebutkan, banjir melanda Kota Palangkaraya, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Gunung Mas. Di Palangkaraya banjir merendam wilayah Mendawai yang terletak di pinggir Sungai Kahayan.
Panjang Sungai Kahayan lebih kurang 600 kilometer yang melintasi Kabupaten Pulang Pisau, Gunung Mas, dan Kota Palangkaraya. Sungai ini bermuara langsung ke Laut Jawa.
Di Kabupaten Pulang Pisau banjir merendam Desa Hurung dan Ramang. Gunung Mas, Desa Sepang Kota, mulai terendam air. Selain itu, beberapa ruas jalan di Desa Tewai Baru mengalami dampak serupa.
Hingga saat ini Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran sedang melakukan pendataan terkait dengan jumlah warga yang terdampak. Namun, belum ada korban banjir yang mengungsi ataupun dievakuasi. Ketinggian air masih di bawah 30-40 sentimeter.
Suryanto (39), warga Desa Ramang, mengatakan, banjir mulai merendam rumahnya sejak Rabu (10/11/2021) malam. Ketinggian air lebih kurang 30 cm dan menggenangi puluhan rumah warga.
Menurut Suryanto, banjir berasal dari luapan air Sungai Kahayan akibat intensitas hujan yang tinggi di wilayah hulu. ”Hulu sungai ini ada di (Kabupaten) Gunung Mas. Jadi, meski enggak hujan, banjir bisa tetap datang kalau hulunya hujan terus,” katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Erlin Hardi mengemukakan, informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kota Palangkaraya, cuaca ekstrem kali ini dipengaruhi fenomena La Nina. Hal itu membuat intensitas hujan meninggi.
Erlin menambahkan, tahun ini pihaknya sudah membantu memberikan kelengkapan penyelamatan untuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di 14 kabupaten dan kota di Kalteng. Selain itu, pihaknya juga memberikan sedikit logistik atau paket-paket bahan pokok.
”(Bantuan) itu untuk antisipasi saat bencana datang. Jadi, tinggal pihak BPBD di daerah yang bereaksi cepat,” kata Erlin.
Erlin menambahkan, pihaknya juga mengirim satu kapal yang bisa mengangkut belasan orang untuk membantu menyeberangkan pengguna jalan ke kampung-kampung sekitar. Mereka perlu diantar karena akses masuk terendam banjir, hanya bisa dilewati menggunakan kapal.
Di jalur Trans-Kalimantan, wilayah Bukit Rawi juga mulai terendam luapan air Sungai Kahayan. Jalur ini menghubungkan Kalteng dengan Kalimantan Timur. Banjir merendam wilayah Bukit Rawi di jalur Kota Palangkaraya menuju Gunung Mas. Kawasan ini merupakan wilayah rawa gambut.
Pemerintah akhirnya membangun pile slab atau seperti jembatan, yang direncanakan, memiliki panjang mencapai 25 meter dengan lebar 9 meter. Pile slab itu dibuat di atas rawa gambut.
Sebelumnya Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kalteng Shalahudin mengungkapkan menggunakan anggaran Rp 400 miliar untuk membangun pile slab. Jembatan itu dibangun sepanjang lebih kurang 4 kilometer. Untuk pembangunan, tambah Shalahudin, dianggarkan pada APBN murni 2018 atau setidaknya pada APBN Perubahan 2018.